2. Dark Party

5.5K 488 54
                                    

Salah satu alasan yang lain aku bertahan di sisi Taehyung adalah,

"Jea, aku butuh kau sekarang."

Ya.
Taehyung, butuh aku.

Kulirik Taehyung yang sekarang sudah menutup majalah dan menatapku dengan mata bak kucing kecil yang kehilangan rumah juga induknya. Lihat kan, apa yang kubilang? Taehyung itu sangat pintar memanipulasi orang.

Baru saja ia menentangku habis-habisan serta membuatku ingin menghujatnya, beberapa menit kemudian ia menatapku seakan memuja hanya untuk mengikuti kemauannya. Aku tahu semua tipu muslihatnya. Tapi dengan sangat bodohnya tetap kuikuti permainannya. "Berhenti Taehyung. Aku bosan dengan tipumu."

"Jadi. Ya atau tidak?"

Wajahnya berubah lagi menjadi dingin. Dan aku sudah terbiasa dan malah terlalu terbiasa dengan itu semua. Kudekati Taehyung dan duduk di atas pahanya dengan seduktif. "Kau selalu tahu jawabanku, bukan?" ujarku.

"Gadis pintar," katanya sambil menyunggingkan senyum antagonisnya.

Tidak lama tubuhku sudah diangkatnya ke atas dan bibirku sudah habis diisapnya. "MffTae, jafngan kafsar." Susah payah aku berkata di tengah ciumannya.

Tubuhku sudah tertubruk di tembok dan Taehyung mengunciku dengan tubuh kekarnya. "Diam dan jadi gadis yang baik," titahnya.

Akhirnya aku menyerah. Aku terdiam bahkan ketika Taehyung membuka seluruh pakaianku dengan sekali tarik. "Kau selalu memuaskanku, Jea," ujarnya lembut. Tapi semua tak bertahan lama ketika tangan nakalnya menggerayangi seluruh tubuhku dengan kasar.

"TERIAKAN DESAHANMU, JEA!!"

"MANA GADIS BAIK YANG KUPINTA?! TERIAK!!"

Dan kalian bisa tebak selelah apa aku sekarang.

***

"Kak, maaf tapi Oppa tak mengizinkanku ikut."

Baru saja aku mendudukan pantatku di atas kursi kafetaria, Lian—kekasih Sehun—sudah menghampiriku dan membawa kabar buruk itu padaku. "Yah, kan bisa kita ikut diam-diam," keluhku. Oh ayolah. Jangan jadi pengecut. Mereka pasti tidak mengizinkan kami ikut karena ingin bersenang-senang dengan gadis lain kan? Sial, masa iya sih Lian mau dibodohi oleh Sehun itu.

"Tapi kak, Lian tak mau Oppa marah," lanjut Lian. Tadinya, ingin sekali kuceramahi anak ini panjang kali lebar kali tinggi supaya sadar, bahwa Sehun itu bisa jadi gila kalau bukan di sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, sudah dasarnya Lian anak baik-baik sedangkan Sehun bocahnya gila, jadi aku tak bisa berbuat banyak.

"Jaera!!"

Kebetulan sekali.

"Eh iya? Apa kak?"

Jaera mendekat ke arahku dan Lian. "Ikut party yuk? Mau tidak?" tawarku.

Kulihat Lian menatap Jaera penuh harap. Mungkin Lian merasa bersalah karena ia tidak bisa ikut denganku. Kkkk, sudah kubilang kan. Lian anaknya terlalu baik.

"Hmm bagaimana ya kak—"

"Taeyong sepertinya ikut deh. Ah atau kuajak yang lain saja ya?" ujarku sebelum Jaera sempat berpikir untuk menolak ajakanku. Dan ya, tentu saja matanya langsung melotot ketika kubilang Taeyong akan ikut. Hahaha.

Ya jelas sih Taeyong ikut, Taeyong kan anak buah Taehyung.

"Ikut kak! Ikut! Demi tuhan ikut!" ujarnya dengan semangat.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang