18 - Negotiations

937 97 99
                                    

Jaera tak tahu mengapa kehadirannya dibutuhkan untuk membantu Taehyung. Awalnya, ia kira Taehyung akan bertanya soal hal-hal yang disukai 'wanita' padanya untuk memperbaiki hubungan Taehyung dengan Jea. Tapi jika dipikir-pikir, mana mungkin kan Taehyung melakukan hal seperti itu? Lalu ia baru sadar kalau Taehyung kan 'Tidak Waras' dan bisa saja permintaan tolongnya itu bukan hal manusiawi, tapi anehnya mendapatkan tatapan mematikan bak hipnotis itu dapat membuat Jaera menganggukkan kepalanya kepada Taehyung. Serius, tatapan Taehyung semenakutkan itu.

"Jea menghilang," ujar Taehyung.

"Ayyy, Hyeong. Mungkin ia sedang menginap atau berlibur dengan orangtuanya? Mari kita ber-positif thinking dulu saat ini," kata Daniel sambil mencoba membalikkan suasana dingin yang seolah telah menyelimuti seluruh lapisan dinding kamar Taehyung. Semua orang di rumah Taehyung terdiam mendengarnya, tak ada yang berusaha untuk mengiyakan ataupun menolak. Terlalu takut untuk mendapat dampratan kata pedas dari Taehyung.

"Ah apa ... aku boleh berkata sesuatu?" tanya Jaera yang sejak tadi memang hanya menyimak yang lain ketika mereka sibuk berdebat mempeributkan soal kemana si Jea ini.

"Kalau tidak membantu, tidak usah," jawab Taehyung dingin.

"Saat ini hal apapun bisa jadi informasi kan? Dengarkan saja dulu." Taeyong mencoba untuk menenangkan Taehyung saat menjawab Jaera dengan ketus. Ya, lelaki itu marah hanya karena Jaera tak mengetahui keberadaan Jea saat Taehyung tanya. Jujur saja, orang-orang pun tak ada yang tahu, tetapi mengapa Taehyung marah pada Jaera? Memangnya Jaera baby sitter Jea atau apa.

"Aku tak tahu jelas sih, tapi tadi siang aku melihat Kak Jea bicara dengan seorang lelaki. Uhm ... kakak kelas juga?"-Entah mengapa ujung ucapannya terdengar seperti pertanyaan-"aku tidak begitu tahu namanya, tapi aku yakin baru pertama kali itu Kak Jea bicara dengannya," jelas Jaera. Gadis itu memijit pelan keningnya. "Namanya... mmmm. Aku lupa namanya siapa."

"Apa kau ingat wajahnya?" tanya Daniel. 

Jaera mengangguk dengan ragu. "Hanya beberapa orang di kelas 3 yang tak ikut jadi anggota. Mungkin jika diberikan fotonya, gadis ini bisa menebak," ujar Taehyung. Taehyung lantas menyuruh salah satu anak buahnya untuk mencari foto-foto orang yang tidak termasuk dalam anggota. Di antaranya ada foto Namjoon yang terselip.

Jaera menatapnya satu persatu dan langsung mengenali wajah Jimin di sana. "Yang ini!" serunya.

"Oke," jawab Taehyung tenang. Ia langsung mengambil kunci mobil dan menyuruh yang lain untuk ikut dengannya.

***

"Ini basecamp kelompoknya Namjoon kan?" tanya Taeyong saat sadar bahwa mereka mendatangi tempat yang seharusnya tak mereka datangi. Maksudnya, mereka selama ini memang tak pernah bentrok, dan memang seharusnya tak begitu karena itu akan melanggar salah satu kode etik yang dibuat Taehyung; tidak menganggu anggota grup lain yang ada di sekolah.

Taehyung mengambil langkah pertama untuk masuk ke dalam gedung kecil yang terletak tak jauh dari sekolah itu dan membuka pintunya dengan kasar.

Kebetulan, Jimin benar-benar ada di sana, sedang mengisap rokok dan melihat dua temannya yang lain bermain catur untuk mengisi waktu luang mereka. "Ya! Sedang apa kalian di sini? Cari ribut?!" teriak salah satu antek Jimin yang sedang bermain catur. Lelaki itu sontak berdiri dan menunjuk-nunjuk wajah Daniel yang berdiri di paling depan.

Taehyung yang semula berdiri di belakang, akhirnya berjalan maju ke depan, terus berjalan dan berdiri tepat di depan Jimin. Ia mengepalkan kaos Jimin tinggi-tinggi ke atas dengan tangan kanannya. "Lepas! Untuk apa main fisik huh? Memang otakmu tak bisa mengolah kata lagi? Masuk ke tempat orang, dan merusak properti. Seperti bukan dirimu saja," kata Jimin santai.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang