7. Revealed the Demons.2

2K 203 101
                                    

Sesuai janji, ternyata Taehyung benar-benar mengirim orang untuk menjemputnya. Biasanya Taehyung akan menyuruh Daniel, atau mungkin Sehun-pesuruh abadinya-tapi kali ini Jea bukan dijemput di antara keduanya. Entah siapa.

"Belt," kata lelaki yang sekiranya lebih muda darinya itu.

Jea dengan patuh memasang sabuk pengaman sambil duduk dengan tenang kembali di kursi samping Si Penyupir. "Uhm, jadi namamu...."

"Jungkook. Panggil saja begitu."

"Kau anak kelas 10 yang baru direkrut itu kan?"

Lelaki tampan yang barusan bilang namanya Jungkook itu mengangguk saja. Tanpa kata. Lalu beberapa menit kemudian hanya suara mesin mobil, AC, dan deru napas mereka saja yang meramaikan isi mobil.

Sejujurnya, Jea sedang mencari akal untuk membuat suasana mobil menjadi sedikit rileks. Yang benar saja, ia mana tahan berada di perjalanan yang memakan 1 sampai 2 jam dan hanya berdiam diri dengan Si Supir yang bagaikan mesin tanpa emosi. Terlebih lagi, melihat sisi kanan dan kiri yang terlihat hanyalah pohon-pohon menjulang tinggi dan rindang, yang bisa Jea pastikan, jika di malam hari pohon-pohon itu dihuni makhluk lain. Oke, kenapa jadi horror?

Daripada pikirannya melambung tinggi soal hal yang tidak-tidak, tangan Jea akhirnya malah terulur ke arah radio dan menyalakannya.

Suara gemerisik mengejutkannya, benar-benar menambah kesan horror di sekelilingnya. Tiba-tiba saja otaknya memikirkan beberapa adegan di film-film serial killer-nya. Bagaimana kalau lelaki ini bukan Jungkook yang ia ketahui? Bagaimana kalau lelaki ini berniat membunuhnya di tengah-tengah hutan? Wah, gila. Sekarang sepertinya Jea jadi mengidap parno berat akibat kejadian 'Malam Itu', nama panggilan yang diberikan orang-orang yang mengetahui soal the dark party yang Taehyung buat.

Sebetulnya, menurut akal sehat Jea. Membunuh itu perbuatan kriminal! Ya! Tentu saja. Tapi, entah mengapa ia tak bisa menyebut Taehyung dan keluarganya di perkumpulan itu sebagai kriminal. Masalahnya simple, mungkin karena Jea mencintai Taehyung beserta perkumpulan 'sesat'nya atau ... menganggap mereka semua memang pantas mati.

Opsi terakhir mungkin adalah yang paling benar. Kalaupun bukan Taehyung dan teman-temannya, mungkin saja mereka akan lebih dulu mati di tangan genk lain yang lebih biadab. Bersyukurlah keluarga mereka karena Taehyung memberikan banyak uang kepada sekolah demi menutup mulut para orangtua yang anaknya dirampas nyawanya demi kesenangannya.

Sounds psycho right?

That's it! It's him.

***

Jam di mobil menunjukkan pukul setengah tujuh malam, tepat setengah jam sebelum waktu yang si-gila-Hyunjin ingin Jaera datang. Mobil Porsche berwarna baeblue-nya sudah terparkir rapih di pelataran parkir, tempat dimana banyak mobil-mobil lain terparkir sempurna. Tangannya tak ada hentinya bergemetar hebat. Bahkan hampir 3 kali ia ditegur orang karena membawa mobilnya terlalu lamban di jalan raya.

Ah, ini memang salahnya. Mengapa ia harus-dengan bodohnya-menerima minuman dari Hyunjin malam itu. Mengapa ia harus mabuk dan yang lebih tolol lagi, mengapa ia semudah itu bisa percaya dengan orang lain! Oke. Ia bisa maklum soal perkumpulan Taehyung yang ternyata sebuah genk yang isinya orang gila. Ia juga bisa maklum kalau Taeyong berada di sana dan memiliki sifat yang jauh berbeda dengan dirinya saat di sekolah. Tapi ia tak bisa maklum dengan yang satu ini. Kegilaan Hyunjin padanya yang tiada akhir.

TOK TOK TOK

Ia kaget setengah mati ketika kaca mobilnya diketuk pelan tapi bersaut-sautan dengan cepat. Ia melihat ke arah samping dan kembali terkejut melihat wajah Hyunjin yang ada di sana. "Keluar," titahnya.

Psycho Scenario ░ Kth ░Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang