_________________________________________________
Author POV
"Baring, Ma. Aku akan memijat kaki Mama," Quinzy mengoleskan minyak pijit ke kaki wanita paruh baya itu. Dia mulai memijitnya lembut."Mama gakpapa. Kamu mending belajar, besok kan kuliah." Lily tersenyum lembut sambil mengusap pundak putri sulungnya itu.
"Ah, udah kok tadi sore, Ma. Otak juga butuh istirahat kali, Ma."
"Inci, bentar lagi kamu 19 tahun, maaf kalo Mama gak bisa kasi kamu apa-apa. Nanti kalo Mama punya uang, pasti bakal beliin kamu laptop baru."
"Ma, gak usah dipikirin. Inci gak butuh hadiah, lagipula laptop inci masih bisa di servis kok. Tenang aja, yang penting Mama, Papa sama Kiki (Qianzy) sehat, itu adalah hadiah yang jauh lebih berharga dibanding materi."
"Anak Mama udah dewasa yah sekarang tapi tetep aja suka cengeng." Mamanya tersenyum mengejek.
"Ih, Mama. Inci gak pernah nangis lagi kok, Ma. Terakhir aku nangis eum... jam 9 tadi pagi. Heheh" Quinzy menertawakan keburukannya yaitu sering menangis bahkan dibentak saja, dia langsung nangis. Mungkin Quinzy bisa menjadi hujan di tengah kemarau. Minum air mata dong. Heheh, krik.
"Kamu udah minum obat, sayang?"
"Eum.. sebenarnya obatku udah habis kemarin. Nanti aku beli lagi,"
"Ma, kalo udah enakan, Inci mau ke kamar yah," Mamanya kemudian mengangguk pelan.
Quinzy masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Dia membekap mulutnya agar isakannya tidak terdengar lagi. Hatinya sakit sekali melihat Mamanya bekerja sampai larut malam dan pulang dengan keadaan seperti itu. Seharusnya, Mamanya hanya memasak dan mengurus rumah, tapi dia harus banting tulang demi 2 orang putrinya yang masih menempuh pendidikan. Quinzy selalu memijat Mamanya dan membuatkannya teh hangat setiap malam.
**
Dulu, Quinzy bersekolah di sekolah bergengsi di Ibukota, dia memiliki segalanya. Papanya yang bekerja di Singapura sampai jarang pulang karena pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan milik kakeknya. Papanya terkadang hanya mengabari keluarganya lewat chat online atau video call hanya dua kali sebulan. Tapi mereka semua mengerti kalau Papanya bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.
Sampai akhirnya sebuah peristiwa datang bertubi-tubi, membuat Quinzy nyaris mengakhiri hidupnya. Papanya ditipu dan menggadaikan semua harta bendanya. Kakek waktu itu mengusir Papa dari rumah dan perusahaan karena tidak bisa memimpin perusahaan dengan baik lalu adiknya, Paman Chris yang membangun semua dari awal.
Keluarga mereka akhirnya pindah di sebuah perumahan kecil dan sederhana tapi cukup untuk mereka berempat. Papanya kemudian bekerja sebagai supir taksi dan Mamanya bekerja di toko swalayan. Dari situ juga Quinzy bertemu dengan sahabatnya, Mike dan cinta pertamanya, Reynold. Mereka selalu membantu Quinzy melewati masa sulitnya.
Mereka berteman sejak SMA dan Reynold menyatakan perasaannya kepada Quinzy. Dan semua terjadi secara tiba-tiba, Papanya masuk penjara karena tuduhan palsu serta Rey yang meninggalkannya.
Semuanya masih membekas di hati Quinzy. Dia harus berjuang untuk mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah dan tidak membebankan Mamanya.
Kapan ini akan berakhir ya Tuhan?, Batin Quinzy di sela tangisnya.
**
Quinzy POV
Tok..
Tok..
Aku mendengar suara aneh dari kaca jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, You and Our Secrets
Romance☡Warning 17+☡ Jika kau mencintai seseorang yang banyak menyimpan rahasia, bisakah kau bertahan untuk selalu bersamanya? #Quinzy Tsania Entahlah, mungkin aku tidak bisa bersamanya. Tapi aku akan mencoba hidup untuknya. #O'Zion Athalas Not real story...