#9. Secret (9)

15 3 0
                                    

Walau kau menghapus,
menghempas diriku,
mengganti cintaku.
Aku tak mampu hilangkan cinta
yang t'lah kau beri.
Walau kau berubah,
Aku kan bertahan di sepanjang waktuku.
Biarkan aku mencintaimu dengan caraku.

-Arsy Widianto & Brisia Jodie-

_

________________________________________________

"Hey, Zion. Lo kembali? Gimana kerjaan lo di Korea?" Leon merangkul pundak adiknya tapi Zion melepasnya.

"Sudahlah, Bang. Gua capek." Zion melenggang masuk ke kamarnya.

"Baiklah, baiklah."

Zion menanggalkan pakaian dan sepatunya. Dia kemudian mandi air hangat untuk menyegarkan pikirannya.

Lagi-lagi dia teringat gadis yang ditemuinya beberapa menit yang lalu. Zion mengusap wajahnya. Dia terlalu lelah untuk berpikir.

Zion hanya mengenakan kaos oblong dan celana kain selutut. Dia mengambil sekaleng bir dan cemilan di dapur. Kemudian dia beranjak ke ruang tamu untuk menonton tv.

Zion tak terlalu suka dengan sinetron, drama ataupun film romantis. Dia lebih suka menonton acara talkshow, berita dalam dan luar negeri dan untuk film, dia menyukai film action.

Saat Zion ingin memindahkan channelnya, tangannya terhenti. Dia melihat sebuah acara I-new gossip. Seorang gadis imut dengan kemampuan berbicaranya yang luar biasa. Sesekali dia tersemyum kepada rekan disebelahnya.

Cantik...sangat cantik..

Leon menghampiri adiknya dan merampas remote, membuat Zion tersadar dari fokusnya.

"Woy. Ngelamun aja lo, ntar kerasukan setan cantik, gimana? Hahah."

"Njir lo Bang. Gue mau santai aja lo gangguin. Kerja lo sono! Ganggu gue mulu."

"Lu sih. Semenjak lu di Korea, lu gak pernah hubungin gue. Lo sibuk yah jagain si doi?"

"Gua kan pendidikan, Bang. Gua sibuk lah,"

"Yaya"

Leon memalingkan wajahnya ke TV. Tapi betapa terkejutnya dia melihat sosok yang sedang menyiarkan berita, yang tak lain adalah Quinzy.

"Dia udah jadi presenter? Wah hebat. Lu gak niat ketemu sama dia?" Tanya Leon tanpa memalingkan wajahnya ke Zion.

"Gua laper, Bang. Lo mau gue pesenin apa?" Zion mengalihkan pembicaraannya jika hal itu mengenai Quinzy.

"Lu jangan ngeles deh. Jangan muna' lo, ingat tujuan awal lo, Zion. Kalo Bang Bryan tau, mampus lo!"

Zion mnatap Leon dan menghembuaskan nafas panjang.
"Gue tadi ketemu sama dia. Katanya dia gak bisa lupain gue. Yah gue bilang aja gue gak kenal. Tapi dia nangis dan meluk gue."

Leon tersenyum bangga, "wah wah... kalo Bang Bryan tau, dia bakal bangga punya adek kayak lo. Itu yang gue mau, lo bener-bener punya bakat akting." Leon menepuk pundak adiknya.

Zion hanya terdiam dan beranjak masuk ke kamarnya. Memang itu yang dia inginkan dari dulu, membuat Quinzy menderita.

**
Alunan musik memenuhi ruangan yang dipenuhi para pembuat maksiat. Mereka menari mengikuti alunan musik, sambil bercumbu tanpa rasa malu layaknya binatang.

Seorang wanita yang memakai pakaian kurang bahan merangkul pundak seorang pria yang duduk di depan meja bar.

"Main yuk, Mike. Lagi kosong nih," ajaknya sambil tersenyum menggoda.

"Sorry Via, gua lagi gak pengen. Cari yang lain aja yah." Mike meneguk minuman beralkohol dengan wajah lelahnya.

Wanita itu melenggang pergi dengan wajah cemberut.

Drrtt...drrtt..
Mike merogoh sakunya mengambil ponselnya. Sebuah pesan singkat dari Quinzy membuat rahang Mike mengeras.

9.00 p.m
My Queen💕
Dia kembali, Mike. Dia benar-benar kembali. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Kau yang kesini atau aku yang datang ke tempatmu?

Mike cepat-cepat membalasnya,

9.01 p.m
Mike
Aku baru saja keluar kantor. Aku akan ke tempatmu, kau di stasiun kan? Tunggu aku.

Tanpa menunggu balasan dari Quinzy, Mike bergegas pergi. Dia memakan permen mint dan memakai parfum agar bau alkohol di tubuhnya tidak tercium.

Quinzy tidak pernah tahu tentang kehidupan liar Mike, sering ke klub, merokok, minum dan melakukan free sex. Yang hanya Quinzy tahu kalau Mike seorang playboy. Semuanya Mike tutup rapat-rapat dari Quinzy karena ia tahu kalau Quinzy benci dengan semua itu.

30 menit lebih cepat, Mike sudah sampai di depan kantor Quinzy. Dilihatnya sahabatnya itu sedang menunduk, dia segera menghampirinya.

Quinzy menyadari kehadiran Mike. Dengan cepat, dia berlari memeluk sahabatnya itu sambil menangis.

Mike mengelus pundak Quinzy seraya menenangkannya.

"Hsst... orang-orang melihat kita, Quinzy. Aku seperti tersangka dan kau korbannya. Aku tak ingin masuk penjara hanya karena tangisanmu."

Quinzy mendongak dan menatap sekeliling. Orang-orang yang keluar dari kantor menatapnya bingung.

Mike menarik Quinzy masuk ke dalam mobilnya. Saat tangis Quinzy reda, dia mulai membuka mulut.

"Jadi, apa yang membuatmu menangis? Bukankah kau seharusnya bahagia melihatnya kembali?" Mike menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah lawan bicara.

"Dia bilang dia tak ingat padaku, Mike. Dia bahkan mengabaikanku seolah aku orang asing. Tatapannya sama seperti saat dia ingin berangkat ke Korea. Tak ada kehangatan disana. Dia tega, tega skali." Quinzy menutup matanya yang sembab.

"Kenapa kau selalu menangisi pria brengsek seperti itu, Quinzy? Dia tidak pantas untukmu. Dia itu iblis yang melakukan hal sesuka hatinya. Seharusnya kau move on darinya. Kalau kau mau, aku akan mencarikan pria tampan dan setia sepertiku." Mike tersenyum menenangkan ke arah Quinzy.

Quinzy membalas senyuman sahabatnya itu. Mike memang selalu bisa menghangatkan hatinya, selalu bisa.

"Terima kasih atas tawaranmu, Mike. Aku tidak berminat, aku hanya akan berusaha mengetahui alasan Zion seperti ini padaku. Jadi kumohon, tetaplah disampingku."

Mike menghela nafas panjang lalu mengelus rambut Quinzy. "Baiklah, apapun itu asal Ratu-ku yang memintanya." Mike terkekeh mendengar panggilan barunya kepada Quinzy.

Walau kau berubah
Aku kan bertahan di sepanjang waktuku
Biarkan aku mencintaimu dengan caraku.

Itulah yang dirasakan Quinzy saat ini. Perasaannya masih sama seperti 5 tahun yang lalu.

Sori kalo banyak typo. Gak sempet edit ulang.

Love,
Author

Me, You and Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang