Gak tau gimana mau nulisnya. Mungkin alurnya agak berantakan. Biarlah, happy reading aja.
"QUINZY!!" Zion menghampiri Quinzy dan menepuk-nepuk pipinya. Tapi Quinzy tak merespon, wajahnya semakin pucat dengan keringat bercucuran.
Zion mengangkatnya ke atas ranjang dan menyelimutinya. Kemudian berlari menuju dapur dan mengambil air hangat serta handuk kecil. Zion mengelap keringat di tubuh Quinzy dengan lembut.
Dia melirik jam tangannya dan jarumnya menunjukkan pukul 06.30, berarti dia akan terlambat. Dilihatnya wajah putih Quinzy, ada segetir perasaan cemas dan khawatir. Tapi Zion menggeleng cepat membersihkan pikirannya. Dia mengambil seragamnya yang tergeletak di lantai lalu memakainya cepat.
Zion memakai topi dan mengenakan beberapa lambang di seragamnya. Dia adalah seorang tentara Korea Selatan yang sedang ditugaskan di London karena masalah pemboman di wilayah utara kota London. Dia dikirim ke negara yang menjadi saksi betapa takdir begitu menyiksa batinnya. Dan itu sekitar 6 tahun yang lalu.
Mata Quinzy masih terpejam, tapi wajahnya begitu pucat menahan sakit. Zion tak membawanya ke rumah sakit karena identitas Quinzy harus ditutupnya rapat-rapat. Tak ada yang boleh tahu tentang Quinzy. Dia membawa Quinzy ke London bukan untuk bulan madu tetapi dia harus menyembunyikan gadis itu.
Zion melangkah keluar meninggalkan Quinzy. Dia mengunci apartemennya dan menutup semua jendela. Saat dipastikan sudah aman, Zion memasuki lift dan turun ke lobi. Saat dia hendak memasuki mobilnya, ponselnya bergetar dan terdapat sebuah pesan singkat dari nomor yang tak dikenal.
06.45 a.m
(No name)
Fuck! Dimana dia? Diamana lo sembunyiin dia? Bangsat..Zion menggenggam erat ponselnya, rahangnya mengeras menahan amarah. Zion mengumpat dalam hati dan ditendangnya ban mobilnya. Dia benar-benar pusing dengan semua masalah yang dia hadapi. Semua beban ada dipundaknya, semua keputusan ada ditangannya, dan semua rahasia ada dalam hidupnya.
Hah, rahasia. Sebuah rahasia sialan yang membuat hidupnya hancur seketika. Hanya menjaga sebuah rahasia seperti menjaga sebuah barang curian. Jika diketahui pemiliknya, tamatlah sudah.
Zion melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Otaknya terus berputar menyusun rencana apa lagi yang akan dia jalankan agar dia bisa keluar dari semua masalah ini. Zion hanya ingin hidupnya tenang bersama orang yang dicintainya.
**
Mata Quinzy mulai terbuka dengan perlahan, tubuhnya terasa nyaman karena alas tidurnya yang empuk dan hangat. Ternyata dia sadar bahwa sedang berada di tempat tidur Zion. Dia melirik jam weker di atas nakas dan hari sudah sore. Berapa lama dia pingsan? Perutnya bahkan sudah mengamuk meminta makanan.
Quinzy berjalan ke arah dapur, dia membuka kulkas dan hanya menemukan fastfood. Apa Zion selama ini makan makanan seperti ini? Dia seorang tentara, dia harus menjaga tubuhnya dengan makanan bergizi.
Tak ada yang bisa dilakukan Quinzy selain memakan makanan instan itu. Dia tidak boleh keluar dari apartemen jadi dia tidak bisa berbelanja.
Selagi Quinzy memanaskan makanannya, ponselnya berdering dan seseorang menelfonnya.
"Hello, who is this?" Tanya Quinzy dengan bahasa Inggris, dia tidak tahu siapa yang ada diseberang. Mungkin saja penjaga apartemen atau warga London karena dia tahu keluarganya dan Mike tidak mungkin mengganti nomornya.
"Hai Ms.Quinzy, oh sorry Mrs. Athalas. Saya Friska, Mommynya Zion. Can I meet you now?"
"Oh yes.. Mom. Now? Eum, Zion..." Quinzy tidak tahu harus bicara apa karena Zion juga melarangnya membiarkan orang lain masuk ke apartemen dan harus meminta izinnya dulu. Tapi dia Mommynya, dia berhak atas Zion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, You and Our Secrets
Romance☡Warning 17+☡ Jika kau mencintai seseorang yang banyak menyimpan rahasia, bisakah kau bertahan untuk selalu bersamanya? #Quinzy Tsania Entahlah, mungkin aku tidak bisa bersamanya. Tapi aku akan mencoba hidup untuknya. #O'Zion Athalas Not real story...