#11. Secret (11)

23 3 0
                                    

Happy reading💕

"Zion, siapa gadis cantik yang kau bawa?"

Seorang pria dengan setelan jas navynya tiba-tiba masuk saat Zion dan Quinzy hendak keluar.

"Mantan pacarku," Ucap Zion datar.

Pria itu hanya bergumam dan menatap dingin pada Quinzy. Quinzy yang merasa ditatap seperti itu hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menggenggam erat tangan Zion.

"Itu siapa?" Tanya Quinzy penasaran.

"Bukan urusanmu."

"Wajahnya mirip denganmu tapi dia terlihat sudah kepala tiga. Apa dia abangmu?"

Zion berbalik. "Dia Bang Bryan, kepalanya hanya satu dan jangan bertanya banyak hal lagi sebelum aku berbuat macam-macam lagi kepadamu." Ancam Zion membuat Quinzy hanya bisa bungkam dan tak berani menatapnya.

**
Zion melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hanya suara klakson dan mesin kendaraan diluar, tak ada percakapan apapun di dalam mobil.

Sedan hitam Zion terparkir mulus di depan rumah Quinzy. Keduanya turun dan lagi-lagi tak ada yang berbicara.

Lily keluar menyambut tamunya dan mempersilahkannya masuk sambil tersenyum ramah.

"Mama tidak pergi bekerja?" Tanya Zion karena ia tahu kalau Mama Quinzy kerja di toko swalayan.

Keduanya duduk di sofa ruang tamu, sedang Quinzy langsung beranjak ke dapur.
"Tidak Nak Zion. Mama udah berhenti bekerja karena Quinzy yang maksa. Katanya, biar dia aja yang cari uang." Ucap Lily lembut.

Zion hanya ber-oh ria.

"Kau baru kembali? Kenapa lama sekali, Nak?

"Aku baru saja menyelesaikan urusanku dan ada hal yang penting yang ingin kusampaikan." Zion hendak melanjutkan ucapannya, tapi mengurungkannya melihat Quinzy tiba dan membawa nampan berisi teh hangat dan cemilan.

"Quinzy, aku harus bicara berdua sama Mama kamu. Bisa tolong tinggalkan kami sebentar?" Pinta Zion karena melihat Quinzy ikut duduk diantara mereka.

"Kenapa aku gak boleh tau? Apa ini ada kaitannya sama aku yah?" Quinzy memicingkan matanya curiga pada Zion.

"Inci, masuk dulu ke kamar kamu. Nanti Mama akan beritahu kamu yah." Sahut Lily yang diangguki oleh Zion.

"Tuh kan, kamu sekongkol sama Mama yah? Gak... Aku. Mau. Tahu. Sekarang. Juga." Quinzy menegaskan kata-katanya membuat Zion memutar bola matanya jengah.

Zion menarik paksa tangan Quinzy untuk masuk ke kamar. Quinzy terus memberontak minta dilepaskan.

"Ini rumahku. Kamu gak berhak nyeret aku kayak gini," bentak Quinzy membuat Zion tambah jengah.

"Lihat, Mama kamu aja gak komplain. Jadi sebaiknya kamu duduk manis disini sampai aku selesai bicara sama Mama. Aku tak bisa berlama-lama jadi kumohon turuti perintahku jika kau masih ingin bernafas." Zion begitu dingin dan tegas.

Zion memegang gagang pintu, tapi sebelah tangannya ditahan,
"K-kau tidak akan berbuat apa-apa sama Mama, kan?" Raut wajah Quinzy berubah khawatir, membuat seringaian muncul dikepala Zion.

Zion mendekatkan wajahnya dan menyelipkan anak rambut kebelakang telinga Quinzy. Quinzy ketakutan dan melepas tangannya pada lengan Zion, tapi Zion menarik pinggangnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Quinzy sambil berbisik,

"Jika kau menuruti perintahku Tuan Putri, aku tidak akan membahayakan nyawa Mamamu. Tapi jika kau melanggar, akan kubuat hidupmu menderita kehilangan orang terkasihmu. Ingat itu," Zion tersenyum penuh kemenangan melihat tubuh Quinzy yang bergetar dan ketakutan.

Me, You and Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang