Ini nih Buat yang double penasaran sama kelanjutan ceritanya.
Author mau curhat, sebenarnya part ini sudah aku tulis beberapa jam yang lalu tapi pas mau di publish, partnya hilang jadi harus nulis ulang😢 ingin rasanya ku berteriak dan menenggelamkan diri ke laut😭. Tapi untuk readers tersayang, aku rela kok nulis ulang😌.
Oke cuss..Jangan lupa tekan 🌟
Siapin tisu yah. Ah, lebay..Happy reading😉
~☆☆☆~
Aku memberimu seluruh duniaku,
Hingga membuatku lupa dihati siapa aku berkelana.-Quinzy-
~☆☆☆~
Gedung putih yang menjulang tinggi, orang-orang berjas putih yang sibuk dengan tugas masing-masing, suara sirine ambulance, raut panik dan teriakan histeris dari keluarga korban menjadi suasana rutin di tempat ini.
Zion memarkir mobilnya dan membuka seatbeltnya. Pria itu melirik ke arah gadis disampingnya yang begitu ketakutan.
"Pakai ini," Zion memberi hoodie dan topi hitam kepada Quinzy.
Quinzy menerimanya dengan raut wajah bingung.
"Untuk apa?" Tanyanya."Dengarkan aku baik-baik, mulai sekarang jika kau berada diluar rumah, namamu adalah eum... Alice. Alicia Rose. Aku tidak mau sampai ada yang tahu identitas aslimu." Tatapan Zion begitu dingin.
Quinzy benar-benar tidak mengerti kenapa dirinya harus bersembunyi layaknya buronan. Apa Zion sedang menyadapnya sebagai umpan atau apalah.
"Alice? Untuk apa?" Kerutan di dahi Quinzy menambah kebingungannya.
Zion mengusap wajahnya, dia begitu lelah sepulang dari markas.
"Aku akan memberitahumu 'nanti'. Jangan banyak tanya dan ikuti perintahku jika kau masih ingin melihat orang tuamu." Zion mengucapkannya dengan nada rendah membuat ucapannya bukan seperti ancaman."Kenapa kau selalu mengaitkan masalah kita dengan orang tuaku? Mereka tidak salah, Zion. Kau bisa memarahiku sepuasmu asal jangan bawa-bawa mereka. Aku tidak suka," teriak Quinzy dengan wajah penuh amarah. Zion selalu saja mengancam Quinzy dengan titik lemahnya.
"Kau berteriak?"
"Iya. Aku sedang marah,"
"Tutup mulutmu." Bentak Zion.
"Tidak. Aku tidak mau, kau keterlaluan!"
"Kalau begitu aku terpaksa harus menutup mulutmu."
Zion mencondongkan tubuhnya ke arah Quinzy, dia menarik tengkuk gadis itu sehingga wajah Quinzy bisa dengan jelas melihat wajah Zion.
Zion mencium ujung bibir Quinzy dengan lembut. Quinzy hanya diam mematung, perlakuan lembut Zion membuat rohnya hilang kendali. Itulah salah satu kelemahan Quinzy, sifat lembut Zion yang membuatnya jinak seketika.
Pria itu tersenyum puas, dia menang. Zion kemudian membelai rambut pirang Quinzy dan mulai mencium kening, kedua matanya, pipi, hidung dan berakhir di bibir tipis Quinzy. Zion mencium bibir Quinzy lama tanpa respon apapun dari Quinzy.
"Pakai itu dan turunlah," Zion menunjuk hoodie dan topi yang digenggam Quinzy. Zion turun dan menunggu Quinzy di luar mobil.
Pikiran Quinzy masih belum sepenuhnya jernih. Dia bisa merasakan jantungnya yang berirama dengan cepat. Dia kemudian cepat-cepat memakai hoodie itu dan tangannya berhenti di lehernya. Dia menggenggam sebuah kalung yang masih setia bertengger di leher putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, You and Our Secrets
Romance☡Warning 17+☡ Jika kau mencintai seseorang yang banyak menyimpan rahasia, bisakah kau bertahan untuk selalu bersamanya? #Quinzy Tsania Entahlah, mungkin aku tidak bisa bersamanya. Tapi aku akan mencoba hidup untuknya. #O'Zion Athalas Not real story...