#12. Secret (12)

15 3 0
                                    

Quinzy memandangi dirinya didepan cermin. Dia begitu cantik dengan gaun putih yang menjuntai panjang ke belakang.
Hari ini adalah hari impian setiap pasangan. Dan hari ini impian Quinzy menikah dengan pria yang dicintainya menjadi kenyataan.

Tapi hatinya tak merasakan kebahagiaan yang dirasakan saat pasangan menikah. Dia takut karena Zion tak lagi mencintainya. Dia tak segan-segan menyakiti Quinzy.
Tapi melihat kedua orang tuanya mempercayakan Zion untuk menjaga Quinzy, setidaknya hanya itu yang bisa Quinzy jadikan jaminan agar tetap bertahan disamping Zion.

Pernikahan ini bukan sama sekali pernikahan impiannya. Quinzy ingin menikah dengan pria yang benar-benar tulus mencintainya, menikah di hotel mewah dengan konsep King and Queen, mengundang para rekan dan sahabatnya.

Lihatlah sekarang, pernikahan yang sungguh sederhana. Hanya keluarga Zion dan keluarga dekatnya saja, tak ada pesta atau resepsi.

Terimalah nasibmu, Quinzy. Kau bukan putri kerajaan seperti yang diucapkan Zion. Kau tak punya apa-apa, semuanya lenyap. Kau harusnya sadar, setidaknya Zion masih mau menikahi gadis sepertimu.
Hanya itu yang bisa Quinzy tanam dalam hatinya. Berhenti bermimpi.

Lily dengan kebaya anggunnya menghampiri putri kesayangannya yang akan melepas masa lajangnya.

"Pengantin baru gak boleh cemberut gitu. Kau tahu, Inci, kau sangat cantik memakai gaun ini. Mama sangat berharap melihatmu menikah dan sekarang doa Mama terkabul," Lily mengecup kening Quinzy seraya memanjatkan doa.

"Aku gak tau Ma, alasan Zion mau nikahin aku padahal perasaannya udah hilang. Kalau bukan Mama sama Papa yang bersikeras, aku masih mau nunggu saat yang tepat."

"Sudahlah, Inci. Kamu sudah dewasa, suatu saat kamu akan mengerti kenapa Mama percaya sama Zion untuk menjagamu."

"Apa ada sesuatu yang aku gak ketahui antara kalian bertiga?"

"Gak ada Inci, sayang. Mama hanya ingin melihatmu bahagia. Kau dulu sering bilang kalau kau ingin menikah dengan seorang abdi negara. Dan sekarang, Zion sudah membuktikannya. Kurang apa lagi?"

"Sudahlah, jangan bahas masa lalu. Ini hari pernikahanmu, hari bahagia kalian. Jangan ada kesedihan. Mama menyayangimu, Quinzi. Sangat." Lily memeluk putrinya dengan haru. Dia tak mungkin memberitahukan Quinzy tentang kenyataan pahit yang akan menghancurkannya lagi.

**
Di aula kediaman Zion, semuanya mengucap syukur dan saling berbahagia. Sementara Bryan dan Zion hanya tersenyum kaku kepada para tamu undangan.

Quinzy menuruni anak tangga dengan hati-hati dibantu Lily dan juga Qianzy dibelakangnya.

"Mbak, kalo bulan madu nanti ajakin aku sama Mama yah! Pasti Bang Zion bakal keluar negeri deh," bisik Qianzy yang dibalas tatapan tajam dari Lily.

"Berhenti menggoda kakakmu. Jangan jadi adik durhaka."

"Bener. Lo mending buka buku aja dirumah, gak usah ngurusin urusan orang dewasa, dasar bocah." Tambah Quinzy.

Qianzy hanya memutar bola matanya. Dan Quinzy akhirnya berada di hadapan Zion. Quinzy menautkan tangannya di lengan Zion dan mengikrarkan janji suci. Setelah itu, pemasangan cincin yang membuat Quinzy resah.

Zion mengecup kening Quinzy, singkat. Yah hanya sekilas dan membuat Quinzy sedih.

"Kau cantik tapi..." bisik Zion dan sontak membuat Quinzy menoleh.

"Tapi kau tak terlihat bahagia," sambung Zion.

Bagaimana aku bahagia, kau bahkan tak melamarku seperti Glen dan Chelsea, dan mengatakan aku mencintaimu atau will you merry me? Batin Quinzy.

"Aku hanya sedih karena Papa tidak bisa melihatku menikah."

"Hanya itu? Kurasa tidak."

"Terserah kau, Zion. Aku tidak ingin berdebat denganmu."

"Memangnya kita sedang ingin berdebat?"

"Hufffttt... bisa tolong tutup mulutmu?"

"Kalau kututup, nanti aku tak bisa menciummu dengan..."

"ZIONN!!!"

"Baiklah. Kau menang,"

**

Quinzy membuka gaunnya dengan susah payah membuat Zion yang melihatnya akhirnya mendekat dan membantunya menurunkan resleting dengan mudah.

"Terima kasih," Quinzy malu dengan tatapan Zion pada punggungnya. Dia akhirnya mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi.

Quinzy melihat Zion sudah rapi dengan kemeja putih santai dengan celana kain hitam serta beberapa koper.

"Kau sudah selesai? Kita akan berangkat sekarang." Zion merapikan beberapa barangnya dan menutup koper besarnya.

"Maksudmu? Kita mau kemana? Ini sudah malam."

"Kita akan ke London. Jadwal penerbangannya 45 menit lagi. Kalau kau tak bergegas, aku akan meninggalkanmu."

"Kita mau pergi eum.. bulan madu?"

"Menurutmu?"

"Kurasa iya. Karna kita akan tinggal di Korea dan kurasa kita akan bulan madu di London. Jauh sekali, tapi tak apa." Quinzy tersenyum memikirkan bulan madu mereka nanti. Zion bisa romantis juga.

"Kalau begitu, cepat bereskan barang bawaanmu." Perintah Zion.

"Em. Baiklah"
Quinzy tak mampu menyembunyikan perasaan bahagianya. Dia akan tinggal bersama Zion. Apakah Zion akan berubah seperti dulu? Quinzy hanya akan berusaha merubahnya. Sampai akhirnya dia tak tahu ada rahasia apa lagi yang Zion simpan.

Tbc.

Me, You and Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang