1. Andrelin A Mafia Girl

12.7K 288 43
                                    


"Bunuh penghianat!" perintah seorang gadis pada rekan-rekannya.

"Apa harus sekarang?" tanya salah satu pria disana mewakili.

"Ya, mereka telah membantu klien untuk menipu kita, mereka harus mati segera."

"Baiklah, Andrelin, aku yang akan menghabisi mereka."

"Kerja bagus Edward," ucap Andrelin tersenyum bangga pada pria bernama Edward.

"Kurasa kau tak perlu ikut, Alin." ucapan pria dengan netra hitam disamping Edward sukses membuat Andrelin menyurutkan senyum.

"Apa maksudmu, Andre?" tanya Andrelin tak terima.

"Alin! turuti saja kata abang, ya."

"Kenapa? Aku juga ingin mengkuliti penghianat sialan itu, apa tidak boleh, bang?" bagaimana bisa abangnya yang satu ini tidak mengizinkan ia untuk ikut bersenang-senang dengannya.

"Besok sekolah 'kan." Andre mengacak puncak kepala Andrelin, "aku akan mengantarmu pulang." Lanjutnya mengambil kunci mobil di atas meja.

"Hehh? tidak mau!"

"Keras kepala. Ayo!" Andre menarik tangan Andrelin membawanya memasuki mobil.

"Abang," rengeknya agar bisa ikut.

"Tidak boleh."

"Yang membangun organisasi ini siapa, heh?"

___

Dorr
.

.
Dor dor dorr. .

"Ini yang kusuka, jerit penderitaanmu," seringaian mengerikan pria bernetra hitam itu membuat para rekannya meneguk saliva masing-masing.

Ia mengelap pisau yang berlumuran darah, masih dengan senyum puas yang terlihat mengerikan.

"Tidak asyik karena tidak melibatkan aku," netra biru sang adik memicing tak suka, "kau menyebalkan, bang." Lanjutnya.

"Sudah bangun?"

"Abang bodoh!" seru Adrelin menggeleng-gelengkan kepala.

"Apa?"

"Jika aku belum bangun kenapa aku berdiri didepanmu, ck," decak gadis itu.

" Ya, ya. Kau selalu menang. Andrelin a mafia girl."

"Ayo! kuantar pulang."

___

Gadis itu bertopang dagu menatap lurus keluar jendela kamarnya.

Aku tidak akan melepaskan orang yang telah membunuhmu, Erlyn, batin Andrelin, dengan kedua tangan mengepal kuat.

"Alin!"

Andrelin menoleh kearah sumber suara mendapati Andre yang sedang berdiri seraya memasukan tangan disaku celana.

"Abang."

"Kau sudah pulang sekolah?"

"Ckk."
Melengos dan berdecak kesal, lagi-lagi Andrelin mengatai Andre bodoh.

"Merindukannya?" tanya Andre kali ini terdengar serius.

"Hemm," terlihat sorot penuh kebencian dimata Andrelin, "aku bersumpah akan mencabik-cabik pembunuh sialan itu."

___

"Ma, apa mama tidak berniat untuk menikah lagi?" tanya si pemilik netra biru pada wanita yang duduk disampingnya.

"Untuk apa?"

"Mama tidak merasa kesepian?" lirihnya sambil menunduk.

"Andrelin, bagi mama semua pria itu tidak ada yang setia." Kini ia tatap netra cerah putrinya.

"Terserah." Andrelin melengos pasrah lalu beranjak pergi, tidak peduli sang mama yang terus memanggilnya.

"Aku benci semua pria," lirihnya sendu masih betah menatap punggung putrinya yang semakin menjauh.

___

Setelah mengunci pintu, Andrelin menghempaskan dirinya di kasur. Meraih ponsel dinakas dan ..

"Hallo!" terdengar suara pria disebrang sana.

"Bang, aku merindukan keluarga kita yang utuh," lirihnya lemah. Tak kuat dengan benteng pertahanan keras dan hebat. Dia tetaplah seorang gadis yang lemah dan rapuh.

"Aaggh.. darah kotor sialan ini mengenai wajahku, oh Alin, nanti abang hubungi lagi. "

Sambungan terputus secara sepihak.

Dilemparnya ponsel kesembarang arah memilih berbaring menatap langit-langit kamar.

Keluarga yang hancur.

Sahabat yang dibunuh, yang belum ia ketahui siapa si pembunuh.

Berpisah dengan kakak kesayangan.

Ibu yang menyebalkan.

Huhh. Apalagi yang kurang?

___

Tbc..

Kurang menarik? Maklum.

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang