16. Penculik

237 9 0
                                    

Perlahan Andrelin kehilangan kesadaran. Saat membuka mata ia sudah berada di tempat asing.

Ini seperti kamar, ia tidak diperlakukan layaknya sandera. Dia terbaring di ranjang kamar bernuansa biru langit, tangannya pun tidak terikat.

"Cuih. Hidupmu menyedihkan," nilai orang yang menculik Andrelin seraya meludah.

"Aku tidak punya masalah hidup, mereka saja yang cari perkara." Andrelin tahu siapa orang ini. Awalnya Andrelin sempat kaget saat diculik olehnya, dia seorang pembunuh bayaran kejam. Andrelin sudah mengetahui beberapa hal tentang orang ini, dia menyelidiki banyak hal.

"Percaya diri sekali." Entah pujian atau hinaan yang keluar dari pria setengah baya di hadapannya.

"Lagipula itu perlu," jawab Andrelin santai. Tidak memperlihatkan raut panik mengetahui dirinya diculik.

"Andrelin, berhentilah menyelidiki kematian putriku."

Wajahnya memang tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi mata coklat itu bergerak gelisah, dia menyembunyikan kesedihan, Andrelin tahu itu.

Dia hanya mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Erlyn, mengingat dirinya sudah banyak merenggut nyawa orang, dan putrinya tewas dibunuh.

"Kenapa?" Mana mungkin berhenti saat sudah sejauh ini, basah tidak boleh hanya setengah badan jadi harus menyebur sekalian." Terlebih banyak hal janggal.

Bukan hanya tentang sikap Darren dan Andre, tapi juga tingkah Papa Erlyn ini.

Melihat Eric, ayah sahabatnya itu bungkam. Andrelin kembali bertanya, "Hanya ini alasanmu menculiku, Om?"

"Andrelin, jauhi Darren," peringat Eric mengabaikan pertanyaan yang diberikan.

"Om, kenapa tidak membiarkan Darren dan Erlyn bersama? tanya gadis itu. "Oh, ya. Om kemarin bertemu Darren, kah? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Andrelin ikut mengabaikan.

"Kau terlalu polos dalam permainan ini, kau tidak menyadari siapa yang berperan antagonis di sini." Kata-kata Eric semakin membuat Andrelin merengut.

"APA YANG KALIAN RENCANAKAN, BERENGSEK!?" teriaknya kesal akan sikap orang ini.

"Kau tidak tahu siapa yang baik di sini."

"Berhenti bicara, Tua Bangka!"

"Darren itu tidak waras." Dia tersenyum miring menatap Andrelin intens. "tapi, kakakmu dan orang kepercayaanmu juga sama gilanya."

"Om yang sebenarnya sakit jiwa," marah Andrelin.

Dia langsung menerjang Eric, Eric melompat mundur. Menodongkan pistol di sakunya, Eric kian menyeringai. "Ter-se-rah."

Andrelin tangan kosong, mencoba mendekat bermaksud menendang selangkangan Eric. Namun, disadari oleh empunya. Dia menendang kaki Andrelin hingga terjatuh, saat mendekat Andrelin langsung memegang kaki Eric, ia bangkit kembali menerjang.

Saat berusaha meraih tangan Eric yang memegang pistol, tangannya lebih dulu dipelintir oleh Eric.

"Arrgh!"

"Bangsat!" makinya.

"Sudah terkunci begini kau masih sempat mengumpat," decak Eric terkekeh senang. "Aku tidak keberatan memutilasi tubuh indahmu, Nak."

"Mati kau!" Andrelin memberontak keras.

Kunciannya terlepas, Andrelin langsung memukul wajah pria gila ini, lalu menendangnya hingga terbanting.

Kaki jenjang itu melangkah mendekat, mengambil paksa pisau di pinggang Eric dan langsung menusukkannya ke perut pria itu.

"Bajingan kecil ini," desisnya merasa nyeri.

Pistol yang sempat terpelanting ia ambil.

Dorr!

"Aishh, meleset," kesalnya. Peluru itu hanya mengenai lengan Andrelin.

"Hoii! Awas kau, sialan!" Andrelin memegangi lengan kiri yang terluka.

___

TBC ...




23:47
31 Agustus 2020

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang