15. Diculik

283 16 0
                                    

"Kenyang?" Andrelin hanya mengangguk seadanya.

Orin justru girang. "Nanti ikut memasak lagi?" tawarnya antusias.

Yang ditanya hanya menggeleng pelan. Netra biru itu menatap lurus, memandangi pemandangan di daerah Rosotan. Lokasi kematian Erlyn. Hanya perkampungan yang terbilang sepi penduduk.

Melihat Andrelin masih seperti tak punya semangat hidup, Orin berusaha mencari topik.

"Katanya akan ada pasar malam. Mau ke sana?"

Adrelin mengangguk malas. Pikirannya masih berkelana pada pertemuannya dengan Darren.

Darren ke rumah Erlyn?

Apa dia masih berhubungan dengan keluarga Erlyn, ayahnya?

"Aku sempat mendengar ada seorang yang melamun, besoknya dia gila. Ahhahaha." Orin tertawa garing, berusaha mencairkan suasana. Yang ditargetkan makin tak tertarik. Secara tidak langsung si berengsek ini mengatainya sinting. Andrelin sebenarnya tidak terima, tapi terlalu malas untuk memperpanjang.

Malamnya.

Suasana ribut, ramai, membuat Andrelin jengah dan tak bersemangat. Dia benci berada di antara orang-orang, rasanya dia sudah mati rasa. Dan orang di sebelahnya malah tidak mengerti.

"Mau naik bianglala?" tanya lelaki itu makin membuat muka Andrelin keruh.

Ayolah, andrelin bukan seperti bocah remaja pada umumnya yang akan sangat berbinar diajak ke tempat seperti ini.

Dia menyahut tak senang, merogoh kocek dan memainkan ponselnya. "Tidak. Kau saja."

Orin menarik napas, dia mengacak pelan rambut coklat kehitaman miliknya. "Kau punya masalah apa? Terkadang sesuatu akan terasa ringan bila dibicarakan pada orang lain. Tidak perlu sungkan untuk bercerita, aku akan mendengar." Orin melempar senyum pada Andrelin, netra mereka bertumbukan sesaat. "Ayolah," katanya meyakinkan.

Adrelin bungkam.

Perlahan ia membuka suara, "Orin," panggilnya pelan. Yang dipanggil tersenyum manis. "aku ... hanya orang jahat," lanjutnya.

Orin bertanya menanggapi, "Lalu? Kebanyakan orang baik berubah jahat karena keadaan, bukan?"

"Aku pernah peduli, sekarang sarkas."

"Ceritakanlah. Hei, kau bahkan yang menolong dan menampungku selama ini. Mana mungkin aku berpikir kau bukan orang baik. Jika benar pun, aku akan tetap menganggapmu baik."

Lelaki berwajah manis itu menuntun Andrelin ke bangku kosong belakang wahana rumah hantu. Melihat Andrelin yang seperti tidak takut pada apapun, Orin sedikit banyak mengertilah.

"Tidak takut, 'kan?" tanya Orin tertawa.
Andrelin menoleh, memiringkan kepalanya dan menatap wajah lelaki itu sebentar. Orin salah tingkah.

"Ke-kenapa?" tanya lelaki itu.

"Kau pernah jatuh cinta?"

Uhukk.

Orin tersedak salivanya, terlalu terkejut akan pertanyaan yang dilontarkan gadis di sampingnya.

"Iya," katanya mantap. Jantung lelaki itu memompa cepat. "Bahkan sekarang aku sedang merasakannya."

"Benarkah? Andrelin sedikit tertarik."Maksudku, lalu?"

Bibir Orin terbuka hendak menjawab, tetapi kembali terkatup. Dia mengambil napas dalam, berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Memangnya apa?" Orin balik bertanya. "Aku menyukainya, tanpa alasan jika ditanya kenapa bisa jatuh cinta, mungkin hanya kujawab karena aku nyaman bersamanya."

"Apa cinta itu sulit?" Kening gadis itu berkerut sebentar.

"Berat tidak hubungan dalam sebuah  percintaan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jika kita terlalu melankolis dan bucin itu juga berefek tidak bagus. Namun, semua kembali pada diri sendiri."
Andrelin mendengar dalam diam. Bibirnya terkatup rapat.

Dewasa juga lelaki ini, ternyata bukan hanya umur yang lebih tua darinya. Andrelin jadi sedikit tenang berada di dekat lelaki ini.

"Orin melihat sekeliling. Matanya menemukan salah satu stand minuman. Karena bicara sedikit bijak juga membuat dirinya haus. "Tunggu di sini sebentar."

Andrelin mengangkat bahu tidak peduli.
Netra biru gadis itu menyisir sekeliling. Dia merasa seperti sedang diawasi.

Andelin memandang waspada sekitar. Ia kaget saat ada yang menepuk bahunya.
Orang bertudung, semua yang ia pakai berwarna gelap. Orang itu langsung menarik tangan Andrelin.

Ini ramai, jika dia menghajar orang yang menariknya hanya akan menjadikannya objek viral.

Jadi Andrelin memilih ikut saja. Meski ia sadar kalau dirinya diculik saat ini.

Dirasa mereka sudah jauh dari keramaian, Andrelin memiting tangan orang bertudung, tapi lelaki itu tahu pergerakannya dan berhasil terlepas.

Lelaki bermasker itu berniat mengunci gerakan tangan Andrelin tapi ia mengelak dan berusaha menendangnya. Namun, orang itu berhasil menahan pergerakan Andrelin hingga gadis itu terjatuh, orang itu mendekat mencekik lehernya. Tangan kanan Andrelin meraup lengan orang bermasker, dan menggigitnya.

"Arghh!"

Tak menyerah. Orang itu merogoh sakunya.

Suntikan. Itu bius, Andrelin berusaha bangkit, tapi lehernya terapit.

Dengan posisi romantis bergulingan di tanah, lelaki bertudung mulai menyuntikan bius ke bahu gadis itu.

___

TBC ...



Triple update.

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang