8. Si Polisi Muda

2.3K 72 0
                                    


"Aku sering memecahkan riddle. Di sana banyak jenis kode," jelas Edward acuh. Tangan pria itu memainkan pisau yang tampak mengkilat, tanpa melihat lawan bicaranya.

Pergerakkan tangan Andre terhenti saat berniat untuk meneguk minuman beralkohol, wajahnya terlihat penasaran.

"Mungkin akan seru jika aku ikut memecahkan," pikir Andre, melirik temannya meminta pendapat.

"Halah. Kau tak akan bisa!" Terlihat jelas Edward mengejek sang sahabat.

"Aku tidak bodoh, Bangsat!" Andre mendesis tak terima.

Gelak tawa Edward semakin menggema, terlebih melihat wajah geram Andre.

"Bukankah begitu kata Alin?" Edward bertanya seraya tersenyum menang. Lagi.

"Ah, Alin ... bagaimana jika dia mencaritahu?"

Sang sahabat kembali tertawa saat mendengar pengalihan topik dari Andre.

"Bukan masalah besar," balas Edward tanpa beban.

"Masalah, jika tahu bukan dariku."

"Maka beritahu! dan selesai." Andre diam, tetapi otaknya berpikir.

"Dia akan senang ... atau marah, ya?"

"Keduanya."

"Jika dia datang ... jelaskan semuanya."

"Hm ...."



Brakkk.

Dua bawahan Andre melempar kasar polisi yang berani mengacaukan rencana tersusun oleh sang atasan. "Tuan ini pol ...."

"Wahh, dia terlihat muda!" seru Edward bertepuk tangan. Tawa yang tadinya belum reda kembali meledak.

"Diamlah, Bodoh!"

Tatapan Andre mengintimidasi pria muda yang terduduk di lantai akibat anak buahnya. Senyum miring terukir di wajah, ia kenal pria ini.

"Hei! Jangan tatap dia begitu, kau bisa jatuh cinta!" Gurauan Edward terdengar garing, nyatanya sang teman masih setia dengan senyum aneh.

Edward bingung akan sikap Andre. Maka saat matanya dengan tak sengaja melihat Andrelin yang berkutat dengan ponsel, menuju ke arah mereka.

Ia berteriak, "Lihatlah wajah tampanku, Polisi Muda!"

Sontak langkah Andrelin berhenti. Gadis itu berbalik, merogoh masker di kantong jaket kulit hitam yang pas dengan jean sobek-sobek, serta sepatu senada yang melekat di tubuhnya.

Usai dengan tampilan yang hanya memperlihatkan iris biru itu, ia kembali mendekat.

"Jadi, maksudmu kau lebih tampan?"

Si polisi abai akan Edward, mukanya sudah penuh lebam akibat pukulan Edward yang kesal karena dirinya tidak mau mengatakan dan mengakui ketampanan orang ini.

Fokusnya kini terarah pada orang berpenampilan hitam-hitam yang baru tiba. Mungkin atasan mereka, pikirnya.

Dilihat dari tubuh mungil Andrelin, jelas Si Polisi ragu jika Si Jaket Hitam adalah lelaki.

"Siapa?" Suara serak Andrelin mampu memecah suasana yang sempat hening tadi.

"Penggagal misi, Bos!" Edward menjawab cepat. Sedang, Andre menatap adiknya datar.

"Aku seperti mengenal suaranya," guman si polisi, kini ia tampak amat lusuh. Kaus yang tadinya putih berubah keabu-abuan.

Ekor mata Si Polisi melihat sekeliling ruangan. Dia yakin ini markas mafia di depannya. Dinding kedap suara, ada pintu kayu sisi kanan ruangan, Si Jaket Hitam tadi masuk lewat sana.

Saat pikirannya mulai bergerak untuk bagaimana cara kabur. Ujung pisau tepat di bawah dagu, ia menelan saliva. Tantang menatap langsung iris biru milik Si Jaket Hitam---pemilik pisau di bawah dagunya. Ini perempuan, dalam hati ia berujar.

Dengan sekali kode mata, anak buah Andrelin bergerak. Melepas paksa celana jean Si Polisi. Tentu tak bisa banyak berontak dengan keadaan terikat. "Lepaskan!" desis Si Polisi, tak terima perlakuan orang serba hitam ini.

"Lepaskan semua. Maksudmu?" tanya pura-pura Andrelin.

Jelas Si Kaus Lusuh kesal. Kini keadaannya kian mengenaskan. Lebam bukan hanya di wajah, terlebih terikat tali amat sesak, dan hanya celana dalam sebagai bawahan. Memalukan.

Dia di kelilingi sekitar sepuluh orang berpenampilan hitam.

"Mau diapakan, Bos?" Akhirnya Andre bicara.

Andrelin menatap Sang Kakak sekilas, sebelum berkata, "panggang."

Edward di sebelahnya tertawa terpingkal. Setelah itu serius bertanya, "apa di sini ada gay?"

Ada beberapa mata yang berbinar.


"Habislah, kau ...."


___

TBC ....



Maaf ngaret. 😣



Rabu, 11 September 2019

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang