14. Menghilang

966 33 2
                                    

"Erlyn sempat ke sekolah. Aku melihatnya." Asap rokok Andre mengepul, mengganggu pandangan Andrelin.

"Apa yang dia lakukan, Bang?"

Andre tidak mengatakan saat Elyn datang ke sekolah membawa sebuah buku, sampai ia keluar tanpa membawa apapun. "Tidak ada. Dia hanya masuk ke kelasnya," jawab Andre.

Saat satu kebohongan terungkap, bukankah seorang itu akan melakukan kebohongan yang lebih sering agar apa yang ditutupi tidak tercium untuk selanjutnya?

Kenapa sesulit ini untuk kembali memercayai saudaranya sendiri?

Andrelin kembali bertanya, "Abang mengikutinya? Memang apa yang dilakukannya di kelas? Tidak mungkin tidak ada tujuan."

"I-iya, aku cukup penasaran." Tidak. Andrelin tidak harus tahu tentang isi buku Erlyn.

"Bukan tidak mungkin Abang juga ada di tempat kejadian?"

"ALIN!" bentak Andre tidak senang. "Kau menuduh Abang terlibat? SUDAH KUKATAKAN AKU MENCINTAINYA!"

"Ucapanmu memperjelas keterlibatanmu, Bang," desis Andrelin berlalu.

"Alin, tunggu dulu! Aku belum selesai bicara," cegah Andre geram. Dia menarik pergelangan tangan sang adik, memaksakan untuk menatap sorot gelapnya, kedua tangannya kini mencengkeram erat pundak Andrelin.

"Bukankah Abang sendiri yang selama ini menghindar?!" Air mata Andrelin meleleh begitu saja saat mendapat perlakuan kasar sang kakak. Bukan ... bukan, karena sakit pada fisik, tapi hatinya.

"Alin ... aarghhh!" Andre frustrasi. "Shit! Dengarkan dulu—"

"Tidak penting," potong cepat Andrelin. Setelah mengusap wajah basah oleh air mata, dia berlalu pergi.

"Harusnya memang aku tidak menemuimu saat kau menelpon, 'kan, Alin?" tanyanya sendu pada diri sendiri. "Harusnya, sekarang Erlyn tetap hidup jika aku tidak terlambat datang?" Andre kian tertunduk, terbayang masa lalu.

"Harusnya ... Abang jujur dari awal." Andrelin berbisik sakit. Kali ini dia benar-benar menghilang di balik pintu.

"Aku pergi, Bang," pamitnya pelan.

Kamar ini ...

... hanya menambah rasa sakitnya.

Menghilang adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Andrelin dan segala egonya, apalagi memang?

"Makin ke sini aku semakin sadar bila memang tidak ada yang memerlukanku. Sampai kapan aku akan selalu berada di tempat yang salah, 'kan?" desisnya miris.

____

Hampir sebulan dia menghilang. Semua hal yang masih janggal ia kumpulkan sendiri.

Oh, buku itu ... buku Erlyn. Hanya diary milik gadis itu.

Dairy yang memperjelas kematiannya.

Kau lebih berarti dari jutaan kata yang tersampaikan.

Jika aku dan kau harus menjadi kita, aku tidak ingin hanya janji juga bual kata setia darimu, karena cinta butuh ikatan yang nyata.

Apa benar kau mencintaiku? Atau aku, hanya pelampiasan hasratmu?

Lalu, kenapa harus sesakit ini? Apa aku memang tidak pantas untuk bahagia?

Kenapa saat aku dan kau sepakat, justru Papa datang dengan kesepakatan lain?

Aku tahu, bukan hanya aku yang tersakiti. Namun, kau juga ikut perih karena terluka di hati. Tapi, ini jalan yang kau pilih dan aku setuju demi cinta yang tak bisa bersatu meski kita berpijak di planet yang sama.

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang