7. Curiga Abang

2.6K 108 4
                                    


"Abang tidak bertanya dari mana aku dapat KELASKUES, hem?" tatapan Andrelin seakan menuduh sang kakak.

Andreas meneguk saliva.

"Abang sudah mengerti, Alin." Andre tersenyum seraya mengelus kepala sang adik.

Alis Andrelin terangkat. "Coba jelaskan, Bang," pinta Andrelin kemudian.

"I-itu ... mana kertas?"

"Jelaskan saja, Bang."

"Aku perlu kertas un--"

"Jelaskan saja!" Andrelin memotong cepat.

"Baiklah."

Menggaruk kepala seakan gatal, Andre memutar otak.

"Abang?"

"I-iya," sahut Andre tertawa kaku.

Raut wajah adik terlihat menunggu. Akhirnya dia menjelaskan, "I geser dua huruf menjadi K ...."

Nyatanya bukan penjelasan Andre yang menjadi fokus Andrelin. Namun, senyuman yang terlihat aneh dan kaku yang ia tangkap dari ekspresi kakaknya.

".... Nah, u-untuk tiga dikurang dua sama dengan satu, bukan? satu adalah huruf A--"

"Cukup. Apa yang Abang sembunyikan?"

Pertanyaan Andrelin mampu membuat alis Andre terangkat, ia menatap lekat aktivitas adiknya yang menguncir asal rambut pirang itu. "Memangnya apa?" tanya balik Andre.

"Past--"

'Drrrrttt.'

"Sebentar."

Andrelin membuang muka, menunggu dengan rasa kesal.

"Abang mau ke markas sekarang," ujar Andre memberitahu. Setelah menutup telepon.

"Oh."

"Ya sudah, abang berangkat." Sebelum pergi ia sempat mengecup kening sang adik.

Terukir senyum misterius di bibir Andrelin.

___

Di Markas

"Kenapa bisa, heh?!" Tidak ada yang berani menatap wajah murka Andre.

Merasa tidak ada sahutan, dia mendekati salah satu dari deretan pria berpakaian hitam.

Dia mengeluarkan pisau kecil di saku celana. "Mulutmu tidak berguna," desisnya, menyayat bibir lalu pisau berhasil masuk ke tenggorokan pria tersebut.

Untuk berteriak sakit pun tak mampu dilakukan pria bermata sipit. Hanya menatap sayu atasan dengan raut menyedihkan.

"JAWAB!"

"Ka-kami lengah, Tuan. Polisi muda yang menangkap rekan ... dia cerdik--"

"DIAM!"

Apa daya, diri hanya anak buah. Bibir pria berambut cepak terkatup rapat begitu mendengar Andre kembali membentak.

"Seret polisi sialan itu ke depanku. Sekarang!"

Semua mata melotot mendengar kata 'sekarang'.

"Menunggu apa?" tanya Andre menatap satu persatu orang di sana.

Baru dia ingin mengeluarkan pistol, tetapi ia urungkan saat melihat para anak buah sudah berlalu keluar.

Dia menghentikan langkah tergesa salah satunya. "Di mana Edward?"

"Setelah mengatakan Anda akan datang. Tuan Edward pergi t-tanpa memberitahu tujuannya, Tuan," jelas pria itu menunduk takut.

Setelah cukup mendengarkan, Andre menendang perut si pria hingga terhuyung ke dinding. "Pergilah!"

"Woah, ada apa?" Andre berbalik kembali saat mendengar suara Edward.

"Dari mana?"

"Cuci mata," jawabnya mengerling.

"Tidak mabuk?"

"Tidak. Aku ingat akan kemari lagi."

"Ya."

"Hei! jawab dulu, ada apa?"

"Kau sendiri yang mengatakan ini di telepon." Jelas saja Andre kesal dengan pertanyaan itu, dia datang karena Edward yang menelepon.

"Oh, iya. Aku lupa."

Andre hanya menggeleng.

"Eh, di mana Andrelin?"

"Di rumah."

"Oh."

"Hm."

"Bagaimana pendapat Andrelin tentang kode yang berhasil kupecahkan?"

"Dia mencurigaiku," jawab Andre dengan helaan napas.

"Wajar."

"Lagipula, tahu dari mana kau kode semacam itu?"


___

TBC ....

Komentarmu kutunggu! 😉

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang