4. Masalah Lagi

3.5K 160 11
                                    

Sebenci apapun kau kepada seseorang, pasti masih ada secerca rasa peduli.

***

"Alin ...." Terdengar suara berat diseberang telepon.

"Abang?" panggil Andrelin dengan nada bertanya.

"Pa .... " Seakan ragu tuk melanjutkan kata-katanya. Andre menghela napas saat sang adik hanya diam menunggu ia melanjutkan bicara.

"Papa meninggal."

Tidak ada sahutan dari si adik.

Bohong, jika Andrelin tidak sakit. Ia memang benci. Ia memang kecewa. Ia memang kesal. Tapi bukan berarti tidak peduli.

Setetes bulir bening jatuh dari dari pelupuk mata Andrelin. Apa harus sesakit ini?

"Papa dibunuh, Alin," jelas Andre menahan tangis.

Hening.

"Al---"

"Hemm. Sudah, Baru, aku lelah." Sambungan diputus Andrelin.

___

"Mantan suami mama mati."

Seketika Hana menoleh, menatap putrinya dengan wajah penuh tanya. Sebenci itukah ia pada papanya??

"Aku tidak bercanda, Ma," katanya lagi melihat saat keraguan Hana.

Mata Hana melebar seketika. Lelucon apa ini?

"Papa meninggal," ujarnya sendu.

"Lin?" Hana menatap Alin dengan mata berkaca-kaca, ia benci pria itu. Tapi bukan berarti cinta yang dulu pernah ada sudah hilang sepenuhnya.

"Anton, me-meninggal?" sekali kedip air mata sang mama runtuh.

Hikss ....

Ya. Andrelin terlalu rapuh.

___

Selesai pemakaman, Hana menatap putra yang dirindukannya.

"Dre!"

Andre menatap mamanya sekilas sebelum berhambur kepelukan malaikat tak bersayap itu.

"Mau 'kan, tinggal bersama mama dan Alin?" tanya Hana penuh harap.

Andre menatap sang adik yang juga menatapnya.

"Aku tidak bisa, Ma," ucapnya kemudian.

"Kenapa?"

"Emm ... ru-rumah papa akan kosong, Ma." Andre merutuki kebodohannya karena ucapannya sendiri.

"Rumahnya tidak akan lari, Dre," jengkel sang mama, "lagipula kamu bisa ke sana kapanpun kamu mau," lanjutnya.

"Bukan rumah yang lari tapi orangnya, Ma," sahut Andrelin yang hanya diam sedari tadi. "Dia tidak mau dikekang," gumam Andrelin.

Siapa yang mengatur kemafiaan jika Abang tidak bisa keluar, pikirnya.

___

"DIABRENGSEK."

Andre membaca surat yang ia temukan di dekat mayat Anton, papanya.

"Hhaha." Tawa Andrelin menggelegar di seluruh sudut ruangan, mendengarkan abangnya membaca isi surat.

"Cukup mudah untuk mencari si pembunuh, Bang," ujar Andrelin setelah tawanya reda.

____

TBC..

Hai-hai segini dulu ya!! Jangan lupa vomentnya. 😊

👇👇👇

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang