5. Kode?

3.6K 145 15
                                    

Dorr. Dorr ....

.

.

Brukk ....

Suara tembakkan bersamaan dengan ambruknya tubuh seorang wanita.

Derap langkah kaki seorang pria mendekat ke tubuh wanita yang tergeletak di lantai dengan peluru bersarang di kepala si wanita.

Pria tersebut menginjak tubuh tak bernyawa si wanita setelah melempar pistol ditangannya.

"Tidak seru," ucap gadis bermata biru mendekati si pria.

"Dia sudah tersakiti jadi tidak perlu banyak menyiksanya lagi," balas pria itu santai.

"Dia yang membunuh Papa, Bang," geram gadis beriris biru pada pria yang dipanggilnya Abang.

"Aku tau. Kalau Alin berada di posisi wanita itu, apa yang akan Alin lakukan?"

"Sayangnya itu tidak terjadi padaku."

"Wanita itu hamil anak Papa."

"Bisa jadi bukan Pa--"

"Alin pikir aku bodoh, heh?" Andre memegang kedua bahu Andrelin, menatap sang adik dengan mata elang miliknya.

"Wa-wanita itu ja--"

"Menurutmu, untuk apa dia membunuh Papa?"

"Hemm ... me-mereka sama ...." Andrelin tak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi. Haruskah ia akui memang papanya yang brengsek? tapi memang itu nyatanya.

"Menurutmu untuk apa dia meninggalkan surat, Bang?" tanya Andrelin dengan alis terangkat.

"Karena ia menginginkan kematiannya."

___

Gadis itu berjalan di lorong sepi sekolah, dengan mata masih fokus pada layar benda persegi ditangannya.

Di kelas

Gadis itu memperhatikan siswa yang duduk semeja dengannya. Siapa? pikirnya. Seingatnya ia duduk sendirian di bangku belakang paling pojok.

"Mengagumiku, Nona?" Hingga suara siswa tersebut menyadarkannya.

Netra gadis itu berkedip berulang kali, baru menyadari kebodohan yang dia lakukan.

Ah sial.

___

"Aagghh ...."

Puas.

Itulah yang dirasakan pria itu sekarang. Dia sudah menyingkirkan saksi mata yang melihat aksinya saat membunuh wanita sialan itu.

"Bang!" Pria itu menoleh mendapati sang adik yang menatapnya seolah menuntut.

"Alin." Ia tersenyum lembut.

"Aku juga ingin melakukanya," ucap Andrelin merengut.

Andre, pria itu menggaruk kepalanya sambil memutar otak untuk mengalihkan perhatian sang adik.

"Alin, kode it--"

"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan, Bang," potong adiknya cepat.

"Sudahlah lebih baik pecahkan kode yang kutemukan, agar Alin bisa segera mencincang pembunuh sahabatmu."

Andrelin mengepalkan tangan mendengar kata pembunuh.

"Untuk itu, biar aku yang menyelesaikan," balas Andrelin tersenyum misterius.

"Alin sudah tau apa arti kode itu?" tanya Andre penasaran.

Andrelin diam, tanpa berniat menjawab. Kali ini ia tersenyum miring.

"Dua," gumam Andrelin mengetuk-ngetukkan jari di atas meja.

"Kau akan bermain dalam permainanmu sendiri." Ia bermonolog.

___

Brakk!

.

Buku-buku berserakan di lantai, Andrelin tetap diam membiarkan siswi berkacamata bulat memungut buku yang jatuh.

"Ikut aku!" seru Andrelin setelah siswi itu berdiri.

Siswi berkacamata tetap diam sambil menunduk tetapi masih mengikuti Andrelin yang berjalan mendahului.

"Apa yang kau lihat malam itu?"
tanya Alin tenang.

"Aa-kku ...."

"Bicara yang jelas," desisnya.

"Aku hanya melihat Erlyn berlari setelah itu ak-ku ...."

___

TBC ....

Andrelin A Mafia GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang