Ingin sekali ku beranjak dan menghampirimu. Namun apadaya, yang aku lihat kau sedang tertawa. Tertawa yang benar-benar tawa. Sorot matamu pun sedang bergembira.
Ah.. putus lagi harapanku untuk menemuimu. Karena melihatmu bahagia, aku tak ingin mengganggu.
Setidaknya tertawalah seperti itu. Aku suka melihatmu tertawa meskipun diri ini sedikit terluka.
Hanya sedikit, tenang saja.
Berbahagialah.
Jika itu adalah satu-satunya cara untukmu bahagia, maka keputusanmu menjauhi aku sudah tepat. Aku tak ingin memaksamu untuk bersamaku. Karena saat kita bersama, aku hanya melihat secercah senyum yang tak pernah tampak. Mata pun tak lagi bercerita tentang apa yang membuat kita sama-sama bahagia. Menatap saja sudah tak lagi ada, bagaimana kita bisa bercerita? Kata juga tak pernah menjadi jembatan antara kita. Jangankan kata, huruf pun tak mampu menghendakinya.
Baiklah, sekarang aku menyerah. Aku menyerah pada keheningan yang selalu menyertai kita dimanapun kita berada.
*Direvisi pada 13/06/2020
-Mareta F. Latifa
KAMU SEDANG MEMBACA
Satar Angan (TELAH TERBIT)
PoezjaHigest Rank : #4-sajakrindu (14-08-2018) #10-curahan (14-08-2018) #52 - prosa (05-08-2018) #82 - poem (11-08-2018) #136 - kata (05-08-2018) Blurb: Kita hanyalah insan yang terselimut rasa tanpa kata. Memilih bungkam dalam celah masing-masing lara. H...