Prolog

1.8K 147 20
                                    

Pria itu memandang ke seluruh penjuru Grand Ballrom Four Seasons hotel tempat ia sedang duduk bersama dengan sahabat-sahabatnya. Ruangan ini telah disulap menjadi lautan bunga pink, putih dan kristal yang sungguh indah. Bagaikan ruang kerajaan cerita-cerita princess yang dibuat Disney. Berbagai bunga dengan kombinasi pink pastel, hijau muda dan putih menghiasi ornamen kristal yang menjadi center piece di setiap meja yang ada membuat suasana tersebut semakin mirip seperti negeri dongeng. Detil pengaturan piring dan cutlery dengan lapisan emas tak lepas dari pengamatannya. Bahkan serviette dan tissue yang diletakkan di atas mejapun ada border serta embos nama sang tuan rumah. No wonder, pikir pria itu ketika ia melihat ke arah sang empunya acara. Mengenalnya sejak SMA, sudah pasti detail dan tema seperti inilah yang dipakai untuk hari bahagianya.

Wajah tampan pria itu menunjukkan kebosanan yang teramat jelas. Meskipun diatas panggung terlihat seorang penyanyi terkenal menyenandungkan lagu 11 Januari ciptaannya dan sepasang pengantin yang saling memandang dengan senyum bahagia melangkahkan kaki mereka di lantai dansa. Baginya cinta itu palsu, hanya sekadar kata-kata yang kemudian hilang seiring berjalannya waktu. Cinta baginya hanyalah ilusi.

Matanya tetap berkeliaran memandang seluruh penjuru ruangan sambil sesekali menyesap wine yang disajikan. Pernikahan bukanlah acara favorit yang menjadi pilihannya, namun ini adalah acara keluarga sahabatnya yang tidak mungkin ia lewatkan. Bisa pecah gendang telinganya mendengar omelan sahabatnya yang paling berisik apabila ia tidak menyempatkan menghadiri acara ini. Untungnya sajian yang disiapkan oleh sang empunya acara sangat fantastis dan memanjakan lidah. Tampak menu diatur dengan sempurna. Sekali lagi, mengingat sang mempelai wanita, hal ini sudah pasti tak lepas dari pengawasannya yang bertangan besi. Sungguh, ia merasa kasihan kepada siapun yang bekerja dibawah pengawasan wanita itu untuk mempersiapkan pesta ini.

Tiba-tiba perhatiannya terpaku pada sesosok gadis yang sedang berdiri di arah pintu tempat keluar masuk makanan untuk pesta megah ini. Sosok itu begitu kontras dengan para tamu yang hadir. Diantara ratusan wanita yang datang dengan riasan maksimal dan pakaian nan glamour, gadis ini hanya mengenakan LBD sederhana dengan flat shoes senada. Ia tampak serius mengamati jalannya acara sambil sesekali melirik tab yang dipegangnya. Tatapan mata serius gadis itu sungguh mempesonanya. Gadis itu tidak secantik dan tidak se-elegan wanita-wanita yang hadir mala mini, namun entah mengapa pandangannya tidak dapat teralihkan. Seakan ada magnet yang menariknya untuk terus memperhatikan gadis itu. Sungguh, ini pertama kalinya setelah sekian lama ia merasa tertarik kepada seorang gadis yang bukan tipenya yang biasa. Bukan wanita karier modern yang bisa saling sepakat dalam menjalani pelepasan fisik. Justru kesan serius dan polos yang menghiasi wajah cantiknya menyihirnya hingga terpaku sesaat. Sekelebat waktu seorang waiter lewat di depan gadis itu dan detik berikutnya gadis itu hilang dari pandangannya. 

(BUKAN) TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang