Bab 14

446 52 26
                                    

Ada sesuatu yang asing yang menimpa tubuhnya, namun entah mengapa ia merasa aman dan nyaman. Meskipun masih setengah mengantuk, Emma memaksakan matanya untuk terbuka. Sesuatu yang berat menindih perutnya. Emma menggeliat kecil.

"Sudah bangun Tuan Puteri"? kata sebuah suara berat di sebelah telinganya. Emma membalikkan badannya dan mendapati muka Tony tepat di hadapannya.

"Kau... Apa yang kau lakukan di kamarku..." Kata-kata Emma terputus ketika sepotong ingatannya kembali satu demi satu.

Muka Emma memerah dan Tony hanya tersenyum kecil. Emma mencoba untuk menghindari tatapan Tony, namun pria itu malah semakin mengencangkan pelukannya di tubuh Emma seraya menggulingkan tubuh gadis itu sehingga ia menindihnya. Dengan lembut Tony memegang wajah Emma sehingga mereka saling berhadapan dan tidak mungkin emma menghindari tatapan matanya.

"Apa yang terjadi di antara kita indah. Dan tidak ada yang salah dengannya."

Sambil berkata demikian, Tony mengecup sekilas bibir Emma. Lalu ia berguling turun dari tempat tidur. Hal itu membuat Emma terkesima karena ternyata Tony bertelanjang dada. Dadanya yang bidang nampaknya cukup mempesona Emma. jangan lupakan perut roti sobek Tony yang membuat Emma terpana. Wajahnya yang merah bertambah merah dan Tony tertawa geli.

"Well... Kau suka dengan apa yang kau lihat?"

Emma hanya dapat menunduk malu sementara Tony memungut kemejanya yang terjatuh di lantai. Emma mencoba lebih relax, toh banyak gadis masa kini yang dapat terbangun dengan santai dengan pria disampingnya. Namun ia tidak sadar dengan keadaannya sendiri. Selimut yang menutupi tubuhnya melorot sampai ke pangkuannya. Hal itu membuat bagian atas tubuhnya terekspos. Dengan gugup Emma menarik selimut itu kembali ke atas menutupi tubuhnya.

Pemandangan itu tidak luput dari perhatian Tony. Ia memandang Emma dengan sedemikian rupa sehingga Emma kembali salah tingkah. Tony kembali mendekat dan membelai pipi Emma lembut.

"Tenang Emm... Aku tidak ingin menyakitimu. We'll do it slowly. One step at a time..." katanya pelan sambil menggengam tangan Emma yang sedang mencengkram selimut di dadanya.

"Apa maksudmu?" tanya Emma kebingunan.

"Maksudku, kita perlu lebih mengenal lebih dalam lagi."

Seraya berkata demikian, Tony keluar dari kamar dan untuk menjaga privasi Emma, ia mengatakan akan menggunakan kamar mandi luar.

"Ada handuk bersih dan sikat gigi baru di kabinet kamar mandi luar," Emma berujar pelan.

"Ok, thanks Emm.." jawab Tony seklias sambil berlalu dan menutup pintu.

Sementara itu, Emma bangkit dari tempat tidurnya dan menjangkau tank-top yang semalam dicampakkan begitu saja di lantai. Pada saat itu ia melihat kancing kemeja yang berceceran di lantai. Ia menyadari dengan sekejap apa yang nyaris terjadi semalam, segala hal itu membuatnya nyaris lupa daratan.

Dikenakannya tank-top itu dan ia pun berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia mengambil sepasang baju bersih untuknya. Dibukanya lemari cabinet disamping lemari bajunya. Diambilnya sehelai kemeja pria berwarna abu-abu milik Andre untuk Tony kenakan.

Emma keluar kamar bertepatan dengan Tony keluar dari kamar mandi. Dengan rambut masih basah dan bertelanjang dada, Tony kelihatan mengagumkan. Dada Emma kembali berdegup dengan kencang.

"Hmm.... ini untuk kamu pakai. Kemejamu sudah rusak bukan."

"Terima kasih. Aku langsung pulang ya. Ada meeting pagi. We'll talk later on dinner?"

Emma hanya mengangguk lemah. Tony maju dan mengecup kening Emma. Merasa jengah, Emma berbalik kembali ke kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi.

(BUKAN) TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang