Tony pulang kerumahnya. namun belum sampai selesai ia memarkir mobil, ayahnya sudah keluar rumah dan menghadangnya sambil menenteng tas kerjanya.
Ayahnya langsung masuk ke mobilnya.
"Kita hari ini ada rapat tentang hotel baru kita. Kamu dari mana saja sih?"
"Hari ini kau harus bernegoisasi dengan William. Papa harap kamu tidur cukup semalam" kata ayahnya lagi.
Tony menangkap makna ganda didalam perkataan ayahnya.
"Ok, saya semalam memang tidak pulang. Tapi papa tidak usah khawatir."
"Papa percaya, yang Papa inginkan hari ini adalah negoisasi itu berjalan lancar. Kamu jangan pikirkan egomu saja. Dan Ton, masalahmu dengan William jangan kau ungkit."
"Papa, saya tahu apa yang harus saya lakukan."
Baiklah, Papa harap kamu lebih dewasa sehingga tahu benar apa yang harus kamu lakukan dan apa yang sebaiknya kamu hindari. Jangan seperti tempo hari ketika kamu berpacaran dengan Venny."
Mendengarkan kedua nama itu disebut, William dan Venny, Tony naik pitam.
Dipukulkannya tinju kemudi mobilnya.
"Pa, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Kenapa Papa selalu mengungkit nama itu? Ok saya memang bermasalah dengan William, tapi jangan ungkit lagi nama Venny Pa."
"Maaf, Papa tahu. Namun, kini kamu sudah memulai suatu hubungan baru.
Papa tidak mau kamu sakit lagi. Dan jangan sampai kamu melakukan sesuatu yang merugikan dirimu sendiri, seperti dulu. Berita kehamilan..."
Belum sempat ayahnya melanjutkan kalimatnya, Tiny berteriak marah.
"Pa, asal tahu Papa. Venny memang hamil, tapi itu bukan anak saya."
Melihat kemarahan Tony, ayahnya hanya dapat berdiam diri. Putra semata wayangnya itu memang keras dan jarang menceritakan masalah menimpanya. Baru kini, setelah sekian tahun berlalu ia mengerti mengapa puteranya begitu pahit menghadapi masalah itu.
Melihat ayahnya hanya terdiam Tony merasa menyesal.
"Maaf Pa, saya tidak bermaksud membentak Papa. Hanya saja semua ini menjadi begitu rumit saya sedikit kacau. Tapi saya berjanji Pa, saya akan mengendalikan diri didepan William."
"Maafkan Papa Nak, selama ini Papa tidak tahu hal yang membebanimu."
"Bukan hanya cantik, dia cerdas dan mandiri. Hanya saja ia begitu sulit dapat dijangkau Nak?" ujar ayahnya sambil terkeheh. "Kapan Papa bisa memperoleh seorang cucu?"
Tony hanya tersennyum simpul mendengar permintaan ayanya itu.
"Jangan terlalu berharap ya Pa. Doain aja. Kalau dapatpun ga usah ngarep cepet-cepet dapet cucu deh. Mungkin saya menginginkan bulan madu yang lama..."
Ayahnya tertawa mendengar hal itu. Dan sampailah mereka di tempat tujuan. Sebelum mereka turun ayahnya berpesan supaya Tony menjaga emosinya. Hari ini setekah sekian lamanya akhirnya Tony akan berhadapan dengan William untuk yang pertama kalinya, tanpa konfrontasi.
Andre tertegun ketika kedua orang yang dijanjikan itu memasuki ruang rapat. Hatinya berubah kecut ketika melihat Tony mengambil tempat diujung meja rapat. Teingat olehnya permasalahan mereka yang membuatnya bersikap kasar dan benci terhadapnya.
Akhirnya kini, mereka dapat bertemu satu sama lain setelah pertemuan singkat mereka dikantor Emma. Hal itu membuat Andre ketakutan, bahkan sampai saat ini. Ia takut Tony akan membalaskan sakit hatinya kepada melalui Emma. Ia belum tahu apa yang harus lakukan kepada Tony. Tiba-tiba, perhatiannya terpecah melihat penampilan Tony hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) TARUHAN
RomanceEmma adalah seorang gadis yang memiliki trauma masa lalu yang membuatnya tidak mempercayai pria. Tony adalah pria yang pernah dikhianati dan membawa dendam. Apa yang terjadi ketika keduanya terjebak dalam pertaruhan kekanakan yang mengatasnamakan...