Bab 10

498 60 9
                                    

Kontrak dengan Andre sudah ia selesaikan. Sementara kontrak dengan Tony, Chain Tech ralatnya, sedang dalam pengerjaan. Selama sebulan terakhir ini Emma bekerja keras untuk menyukseskan acara launching product Chan Tech ini. Meski harus sering bersitegang dengan Tony untuk menyelesaikannya.

Namun lama-kelamaan ia dapat menyesuaikan diri dengan Tony. Sebenarnya ia sebuah pribadi yang menyenangkan, hanya saja terkadang komentarnya terlalu seksis dan menyinggung masalah-masalah pribadi yang tidak ingin Emma ungkapkan kepada siapapun. Bahkan terkadang mereka sering berdiskusi dengan panjang lebar mengenai hal-hal yang tidak menyangkut pekerjaan sama sekali. Kadang-kadang di coffee shop atau di kafe saat makan siang. Kadang-kadang Emma merasa kehilangan teman bicara ketika Tony sibuk dengan pekerjaannya dan ia harus mengurusi banyak acara yang harus dirampungkannya.

Selain dua proyek besar itu, Lavender Event Organizer juga menangani beberapa acara berskala kecil. Pentas seni sekolahan, SMA biasanya. Pun terkadang pensi universitas adda yang memakai jasanya. Beberapa pesta pernikahan dan ulang tahun perusahaan. Namun sepertinya semua itu tidak cukup untuk mengusir kebingungannya selama ini.

Sudah seminggu ini Emma meneliti dan memeriksa laporan keuangan perusahaannya. Alisnya berkerut melihat besarnya angka-angka tagihan yang harus ia bayarkan. Dibandingkannya neraca pengeluaran dengan neraca pemasukan perusahaan akhir-akhir ini. Seperti dia membuat kesalahan penghitungan.

Dengan nilai kontrak yang sekarang ia peroleh, itu baru dapat membayar dua per lima dari keseluruhan hutangnya. Bukan setengah dari keseluruhan hutangnya seperti yang ia perkirakan dulu ketika ia menerima tawaran dari Chain Tech. Emma mengeluh pelan. Kepalanya pusing memikirkan kelangsungan kantor yang telah ia dirikan dengan kerja keras ini. Namun didalam keadaan yang sedang dalam kesusahan ini. Emma masih bersyukur karena masih ada kontrak yang masuk sehingga setidaknya kantor ini masih dapat hidup meski harus berjuang keras hari demi hari.

Pintu ruangannya terbuka dengan tiba-tiba. Andre dengan santainya masuk kedalam ruangannya sementara Rossie nampak berusaha menghalanginya.

"Maaf Emm, tapi..." ujar Rossie dengan mimik menyesal.

"Tidak apa-apa Ross" jawa Emma.

Rossie keluar dengan gugup. Namun Emma masih sempat memperhatikan sinar kekaguman di mata Rossie yang sedang gugup itu. Tatapan itu ditujukan, tentu saja, untuk kakaknya itu.

Banyak orang yang mengakui bahwa Andre memang tampan. Namun sayang sekali predikat womansier yang ia sandang masih meresahkan Emma. Emma sering berharap kakaknya itu berhenti bermain-main dan lebih serius menata hari depannya. Namun kadang Emma juga dapat memaklumi sifat kakaknya itu karena toh selama ini ia tinggal dengan papapnnya sehingga ia memperoleh warisan sifat yang sama.

Emma menutup map yang berisi laporan keuangan kantornya lalu mendongak ke arah Andre, "Kalau kamu datang kemari hanya untuk membahas masalah kemarin, maka dengan sangat menyesal jawabanku tetap tidak."

"Oh... Itu? Aku kemari bukan untuk membicarakan hal itu."

Jawaban itu membuat Emma terkejut. Ia memandang Andre dengan tatapan tidak percaya.

"OK, kuakui, aku memang ingin membicarakan hal itu. Tapi sebelumnya aku mempunyai tawaran yang sangat menarik untuk membantu kelangsungan perusahaan ini adikku sayang."

"Tawaran apa?" tanya Emma penasaran.

"Ehm... Begini, aku tahu kalau perusahaanmu ini terbelit hutang. Aku ingin menawarkan dana segar untuk perusahaanmu ini. Kalau kamu setuju tentunya."

Emma terdiam dan memandang Andre dengan tatapan curiga. "Apa syaratnya?"

"Gampang kok, kamu Cuma harus datang ke pesta ulang tahun papa bersamaku. Kemudian kamu ikut jalan-jalan keliling Eropa bersamaku dan papa selama 1 bulan. Gimana? Enak bukan?"

(BUKAN) TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang