Emma mendesah perlahan sambil melirik jam tangannya sekali lagi. Sudah satu jam ia duduk sendirian di kafe ini dan orang yang dinanti-nantikannya belum juga tampak batang hidungnya.
"Ish.. Udah jam segini belum nongol juga. Gak biasanya dia terlambat selama ini dan ga kasih kabar. Jangan-jangan kecelakaan," rutuk Emma dalam hati. Diraihnya handphonenya dan diteleponnya nomor Andre. Tidak aktif.
Emma sudah memakan habis Caesar's salad-nya dan ia pun sudah menyelesaikan rundown pameran lukisan di galeri baru Andre yang terletak di bilangan Senopati. Pembayaran lighting, pemesanan katering, dekorasi, slide show, host dan bintang tamu, semuanya sudah diselesaikan. Sepertinya segala sesuatu terkait pameran yang Andre minta sudah selesai dengan rapi.
Sambil menyesap kopinya, Emma tak habis pikir. Apa masalah penting yang membuat Andre mendadak memintanya datang ke kafe ini? Sekali lagi diperiksanya segala persiapan yang laporannya telah ia susun rapi di dalam map merah di hadapannya. Semua telah dikerjakan dengan sempurna.
Siang tadi, Andre meneleponnya dengan suara panik dan memaksa. Apa Andre hanya membesar-besarkan masalah saja, batinnya. Atau malah ia hanya merajuk... Mau marah rasanya, menunggu seperti orang bodoh sendirian selama satu jam untuk alasan tidak jelas. Mana hari ini dia jadi harus bolos bimbingan skripsi. Sudahlah... pikir Emma, mungkin saja Andre dalam keadaan terjepit.
"Sepuluh menit lagi kamu gak datang... Lihat saja nanti malam!" gerutu Emma.
Tidak jauh dari tempat Emma duduk, ada empat orang pria yang sedang menikmati makan siang mereka dan masing-masing diam-diam mengagumi gadis itu. Salah satu dari mereka bahkan secara terang-terangan memperhatikan Emma. Jika saja Emma tidak terlalu tenggelam dalam detil-detil pekerjaannya, maka ia akan menyadari bahwa ia memiliki beberapa pengagum di seberang mejanya.
"Don... Doni... Broooo. Lagi di bulan ye? Jawab, oi!" ujar salah seorang dari pria itu.
Pria yang ditegur itu menoleh kepada ketiga temannya. Katanya "Eh..... hmm.... Sori bro, apaan sih, gue nggak denger."
"Mata udah kaya genderuwo. Melotot ga pake kedip, Cuy..." ujar temannya, Chris. "Liatin apa sih, Bro?"
"Itu lho, cewe di arah jam 7," kata salah seorang temannya, Leo.
"Oiii.. mata dikondisikan! Stay away, bro! Finder's keeper. Kan gue duluan yang lihat!" kata Doni sambil tertawa.
"Boleh juga selera lo, Don. Tapi tu cewe susah. Tipe-tipe yang bikin lu harus berlutut dulu, males juga gue ngeprospek-nya," jawab Leo yang langsung dibalas Doni dengan kerutan di wajahnya.
"Halah, sok te-u lo, Le. Jangan sembarangan ngomong, Le. Kasihan teman kita yang satu ini. Udah ngebet banget, tuh! Mukanya sampai cureng gitu," sela Chris yang ngakak melihat reaksi Doni. "Tapi selera lo memang perlu diacungi jempol Don. In the scale of 1 to 10, I'll give her 8.5."
"Gue nggak sembarangan ngomong, kok!!" balas Leo. "Gue sudah pernah ngalamin sendiri. Gue ngomong berdasarkan pengalaman gue. Pokoknya tu cewe tipe cewe susah, deh, njir, jual mahalnya sih kebangetan."
"Tapi kayaknya buat Doni ada kamus cewe susah deh. Lihat saja selama ini cewe-cewe yang berlutut di kakinya," timpal Chris.
"Eh... maksud lo apa bro, kalo lo dah pernah ngalamin sendiri?" tanya Doni.
Leo tidak menjawab. Ia hanya mengeluarkan sebuah dompet kulit, menarik secarik kartu nama dan meletakkannya di atas meja.
Emma L.W.
Lavender Event Organizer
Phone: 0821-461 41xxx
"Apaan, nih?" tanya Chris.
![](https://img.wattpad.com/cover/155662791-288-k67072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(BUKAN) TARUHAN
RomanceEmma adalah seorang gadis yang memiliki trauma masa lalu yang membuatnya tidak mempercayai pria. Tony adalah pria yang pernah dikhianati dan membawa dendam. Apa yang terjadi ketika keduanya terjebak dalam pertaruhan kekanakan yang mengatasnamakan...