Bab 4

595 77 12
                                    

"Whooowww...." teriak Emma.

"Ada apa ini Emm, kok tiba-tiba kamu teriak-teriak kayak orang kesetanan?"

"Rosie... Guess what?! Barusan ada orang yang tiba-tiba telepon dan menawari pekerjaan unutk kita. Launching Product. Kebayangkan? Dan tebak perusahaan apa?"

"Nyerah deh... kamu tuh paling suka bawa klien aneh-aneh. Aku nggak tahu deh kamu dapet kenalan klien besar darimana... sekarang siapa lagi? Aku tu curiga jangan-jangan kamu punya gadun yang supply kamu klien." tanya Rossie, salah satu karyawan Emma sambil tertawa.

"Chain Tech!"

"Oh My God Emm... Dapat kenalan dari mana lagi sih kamu... Wah, moga-moga dengan kerjaan ini kita bisa bayar lunas hutang-hutang kita ya."

"Ya, aku harap sih begitu. Kita kerja 99 persen sisanya tangan Tuhan deh" jawab Emma. "Kalau begitu sekarang panggil Joe, dan Dani. Kita briefing cepat, karena selain Chain Tech ini, minggu depan kita ada proyek kecil. Just a small cocktail party."

"Dari siapa? Andre? Again? Wow...." ucap Rosie takjub. "Semoga ini semua bisa menyelamatkan bisnis ini Emm..." tambah Rossie sambil berjalan keluar memanggil kedua koleganya yang lain.

"Yoi Emm... ada kerjaan apa lagi nih? Gue sudah siap sedia kerja ngerodi nih... Ada bonusnya dong..." kata Joe begitu ia menampakkan mukanya dari balik pintu ruang kerja Emma.

"Iya nih Bu, ada apa lagi?" sambung Dani.

"Oke. Let's make it fast. Kita mendapat dua proyek baru. Satu dari Pak Andre lagi. Skalanya memang kecil, tapi lumayan untuk kita gajian lah. Untuk minggu depan."

"Apa? Cari mati, mepet sekali!" keluh Joe.

"Jangan mengeluh dulu. Kita butuh uangnya untuk survive. Proyek kedua, pasti besar sekali dan uangnya pun pasti besar. Sebuah launching product dari Chain Tech."

"Yang bener? Ya Tuhan Emm... itu oke banget..." sahut Joe.

"Tapi apa persyaratan yang mereka minta dari kita Emm?" tanya Dani.

"Pertanyaan bagus. Itulah yang bikin gue bingung. Pria yang telpon gue tidak mengajukan syarat apapun. Bahkan gue yang menawarkan diri untuk mempresentasikan portfolio kita. Sounds fishy and too good to be true. Tapi kita disuruh datang hari Jumat besok jam satu siang ke kantornya. Gimana? Siapa yang bersedia?" kata Emma. Emma sendiri merasa bingung dengan tawaran itu. Tetapi mungkin saja orang itu memilihnya karena rekomendasi dari Andre. Jadi tidak usah diambil pusing, pikir Emma.

"Bagaimana kalau kamu saja yang meng-handle ini, Emm? Kamu yang paling mengerti mengenai commercial event dan detail-detailnya. Lagipula Joe dan aku sibuk menghandle proyek dari Andre yang pertama. Nanti Dani saja yang mengurus cocktail party untuk bridal shower minggu depan. Dia sudah berpengalaman menangani hal itu. Jadi semuanya efisien," Rossie menawarkan jalan keluar.

"Setuju!" sahut Dani. "Tidak terbayangkan orang yang lebih cocok untuk bernegosiasi mengahdapi klien sebesar itu."

"Oke kalau begitu kita sepakat!" sahut Joe.

"Ya sudah, gue yang jalan besok Jumat. Tapi bantu gue untuk nyiapin portofolionya ya. Dan tolong cari info tentang Chain Tech ini. Kalau bisa sedetail-detailnya, kita tidak mau mereka lepas kan?"

"Beres boss..." seru Joe, Rossie dan Dani serempak.

Emma memandangi mereka bertiga keluar dari ruangannya. Setitik harapan muncul di dalam hatinya. Setidaknya bisnis yang sudah dirintis ibunya dan ia teruskan sejak empat tahun lalu ini masih dapat dipertahankan. Emma memandang ke sekeliling ruang kantornya yang kecil namun tertata apik ini. Senyum merekah dibibirnya.

(BUKAN) TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang