Chapter 5

61.4K 3.9K 85
                                    

Pagi ini seperti biasa, Elia mengepang rambutnya dan menyimpulkan pita merah di ujung kepangnya.

Hati Elia tak pasti, antara yakin dan ragu dengan rencananya pagi ini. Iya. Rencana untuk membuat Bagas bisa memperhatikannya dan mencadi pacarnya. Yakin bahwa ini bagian dari usahanya mendapatkan hati Bagas dan ragu kalau usahanya ini akan sia-sia.

Elia memasuki kelasnya dan melihat Sandra sudah ada di bangkunya.

"Iya. Gue akan bilang ke Sandra dulu tentang rencana gue!" pikir Elia sambil tetap berjalan untuk duduk di samping Sandra.

TET....

Bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Elia membuang berat nafasnya karena sepertinya belum ada waktu untuk bercerita pada Sandra. Saat pelajaran berlangsung pun hati Elia bingung tak karuan sampai bel istirahat berbunyi baru Elia mencoba untuk bercerita tentang rencananya namun....

Lisa, cewek cantik, kaya, anggun dan pintar, bagaimana tidak? Saat ujian masuk kelas XI IPA A dia mendapatkan peringkat kedua setelah Bagas, dan sekarang cewek tersebut berjalan mendekati bangku Bagas sambil memberikan amplop warna pink.

Semua mata memandang ke arah Lisa dan Bagas. Mereka menyiapkan mata dan telinga mereka dengan apa yang akan terjadi. Penasaran apa yang akan Lisa lakukan. Ya meski sebagian besar mereka bisa menebak apa maksud Lisa tapi bagaimana dengan respon Bagas? Apa dia akan cuek seperti biasa ataukah mempertimbangkan Lisa mengingat Lisa adalah cewek yang bisa dibilang perfect di sekolah.

"El, kayaknya si Lisa mau nembak Bagas deh!" bisik Sandra pada Elia.

Elia diam dan mulai gemetar. Rasa ragu mulai kini mendominasi dirinya. Jari-jarinya mulai gemetar.

"Bagas, gue nulis surat ini buat lo. Lo mau baca surat ini kan?" Lisa memulai dengan senyuman yang terlihat cukup PD.

Bagas melihat Lisa sejenak dengan wajah datarnya dan beralih melihat amplop pink tersebut. Dalam hati Bagas, Lisa cukup berbeda dengan gadis lainnya yang menembaknya. Biasanya cewek yang menembaknya selalu bertingkah kaku, takut dan tidak PD tapi Lisa? Dia berbeda.

Bagas pun tersenyum dan mengambil amplop tersebut.

Semua mata melotot tidak percaya. Seorang Bagas tersenyum pada seorang wanita bahkan menerima surat tersebut? Hal ini sangatlah langka. Tidak, tidak hanya langka tapi sepertinya mustahil.

Lalu bagaimana dengan Elia? Elia mulai merasakan pusing dan hampir mengeluarkan air mata. Dia cemburu dan patah hati. Selama ini Bagas adalah semangatnya untuk belajar, Bagas adalah satu-satunya alasan ia masuk di kelas ini, Bagas adalah orang yang membuatnya bertahan di kelas ini meski kelas ini sama sekali tidak sesuai dengan impiannya. Dan apa ini? Bagas tersenyum pada wanita lain? Bagas menerima surat dari seorang wanita? Apakah harapan Elia akan sia-sia?

Bagas berdiri dan membuka amplop tersebut yang berisi surat. Bagas membuka surat tersebut dan mulai membacanya dengan lantang di kelas.

Semua warga kelas menganga tak percaya apa yangs sedang terjadi. Bagas membacakan surat cinta dari Lisa di depan kelas! Wow...!

"Dear Bagas-," Bagas memulai.

"T... tunggu!" potong Lisa gelagapan karena shock dengan respons Bagas.

Lisa memang ingin menunjukkan cintanya pada Bagas di semua temannya dan ingin Bagas membaca suratnya tersebut, tapi tidak untuk dibaca di depan kelas! Menurutnya itu sangat memalukan!

"Ada apa?" tanya Bagas santai.

"Ba... Bagas, maksud gue... maukah lo baca surat ini saat lo sendiri, bukan di depan kelas kayak gini!" jawab Lisa dengan ragu. Sepertinya kePD an Lisa mulai pudar.

"Lo ngasih surat ini ke gue di depan kelas kan?"

"I... iya, tapi... bukan berarti... untuk dibaca didepan kelas kan?" Lisa mulai takut.

Tanpa basa-basi Bagas menyobek surat tersebut menjadi beberapa bagian tanpa membaca terusan isi surat tersebut sambil memandang Lisa lalu membuang sobekan surat tersebut di depan muka Lisa.

Kali ini semua penguni kelas tidak hanya melongo dan menganga. Kini mata mereka hampir meloncat dari kelopaknya dan tangan mereka menutup mulut mereka.

Elia tidak percaya apa yang sedang dilihatnya. Bagas. Iya, Bagas idolanya. Elia memang tahu kalau Bagas sangat cuek dan terlihat jahat mengingat kejadian siswi IPS bernama Teli kemarin tapi apa ini? Bagas tidak hanya cuek dan jahat tapi... sadis!

"Bersihkan itu!" Bagas menyuruh Lisa memunguti sobekan kertas yang barusan disobeknya tersebut.

Tentu saja situasi ini membuat Elia dan semua temannya semakin tidak percaya. Seorang cewek perfect kayak Lisa ditolak Bagas dengan cara sesadis itu!

Lisa tak tahan untuk tidak mengeluarkan air matanya.

"Bagas... lo tega banget...," ucap Lisa lirih kecewa.

"Itu surat lo, jadi lo harus bersihin sampah lo!" ucap Bagas tanpa rasa kasihan.

Lisa memejamkan matanya sambil menangis dan memunguti sobekan surat tersebut dengan pasrah. Kini dia merasa sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya, yaitu memberikan surat berisi isi hatinya itu pada Bagas di depan kelas!

Elia mengepalkan tangannya kesal pada Bagas serta kasihan pada Lisa. Hati nuraninya sangat ingin mengina Bagas dan membantu Lisa yang kini dipermalukan di depan kelas oleh Bagas. Tak ada satu pun dari temannya yang berani membela Lisa. Elia tak tahan dengan keadaan ini!

Elia berdiri dan bersiap melangkah mendekati Lisa yang sedang memunguti sobekan kertas tersebut namun....

Tangan Elia dipegangi Sandra. Sandra menghentikan langkahnya. Elia pun sontak menoleh pada Sandra sambil mengerutkan alisnya.

"San, lepasin!" pinta Elia bernada marah namun dia tetap menjaga volume suaranya.

Alih-alih melepaskan tangan Elia, Sandra malah menarik tangan Elia kebawah sampai Elia pun kembali terduduk di kursinya.

"San! Apa-apa'an sih lo?" ucap Elia kesal.

"El, kalau lo masih suka sama Bagas, lo harus jaga image lo dihapan dia!" jawab Sandra yang juga menahan volume suaranya.

"Tapi San-"

"El, lo masih suka sama Bagas kan?!" Sandra menekankan pertanyaannya.

Elia terdiam sambil memandang ke arah Bagas yang duduk sambil melipat tangannya ke dadanya dan memandangi Lisa yang memunguti sobekan kertas tersebut.

Elia bertanya pada hatinya, memasuki perasaan terdalamnya, mencoba menelaah logikanya namun dia lemas tak berdaya. Ia tahu jawabannya. Iya, dia masih menyukai Bagas dan tidak siap bila Bagas membencinya saat ini.

"El, Lisa ngasih surat cintanya ke Bagas didepan umum. Itu berarti dia udah siap dipermalukan sepertihalnya Teli kemaren!"

Elia bisa mendengar bisikan Sandra namun dia masih miris melihat Lisa dipermalukan seperti itu. Tidak hanya itu, dia mulai teringat rencananya. Kini keraguan seratus persen menyelimuti hatinya. Dia juga telah menyiapkan surat cinta untuk Bagas namun kini dia sudah tahu jawabannya.

Lisa, seorang cewek yang perfect saja ditolak dan dipermalukan oleh Bagas, apalagi dirinya? Dia yang seorang cewek biasa, miskin, otak sedang-sedang saja bahkan dulu banyak yang mengkritik penampilannya. Tapi inilah dirinya! Elia! Elia yang sederhana.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang