Chapter 33

54.3K 3.5K 204
                                    

Guys... kembali lagi nih di cerita ini...

Semoga kalian tetep suka, ngevote dan komentar ya...

Makasih udah baca karya penulis amatir ini...hehe

Love you...

Setelah mengantar Elia pulang, Bagas pulang ke rumah super megahnya. Rumah dengan taman besar dan indah lengkap dengan air mancur ditengah tamanya. Rumah tingkat kokoh dengan barang-barang super mewah di dalamnya. Rumah yang mempunyai 20 asisten rumah tangga hanya untuk sekedar membersihkannya setiap hari.

Bagas memarkirkan mobilnya di garasi besar yang sudah terparkir mobil-mobil mewah lainnya.

Bagas memasuki kamarnya di lantai dua. Kamar itu sangat besar dengan kamar mandi dalam. Dekorasi hitam yang dominan melekat dan cat tembok warna putih dalam kamar itu menunjukkan karakter pemiliknya. Sangat terlihat kamar tersebut didesign oleh arstektur handal. Mewah dan elegan.

Bagas ingin menyegarkan tubuh dan pikirannya. Dalam guyuran air shower, saat ini dia hanya memikirkan Elia serta segala penjelasannya tadi.

"Tujuan dia masuk ke kelas unggulan karena gue? ; Dia mati-matian belajar siang dan malam untuk bisa masuk kelas unggulan hanya untuk bisa satu kelas sama gue? ; Hanya untuk sekedar bisa melihat gue? ; Setiap saat dia mikirin gue? ; Semuanya udah berakhir? ; Selesai?"

Bagas shock. Sebesar itukah cinta Elia padanya dulu?

Seketika Bagas teringat bait-bait pusi surat cinta Elia dulu. Sangat terlihat jelas Elia sangat menyukainya dan mengaguminya.

"Apa semuanya benar-benar sudah berakhir? Benar-benar sudah selesai? Apa Elia tadi baru saja mengatakan kalau dia sudah tidak menyukai gue lagi? Apa Elia tadi baru saja mengatakan kalau dia sudah menutup hatinya buat gue? Apa Elia sudah melupakan gue?"

"Bodoh...!" Bagas memaki dirinya sendiri sambil mengagampar dinding kamar mandi.

Rasa penyesalan menyelimuti setiap bagian tubuhnya sedangkan Elia masih memenuhi setiap sel otaknya. Dan bagaimana dengan hatinya? Milik siapakah hati itu sekarang?

Seketika juga Bagas teringat tadi saat dia memeluk Elia. Ia ingin memeluknya lagi, lebih lama, lebih erat bahkan ia ingin memliki Elia!

***

Elia masuk dalam kamarnya dan langsung duduk di depan meja belajarnya. Dia masih mengingat detail ucapannya pada Bagas.

Tak bisa dipungkiri ada perasaan lega di hati Elia karena telah mengatakan semua itu pada Bagas. Tapi ada kata yang menurutnya 'ambigu' yang telah ia ucapkan....

"'Semua sudah berakhir! Selesai!'... Tidak! Kenapa gue ngucapin kalimat itu?" gumam Elia dalam hati menyesalinya.

"Kenapa El? Kenapa lo nyesel ngomong gitu? Bukankah lo keluar dari kelas unggulan salah satunya buat ngelupain Bagas?Apa lo masih suka sama Bagas?"

"Elia, kalimat lo udah benar! Cinta lo buat Bagas udah berakhir! Jangan buang-buang waktu lo buat mikirin Bagas lagi! Fokus sekolah dan keluarga lo! Gak ada gunanya lo mikirin orang yang udah jelas gak suka sama lo! Lo masih inget gimana dia nolak lo kan?"

"Elia, lo gak merasa kalau Bagas udah mulai perhatian dan sayang sama lo? Apa lo gak bisa lihat perasaannya saat dia natap mata lo bahkan meluk lo tadi?"

"Bagas gak suka sama lo! Dia hanya berterima kasih ke lo dan mungkin kasihan sama lo!"

"Iya. Benar! Semua sudah berakhir. Selesai. Fokus sekolah, keluarga dan kerja! Iya. Semua yang gue ucapin pada Bagas tadi udah benar!" Elia berkata untuk menguatkan dan meyakinkan dirinya.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang