Chapter 13

51.3K 3.6K 50
                                    

Acara orang-orang borjuis tersebut dimulai. Satu persatu dari mereka datang dengan memakai setelan jas dan gaun-gaun cantik. Terlihat sangat 'berkelas'! Itu yang mereka bilang.

Tante Ani dan Om Eko pun didandani dengan pakaian putih ala Chef kemudian berdiri di deretan meja makan bersama Chef-Chef yang lain sedangkan Elia bersiap di dapur untuk menyiapkan makanan lagi bila makanan yang telah tersaji sudah mulai habis.

Elia hanya bisa mendengar alunan indah musik klasik piano dan biola yang sedang dimaninkan dalam ruangan acara. Sepertinya mereka sedang berdasa.

Tiba-tiba Ayahnya membawa setumpuk piring kotor, dengan sigap Elia membantu Ayahnya dan langsung bersiap mencucinya.

"Sayang, Ayah butuh banyak piring lagi untuk dibawa ke ruangan," ucap Om Eko sambil menyiapkan piring untuk dibawa ke ruangan acara.

"Baik Yah, nanti Elia siapkan," jawab Elia sambil mencuci piring.

"Baiklah. Ayah kesana dulu ya."

"Iya."

Setengah jam Elia menunggu Ayahnya mengambil piring yang sudah ia siapkan namun Ayahnya belum juga datang.

Elia pun berniat membawa piring itu sendiri kedalam ruangan. Dia berjalan membawa setumpuk piring mahal tersebut.

Ketika ia hampir sampai ke ruangan, ia melihat tiga wanita sebayanya atau mungkin lebih tua darinya memakai gaun indah dengan riasan cantik membuat para wanita itu terlihat sangat mempesona.

Mereka bertiga bercanda tawa sambil berjalan menuju ke ruang acara sama seperti Elia. Hanya saja tujuan mereka berbeda.

Tiba-tiba ada kecemasan di hati Elia ketika melihat mereka bercanda sambil mendorong satu sama lain dan ternyata....

PYAR....

Kecemasan Elia menjadi nyata. Salah satu dari mereka, gadis bergaun merah menabrak Elia dan semua piring mahal itu jatuh, pecah, tak satu pun terselamatkan.

Seketika semua tersentak kaget termasuk orang-orang yang ada dalam ruangan karena telah mendengar suara pecahan tersebut. MC acara pun meminta para undangan tetap tenang dan tim EO langsung mencaritahu apa yang telah terjadi.

Sementara di luar ruangan apa yang terjadi pada Elia?

"Heh, lo gak punya mata?!" teriak gadis yang tadi menyenggol Elia.

Elia tidak menjawab dan hanya meratapi piring-piring yang pecah tersebut.

"Heh!" teriak ketus gadis yang lain yang bergaun biru.

Elia mengehela nafas dan menatap mereka. Sekilas Elia bisa melihat bagaimana nasibnya nanti. Mereka cantik, kaya dan mereka bertiga dengan gaya 'SOK'nya lalu apalah artinya dia? Dia hanya anak tukang catering, dengan baju murahan, wajah biasa-biasa saja, sendirian... mana bisa dia membela dirinya? Adakah nanti yang membela dirinya? Rasanya tidak akan mungkin!

"M... Mbak, Mbak bagaimana ini? Semuanya pecah...," ucap Elia masih berharap mereka bertiga setidaknya bisa mengganti kerugian karena piring-piring pecah tersebut.

"Terus?" tanya gadis yang tadi menabrak Elia tanpa rasa bersalah.

"Mbak, tadi Mbak nabrak saya—"

"Lo yang gak punya mata! Teman gue gak salah!" bela temannya lainnya yang berbaju kuning tidak memberikan kesempatan Elia untuk meneruskan perkataannya.

"Ada ribut-ribut apa ini?" tanya salah satu tim EO yang bernama Pak Sugianto tiba-tiba bersama satu rekannya.

"Pak,-," Elia memulai menjelaskan namun penjelasannya sekali lagi disela oleh gadis-gadis itu.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang