Chapter 40

51.9K 3.6K 128
                                    

Halo... apa kabar?

Nungguin ya gengs? hehe...

Siapkan hati dulu ya sebelum membaca...

Vote dan komentarnya tetep ditunggu lho...!

Oh iya gengs...

Author sekedar mengingatkan ya...

Kalau baca cerita pas hal yang jelek jangan ditiru ya gengs...! PISSS! :)

Kalau sepiring nasi ada bagian nasi yang basi jangan dimakan ya yang basi... nanti sakit

Wkwkwk... makan aja bagian yang gak basi, yang basi dibuang deh...

Author kok malah ceramah ya? hahaha sorry...

***

"Lo mau nonton film apa? Romance?"

"Gak!" jawab Elia cepat menutupi kegugupannya hanya karena pertanyaan kedua Bagas.

"Terus nonton apa?"

"Horor." "Tidak! Jawaban apa yang barusan itu?!" pekik Elia dalam hati. Dia mematung menyesali jawabannya yang asal tadi. Iya. Dia paling takut dengan film horor tapi jawaban konyol apa itu?

"Oke." Bagas langsung memesan 2 tiket film horor yang akan diputar 15 menit lagi.

Elia yang dari tadi dalam posisi mematung digeret Bagas untuk duduk di kursi tunggu.

Bagas hanya tersenyum memikirkan isi kepalanya. "Oke, gue mau lihat ekspresi lo nanti El. Kayaknya lo nyesel sama jawaban lo."

Elia mencoba menenangkan dirinya dengan memikirkan hal yang lain selain film horor yang akan dia tonton bersama Bagas. Dia membuka Hp-nya dan mengetuk 'galeri' untuk melihat foto-foto dalam Hp-nya berharap pikirannya teralihkan.

Seketika harapannya terkabul. Foto selfie-nya dulu bersama Sandra menjadi tontonan pertama saat dia membuka galeri di HP nya. Ekspresinya langsung berubah sedih sekaligus marah dan kecewa.

Dia ingat pertengkarannya dengan Sandra dan pengakuan Sandra tentang kepalsuan persahabatannya dan perasaannya pada Bagas. Tapi tunggu, Sandra juga mengatakan kalau Bagaslah yang menyuruhnya untuk menjebak Elia... perkataan itulah yang membuat Elia gusar dan ragu.

Elia melempar pandangannya pada sosok disampingnya. Ingin sekali Elia menanyakan langsung pada Bagas untuk menepis keraguannya selama ini. Untuk menghilangkan kebenciannya pada Bagas. tapi...

"Bagas," mulainya setelah menelan ludanya.

Bagas menoleh pada Elia menunggu kelanjutan ucapan Elia.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo," ucapnya sambil memandang Bagas serius.

"Apa?" Bagas membalas tatapan serius Elia.

"Waktu itu... saat pengeroyokan. -gue lihat lo ada di taman juga-"

"Jadi itu yang buat lo sinis ke gue akhir-akhir ini?" Bagas langsung bisa menangkap maksud perkataan Elia.

"Apa lo ngira gue yang ngerencanain semua itu?"

Tebakan Bagas membuat Elia seketika menunduk. Bagas melengos kecewa. Tundukan Elia mengartikan tebakannya benar. Elia telah menduganya sebagai dalang dari pengeroyokan tersebut.

"Gue kecewa sama lo El," Bagas menegakkan tubuhnya berdiri lalu segera melangkah pergi meninggalkan Elia.

"Bagas...!" teriakan Elia membuat langkanya terhenti.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang