Chapter 10

55K 3.3K 62
                                    

Permainan basket tim cowok telah usai dengan pemenangnya tentu saja tim yang dipimpin oleh Bagas. Kini giliran tim cewek untuk memainkan permainan.

Elia segera menutup buku kimianya dan bersiap memainkan permainan basket.

"Gimana El belajarnya?" tanya Sandra sambil pemanasan untuk pertandingan.

"Yah lumayanlah...," jawab Elia santai.

Permainan basket tim cewek pun berlangsung. Bagas yang curiga pada Elia pun langsung memasuki kelas yang sepi tersebut dan memeriksa tas dan bukunya.

"Dia tadi masuk ke kelas sendirian. Bisa aja dia masukin surat itu lagi!" ujar Bagas dalam hati sambil mengeluarkan isi tasnya.

"Tidak ada surat apapun?!" ucapnya ketika selesai memeriksa tas dan bukunya.

"Sepertinya bukan Elia," Bagas menyimpulkan sementara mengingat sikap Elia juga terlihat biasa-biasa saja dengannya.

Seketika Bagas langsung menggeledah satu persatu isi tas dan tulisan teman wanita sekelasnya.

Dalam surat tersebut memang sang Penggemar rahasia menuliskan tulisannya dengan tulisan yang tidak biasa. Ya, tulisannya lebih mirip kaligrafi latin tapi pasti ada beberapa huruf dengan karakter yang sama.

"Bukan dia!" ucap Bagas ketika melihat tulisan Dita.

"Dia bukan, dia juga bukan!" komentar Bagas ketika melihat tulisan Rika dan Anggun.

Bagas pun melanjutkan menggeledah tas yang lain.

Sementara di lapangan tim wanita bermain basket, tiba-tiba Sandra terjatuh sampai melukai lututnya.

"Ahhh..!" teriak Sandra kesakitan.

"Lo gak pa pa San? Hah! Ya ampun... kaki lo terluka. Ayo San, gue antar lo ke UKS!" tawar Elia cemas sambil memegagi lengan Sandra mencoba membantu Sandra untuk berdiri.

"Gak El, gue gak pa pa kok, gak usah dibawa ke UKS!" jawab Sandra mulai berdiri dengan bantuan Elia.

"Kamu ke UKS saja San diantar sama Elia!" Pak Yanto menyarankan.

"Gak usah pak," sekali lagi Sandra menolak.

"Hmm... San, gue ada obat antiseptik di tas. Gue ambil ya buat ngobatin luka lo!" bujuk Elia sambil memapah Sandra untuk duduk di kursi penonton.

Sandra tersenyum dan mengangguk sebelum membiarkan Elia pergi ke kelas untuk mengambil obat di tasnya.

Sementara itu Bagas di kelas sudah hampir menggeledah semua isi tas dan tulisan teman wanita sekelasnya namun ia masih belum bisa memastikan siapa sebenarnya sang Penggemar rahasia.

Sejauh ini dia belum menemukan tulisan yang mirip dengan tulisan sang Penggemar rahasia.

"Tidak! Ada yang belum gue periksa!" ucap Bagas sambil melihat tas Elia.

Sebelumnya Bagas memang berniat memeriksa tas cewek yang ia curigai saja jadi ia tidak memeriksa tas Lisa, Sandra, Claudia dan Elia karena tidak ada kecurigaan pada mereka mengingat Lisa yang pasti sudah kapok karena telah menembaknya di depan kelas, Sandra yang sudah jelas tulisannya berbeda dengan tulisan sang Penggemar rahasia, Claudia dengan sifat playgirlnya, dan Elia yang terlihat cuek terhadapnya. Tapi tunggu...

Dari mereka berempat, Elia lah yang paling mungkin!

"Ya. Bisa saja dia pura-pura cuek!" Bagas menyimpulkan dengan logikanya lalu segera mendekat ke bangku Elia dan mulai membuka tas Elia.

"Bagas!" suara teriakan terdengar di kelas yang hening.

Bagas pun menoleh ke arah sumber suara. Dia agak terperanjat ketika melihat siapa yang berteriak memanggil namanya tersebut. Iya. Tentu saja Elia.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang