"Hi Vanesa "Aldevaro menepuk pipi Vanesa berharap gadis ini segera sadar.
"Vanesa bangun".
Nihil mata Vanesa tetap tertutup rapat ,Aldevaro menggendong Vanesa gengan gaya Bridal Style dan membaringkan nya di brankar yang ada di ruangan kerja gadis ini.
"Ya Allah Aurel!"pekik Dante yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Al Aurel kenapa??"Tanya Dante beringsut mendekat dengan berlari kecil.
"Dia pingsan..."
"Kok bisa??"
"Iya ,tadi dia abis oprasi pasien nya dan gua nggak tahu apa penyebab dia pingsan kayak gini.."
Dante mengambil minyak olest yang ada di dalam tas nya lalu mengoles kan nya ke dekat hidung Vanesa ,harum aroma tarpi masuk kedalam indra penciuman gadis ini dan tak lama Vanesa mengerjapkan mata nya.
"Dante?".
"Aurel akhirnya lu sadar juga ,lu kenapa ? Ada yang sakit?".
Vanesa tersenyum dan menggeleng.
"Aku nggak papa ,mungkin karena lemes abis kasih darah aku ke pasien aku"
"You crazy! Bast smart Aurel. Lu belum makan dari tadi pagi terus lu donorin darah ke pasien lu!"Omel Dante.
Vanesa terkekeh geli."aku nggak papa ,kamu nggak usah kahwatir. Lagi aku seneng kok dan Alhamdulillah pasien nya udah membaik ,coba deh kamu bayangin kalo kamu jadi aku.."Seru Vanesa.
"Kamu bayangin ,ketika kamu lagi ada di dalam ruangan oprasi dan kamu lagi nyelamatin pasien kamu. Terus pasien kamu keritis dan kekurangan darah ,apa yang akan kamu lakuin?"
"Pasti kamu akan melakukan apa yang aku lakuin ,Iya kan?."
"Kalo gua jadi dokter ,gua gak akan lakuin apa yang lu lakuin ,it so crazy Aurel!"
"Kamu nggak ngerti Dante ,pasien yang aku tanganin itu lagi kekurangan darah!. Berhungung golongan darah aku sama yaudah aku donorin darah aku ,dari pada kita ngambil dan nyawa pasien nggak tertolong?!."
"Tapi nggak harus kayak gini--"
"Suatu saat jika kamu jadi dokter kamu pasti akan ngerti Dante ,kamu akan ngerti Kenapa aku ngelakuin hal itu. Dan gak cuman dokter orang biasa juga akan melakukan hal yang sama karena mereka punya hati.."
"Terserah!"ujar Dante memalingkan wajah nya.
Vanesa tertawa. "Ini yang selalu aku kangenin dari kamu Dante ,kamu lucu kalo lagi ngambek atau marah.."ujar Vanesa di Sela tawa nya.
"Gua nggak ngambek!"
"Nggak ngambek? ,haha Dante kita sama - sama dari kita kecil dan ini kebiasaan kamu kalo lagi marah dan ngambek..."
"Sok tahu!"
Vanesa tertawa lepas sehingga membuat mata nya menyipit seperti bulan sabit ,dan lesung pipi nya tercetak dalam di kedua pipi gadis ini menambah kesan manis dari gadis ini.
"Jangan ketawa nggak lucu!"
Vanesa membungkam mulut nya dan mencoba mati-matian menahan tawa nya ketika mendengar nada bicara seorang Dante Eduardo yang tajam dan dingin.
"Terimakasih Dante"seru Vanesa menatap lekat sahabat masa kecil nya.
Dante memalingkan wajah nya ,menatap gadis imut berwajah blasteran Aussie-Indo ini dengan satu alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
About me
Teen Fiction"Aku percaya setelah hujan akan datang pelangi, begitu juga dengan kehidupan ku meski hidup ku selalu menyedihkan namun aku percaya akan ada kebahagiaan menjemput ku nanti"