Part 5

246 25 0
                                    


Warning!

Yaoi, menxmen, SasuNaru always

Tidak suka, silakan minggat



Tomato Orange


Damai, itulah yang terus terpikirkan. Dua jam sudah berlalu, entah kenapa suasana senyap ini begitu menenangkan walau berada di tempat yang kata orang 'menyeramkan'. Minato mengelus tangan istrinya lembut, yang tengah berbaring anggun di salah satu kamar rawat VIP. Beberapa alat telah terpasang di tubuhnya, begitu juga dengan alat-alat medis yang terus saja menyala sejak tubuh cantik istrinya itu dipindahkan ke kamar ini.

Pantas saja janji itu tidak juga ditepati. Untuk beberapa saat Minato merasa menyesal. Karna bukan dirinyalah yang berada di samping istrinya itu saat pingsan. Sebuah telpon di pagi hari, sebelum dirinya beranjak pulang yang membuatnya berlari cepat menuju rumah sakit.

"Anda bisa tidur, Minato-san."

Minato tersenyum. Meski begitu, masih tampak raut khawatir dan takut yang ketara. Diterimanya segelas kopi, meminumnya perlahan.

"Tidak perlu memaksakan diri. Biar saya yang gantian menjaga Kushina-san. Menurut dokter, beliau tidak tidur selama 5 hari, dan jarang makan yang membuat tubuhnya mengalami dehidrasi luar biasa. Malnutrisi akut.."

"Justru setelah mendengar penjelasanmu, aku jadi makin mengkhawatirkannya."

Anko menutup mulut, merasa baru saja dia salah bicara. Tapi dia sudah berjanji akan memberi tau Minato mengenai keadaan Kushina.

"Kalau begitu, anda mau makan?." Minato melirik. Genggaman tangannya pada sang istri mengerat. "...walau saya tau pasti anda tidak mau makan, tapi saya sudah terlanjur membelikan anda sarapan. Saya akan sangat terluka jika anda tidak memakannya sama sekali."

Minato menghela nafas, tersenyum dan berjalan kearah sofa yang diduduki Anko. Makanan sudah ditangan, tapi tubuhnya justru bersender hingga menselonjorkan kaki. Banyak yang tadi malam harus dia lakukan di club, dan sejak kemarin dia belum istirahat sama sekali. Minato tidak yakin apa dia bisa mengunyah dan menelan makanan di tangannya.

"Minato-san?"

"Maaf. Tapi begini dulu beberapa menit bisa meredakan sakit kepalaku. Jangan khawatir, aku akan memakan sarapannya."

"Anda yakin baik-baik saja?. Wajah anda pucat.". Anko menggerakan tangannya, berniat menyentuh dahi Minato. Tapi Minato segera menyadarinya, menjauhkan kepalanya hingga ke ujung sofa.

"Maaf. Hanya istriku saja yang boleh menyentuhku."

Anko kehilangan kata-kata, lalu tersenyum maklum. "Kalau begitu, saya akan keluar sebentar. Saya harus kembali ke perusahaan karna terburu-buru datang kesini tadi. Saya permisi, Minato-san"

Minato menjawab seadanya, diikuti Anko yang berjalan keluar kamar rawat. Baru saja ingin memejamkan mata, telefonnya berdering.

"Kalian sudah mengetahuinya?"

"Belum bos. Walau begitu, kami masih tetap berusaha untuk mencari informasi. Lalu, bagaimana keadaan nyonya?"

"Sudah tertangani. Hanya tunggu sadar dan pulih." Minato menatap istrinya yang berbaring dari tempatnya duduk. Sebuah senyuman muncul, meski lemah karna kepalanya kembali terasa sakit. "Cepat temukan. Aku tidak mau menunggu lama-lama. Dan..terima kasih sudah mengkhawatirkan istriku."

Tomato OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang