Part 6

215 20 0
                                    


Ekhem...saya kembali lagi...

Langsung syajalah!



Tomato Orange


Tanpa perlu dites atau apapun, Sai secara langsung diterima di klub melukis. Kebetulan saat itu di klub melukis sedang dilakukan kegiatan rutin yang diadakan hanya seminggu sekali yaitu melukis satu lukisan, apapun itu dengan warna hitam putih. Ketua klub Sasori, anak kelas dua memberikan Sai sebuah kanvas berukuran sedang dengan tinta dan kuas lukis. Ya, tinta yang biasa digunakan untuk menggambar kaligrafi.

"Gambarlah sesukamu, tapi hanya sampai bel masuk pelajaran selanjutnya. Setelah itu jadi tidak jadi harus dikumpulkan di sebuah kursi sebelah sana" tunjuk Sasori pada sebuah kursi kosong dekat pintu masuk. Sai hanya mengangguk paham dan tanpa basa-basi duduk di kursi yang disediakan. Ketentuannya tidak boleh keluar dari ruangan klub, tapi diperbolehkan untuk melihat pemandangan di luar jendela. Jadi kebanyakan siswa yang masuk di klub itu memilih melukis pemandangan lewat luar jendela klub lukis yang berada di lantai 2.

Sasori melihat Sasuke yang sejak masuk hanya berdiri diam dekat pintu, bersender pada dinding dengan wajah menunduk.

"Apa kamu mau ikut klub lukis juga?"

Sasuke mendongak. Tidak dikira dia akan diajak bicara. Padahal saat dirinya masuk tadi, kebanyakan anggota klub memandangnya aneh. Sasuke kenal beberapa siswa di klub ini karna ada beberapa dari mereka pernah membullynya, meski hanya saat mereka berpapasan yang artinya berasal dari kelas lain. Untungnya di klub lukis ini tidak ada satupun siswa dari kelasnya.

"Ti-tidak. Saya hanya mengantar Sai kemari. Apakah...saya tidak boleh melihat-lihat disini?"

Sasori tersenyum. Sasuke sedikit membelalakan mata kaget. "Tentu boleh. Tapi apa kamu yakin?. Kami disini sedang melukis, pastinya tidak akan mengajakmu bicara. Kamu tidak merasa bosan?"

"T-tidak perlu hiraukan aku!. Aku akan baik-baik saja meski kalian sibuk sendiri-sendiri.. . Dan aku pastinya tidak akan mengganggu kalian. Kalian bisa melakukan kegiatan kalian tanpa gangguan."

Sasori memegang dagu sebentar, "..memang kami tidak akan diganggu olehmu. Tapi apa kamu pikir kami tidak terganggu dengan hal yang kami lakukan sendiri?. Seorang pelukis terkadang membutuhkan mood, pasion tersendiri saat melukis, agar saat melukis perasaan itu tercurah seutuhnya sehingga orang lain yang melihat bisa merasakan emosi dari pelukis itu sendiri. Gangguan bukan hanya dari lingkungan sekitar, juga dari diri kami sendiri. Terkadang kami malah butuh bantuan itu lewat orang lain."

Sasuke hanya diam. Dia tidak mengerti sama sekali. Melihat reaksi Sasuke, Sasori tampak berpikir untuk menjelaskan dengan kalimat yang lebih mudah dipahami.

"Hm...begini. Sekarang aku tanya, apa kamu mempunyai hobi?"

"Hobi?. Ada. Aku suka belajar."

"Belajar apa?"

"Ya...belajar pelajaran sekolah."

"Apa yang kamu rasakan saat pertama kali kamu menyadari kamu suka belajar?"

Sasuke diam, memiringkan kepala mencoba mengingat-ingat.

"Semangat. Kebetulan saat itu juga aku diajari ayahku belajar kimia. Dia menjelaskannya sambil melucu hingga aku mudah paham apa maksudnya. Dan sejak itu, aku jadi mudah memahami pelajaran dan mulai bisa belajar sendiri. Lama-kelamaan aku jadi suka belajar."

Tomato OrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang