Warning!
This story about yaoi, menxmen
D.L.D.R!
Tomato Orange
Sasuke mencoba menghalangi sinar terang matahari dengan jari-jarinya yang putih. Tapi tetap saja sinar itu bisa melewati jari-jarinya, membuat matanya sakit karna sinar matahari menembus melewati kaca mata tebal miliknya. Dengan kesusahan dia berusaha duduk. Selain lemah dalam tindakan, dia juga tidak punya tubuh yang bagus. Diantara semua pelajaran di sekolah, olahraga adalah pelajaran yang paling dia benci. Terutama jika sudah ada praktek. Pasti dia yang akan tertinggal di belakang jika ada praktek lari, dan mendapat nilai terendah dari semua mata pelajaran yang dia kuasai. Dan sebenarnya dia tidak begitu suka dengan matahari. Matahari itu, menurutnya pengganggu. Membuat tubuhnya berkeringat, kulitnya memerah, dan kepalanya terasa diberi wajan panas ketika berjalan pulang saat waktu pulang lebih awal.
Sasuke meremas bungkusan plastik yang jadi wadah roti melon yang dia beli beberapa menit lalu. Sedangkan bekal yang dibuat oka-san-nya sudah tandas di perut seseorang yang masih berbaring disampingnya. Sasuke berusaha untuk menunduk, menyembunyikan wajahnya diantara lutut tapi tidak bisa. Perutnya yang sedikit buncit tidak mengijinkan hal itu. Sasuke mencoba melihat keatas. Matahari tepat diposisi horizontal. Ingin sekali dia berteduh, tapi dia takut sosok disampingnya akan marah. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah duduk diam, dengan sedikit gemetar.
"Kamu gak perlu bersikap begitu. Bekalmu besok bakal aman koq. Aku hanya mengambil jatah 'terima kasih' karna sudah menolongmu barusan."
Sasuke mengintip. Naruto masih terpejam dengan mengandalkan kedua tangan sebagai bantal. Selama mereka di atap, sampai saat ini barulah salah satunya ada yang bicara. Sasuke bukannya tidak mau memulai pembicaraan, tapi dia akan berubah menjadi pendiam begitu di sekolah. Bully-an yang sudah sering dia dapat membuatnya harus memasang sikap suram. Awalnya dia tidak betah, dia ingin dipindahkan begitu mendapat perlakuan macam sampah. Tapi mengingat keinginan terbesar kedua orang tuanya, melihatnya lulus dari Konoha Gakuen, membuatnya bertahan. Dia memutuskan tinggal, bukan karna ingin terus meladeni anak-anak nakal di sekolah ini, lebih kepada rasa sayangnya pada orang tua. Hanya itu.
"Hoi!" Sasuke berjengkit. "aku dari tadi tanya tau. Kamu ngalamun?"
"Oh...maaf. Memang...kamu tanya apa?"
"Mengenai bayi yang tadi malam. Kamu bilang kalau kamu akan membantuku memperbaiki nilai kan?"
"Oh..ya, memang."
"Kalau malam ini bagaimana?." Naruto menatap pucuk pohon yang tampak dari pagar kawat atap. "..tadi aku benar-benar pusing sekali setelah pelajaran Kakashi-sensei. Entah omelan apa lagi yang bakal Kakashi-sensei katakan sepulang sekolah nanti."
Sasuke melebarkan mata. Dibalik kaca mata tebal yang dia pakai, senyuman Naruto tampak sangat jelas. Dadanya kembali terasa sakit.
"Makanya, bisa mulai ajari aku?. Aku gak mau berada di sekolah ini lebih lama. Ketemu dengan sensei yang sudah hapal dengan kelakuanku disini, juga dengan nilai jelekku di tiap mata pelajaran." Naruto mengacak-acak rambutnya yang sudah kusut. "Apalagi aku harus benar-benar lulus di kelas tiga nanti."
"Bukannya memang tiap siswa di semua sekolah harus lulus sekolah?."
"Bukan. Bukan itu maksudku. Hanya...aku ada suatu hal yang harus dilakukan setelah lulus."
Sasuke tidak bertanya lebih. Lagipula itu juga urusan Naruto, dia tidak berniat ikut campur jika sudah masalah pribadi.
"Baiklah. Tinggal email saja nanti kalau pelajaran tambahanmu selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomato Orange
أدب الهواةHei! Kau lihat tanganku? Genggamlah.. Lalu ikut denganku Jika bisa bertahan, jangan pernah lepas oke.....?...