26

1K 50 0
                                    

Pagi-pagi buta, Joni sudah siap berangkat sekolah. Mamanya sampai heran, biasanya paling malas disuruh bangun. Baru beberapa saat setelah Joni berangkat, terdengar suara pintu rumah diketuk.

"Joninya ada, Tante?" Dirli berdiri memaksakan senyum, padahal ia kesal setengah mati.

"Oh, kamu. Sudah dari tadi dia berangkat."

Dirli tidak menyerah untuk meminta penjelasan langsung dari Joni. Menjelang jam pulang sekolah, Dirli menunggu Joni. Mama cowok berdarah Indonesia bagian timur itu sampai heran kenapa Dirli begitu antusias ingin bertemu dengan putranya. Dirli duduk dengan menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. Seekor kucing cokelat berbulu tebal dengan muka tembam menggeliat manja di kakinya.

"Eh Choky. Kayaknya dia suka sama kamu."

"Kayaknya iya, Tante," jawab Dirli memaksa tersenyum.

Telepon rumah berdering, wanita paruh baya itu bergegas mengangkatnya. Ternyata dari Joni.

"Dirli, Joni-nya nggak pulang. Katanya mau nginep di rumah temennya."

Dirli mengepalkan tinju erat-erat.

Awas lo, Joni!

%%%

Arkha terpelongo melihat siapa yang datang ke rumahnya membawa tas pakaian yang penuh.

"Jadi ini jurus yang lo bilang? Jurus langkah seribu?" Arkha geleng-geleng melihat Joni yang hanya terekeh.

"Rumah lo satu-satunya yang aman, Bro. Gue nginep di sini dulu ya, paling lama mungkin sebulan." Dengan entengnya, Joni berkata demikian dan langsung meletakkan tas di sofa paviliun milik Arkha. "Di sini sejuk banget. Bisa betah gue!"

Arkha melotot ke Haris yang sejak tadi hanya diam.

"Sori, Kha. Dia ngerengek terus. Jadi gue anterin ke sini," jelas Haris.

Bimo tiba-tiba datang dengan masih mengenakan seragam. Matanya tertuju pada tas pakaian milik Joni.

"Lo tenang aja, Jon. Serahkan semua ke gue." Bimo lalu menatap Arkha. "Titip Joni. Ini ide gue, gue nggak mungkin bikin Joni babak belur karena gue."

Joni jadi berlinangan air mata haru. Rasanya ingin mewek.

"Lo romantis banget sih, Bim..." kata Joni meleleh.

"Romantis, romantis! Udah gue bayar, lo mau numpang makan gratis di sini selama sebulan?! Rugi besar gue!" semprot Arkha.

Bimo tidak meladeni mereka. Ia langsung pergi begitu saja. Melihat keseriusan sahabatnya itu, Haris mendadak diliputi kecemasan.

"B-Bim, lo mau ke mana?"

%%%

Bimo melajukan motornya melewati kawasan elit yang belum pernah ia masuki sebelumnya. Ia memarkirkan motor di halaman rumah mewah yang kebetulan saat itu pagarnya sedang terbuka. Bimo mengamati sekeliling. Ada motor ninja hijau yang terparkir di sana.

"Lunaaa!!! Jangan pergi, Luna!!!" teriak Arkha dengan air mata yang jatuh deras bersama ingusnya. Bocah 12 tahun itu menarik salah satu lengan Laluna yang juga menangis tersedu.

Bimo gemetaran melihat adegan di depan matanya itu. Haris yang juga berdiri di sebelahnya sudah terisak-isak. Bimo berusaha untuk tidak menangis, tapi kedua matanya berlinang.

"Arkha! Lepasin tangan Luna!" bentak mamanya seraya menarik paksa Arkha. Anak itu sampai terjengkang ke belakang. Arkha mengusap ingusnya dengan punggung tangan, masih terisak-isak, ia mencoba berdiri.

"Luna nggak boleh pergi!" Arkha berlari mengejar Luna yang sudah diseret menjauh dari halaman rumah.

"Lunaaaa!!!!"

"Akrha kamu harus tau aku sayang sama kamu!" teriak Luna yang sudah berada di dalam mobil.

Arkha semakin tersedu. Ia menatap benci pada pria paruh baya yang berada di bekalang kemudi.

"Luna keluar Luna! Kamu nggak boleh pergi!"

Bocah itu memukuli kaca mobil yang mulai bergerak perlahan. Arkha mencoba mengikuti. Namun mamanya berlari meraih Arkha dan memeluknya. Menghentikan aksi nekat putranya.

"Arkha...." Panggil Bimo lirih kemudian turut memeluk Arkha yang semakin kencang menangis. Haris mendekat dan ikutan memeluk.

"Lo masih punya kami kok, Arkha," kata Bimo berusaha menghibur.

Dengan langkah yakin, Bimo masuk ke rumah yang sedang sepi itu. Pintunya terbuka. Tapi tidak ada siapa-siapa. Bimo nyelonong masuk. Ia maju ke ruang tengah. Kakinya berhenti ketika mendengar suara seseorang yang seperti sedang bertelepon. Bimo tidak akan pernah mau repot-repot membantu jika bukan karena Arkha. Arkha pernah mengalami kehilangan yang menyakitkan. Arkha pernah terpuruk setelah kepergian Luna sampai nyaris gila. Tidak mau makan, tidak mau bermain dengan siapapun. Itu kenapa Bimo benci jika ada orang yang mencelakai Arkha.

"Iya, Beb. Iya, maaf."

Bimo masih berdiam di tempatnya.

"Iya, aku janji kita nge-date."

Bimo mengernyitkan dahi. Sejak kapan dia panggil Zara 'Beb'?

Namun mengingat tujuannya datang kemari bukan untuk menguping, Bimo segera menampakkan diri. Dirli terkejut melihat siapa yang datang. Ia langsung mematikan ponsel dan mendekat.

"Ngapain lo ke rumah gue?" tanya Dirli bingung karena tiba-tiba saja seseorang itu sudah berada di dalam rumahnya.

"Gue mau ngasih tau lo. Lo nggak perlu nyari Joni. Karena semuanya adalah ide gue. Joni cuma perantara. Kalau lo mau ngehajar orang, silakan tonjok gue." Bimo berucap lantang, tanpa menghiraukan sapaan sopan. Untuk orang yang menyakiti sahabatnya, Bimo tidak perlu lagi mengindahkan sopan santun.

Dirli tertawa kecil. Ia tidak menyangka tengah menerima tamu yang terang-terangan menantangnya.

"Oke, kalau itu mau lo!"

Dirli langsung mengarahkan pukulannya ke wajah Bimo. Reflek, Bimo menyipit. Namun ia merasa tidak ada apapun yang menghantam wajahnya. Bimo membuka mata dan mendapati Dirli tertawa merendahkan seraya menurunkan tangan.

"Gue nggak akan ngotorin tangan gue untuk kedua kalinya." Dirli ingat, ia tidak akan membuat Zara semakin kecewa. Jika bukan karena itu, mungkin Bimo sudah benar-benar ia buat memar.

"Menyingkir lo dari rumah gue. Dan jangan campuri hubungan gue sama Zara. Sampein juga ke temen lo yang sok kecakepan itu," ancam Dirli.

Gue yang akan hancurin hubungan kalian.

Bimo berbisik dalam hati. Segera angkat kaki karena tidak ingin melihat Dirli terlalu lama. Selain itu, alasan lainnya, ia tidak ingin Dirli berubah pikiran dan kemudian menonjoknya habis-habisan. Setiba di motor, Bimo menghela napas sambil mengurut dada.

"Kesambet apa gue barusan," katanya pada diri sendiri sambil memukul pelan kepala beberapa kali.

%%%

Sweety Boss [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang