ini masih pagi tapi suara dering ponselnya berkali-kali terdengar nyaring. sejeong jadi harus membuka matanya, terpaksa harus meraih benda kotak yang tergeletak di atas lantai.
incoming call from kim doyoung…
otomatis ia menghela nafas kasar, kenapa juga laki-laki itu menelfon di hari sepagi ini?? menggangu tidur orang saja.
"halo?"
"sudah bangun?"
"ya, berkat kau. ada apa sih?"
"kemarin malam aku lupa mengatakannya padamu, hari ini datang ke rumah sakit ya? aku sudah membuat janji dengan joy untuk tahapan pertama pengobatanmu."
"kau ini apa-apaan sih, aku tidak pernah mengatakan padamu kalau—"
"aku tahu, tapi aku ingin calon istriku sehat makanya aku memaksamu datang ke—"
"calon istri apanya!? aku bahkan belum mengatakan apapun perihal itu."
sejeong dapat mendengar suara kekehan dari sebrang sana.
"tapi entah kenapa aku merasa kau tidak akan menolak tawaranku."
sejeong menjauhkan ponselnya sejenak, "cih percaya diri sekali astaga,." cibirnya.
"sejeong kau masih disana?"
"ya."
"datanglah ke rumah sakit, perlu ke jemput—ah tidak aku akan menjemputmu pukul delapan."
"aku bisa pergi sendiri—"
"tidak. aku tidak akan mengambil resiko, bisa saja kau melarikan diri dan—"
"tidak ada yang ingin disampaikan lagi bukan? aku akan menutup—"
"jangan lupa bawa pakaian ganti untuk berjaga-jaga."
"hm. aku tutup—"
"tunggu dulu! aku lupa mengucapkan selamat pagi padamu."
sejeong mendelik, "apa-apaan???"
di sebrang sana doyoung kembali terkekeh. "selamat pagi sejeong. aku akan datang pukul delapan, kalau begitu kututup telfonnya."
setelah sambungan itu terputus sejeong refleks melempar ponselnya ke atas kasur. tangannya beralih memegangi dadanya.
"kumohon jangan begini!! jangan berdetak seperti ini hanya karna ucapan selamat pagiiii!!!!"
seperti yang doyoung katakan hari ini sejeong mulai menjalani pengobatan. mungkin selama beberapa hari ia akan menginap di rumah sakit, untung saja sejeong membawa baju yang cukup.
"kau lelah?" tanya doyoung.
laki-laki itu selalu berada di sampingnya dimana pun sejeong berada, bahkan tangan itu tak lepas dari tangannya.
sejeong bahkan merasa tak enak karna tangannya yang basah pasti membuat laki-laki itu tidak nyaman.
tapi sejauh ini doyoung tak menunjukkan sikap tak nyaman. laki-laki itu terlihat biasa saja, berbanding terbalik dengan sejeong yang kadang kali sulit mengatur detak jantungnya.
"ini minumlah,"
sejeong menerima gelas berisi air itu kemudian meminum isinya sampai habis. tenggorokannya kering, padahal sejauh ini ia tak mengatakan banyak hal.
doyoung menaruh gelas itu ke tempatnya dan duduk di pinggiran ranjang inap yang sejeong tempati. ia menatap sejeong intens, membuat yang ditatap gelisah sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear you
Fanfictiontentang doyoung dan sejeong, dua orang yang bersama entah karna takdir atau paksaan.