"duduk sini." sejeong menepuk bagian kosong di sampingnya.
doyoung baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah itu langsung menurutinya.
"kenapa malam-malam begini keramas?" tanya sejeong sambil mengambil alih handuk kecil di tangan doyoung.
"kepalaku sudah terlalu pusing." jawab doyoung.
laki-laki itu membiarkan istrinya mengusak rambut basahnya dengan handuk.
"rumah sakit sedang ramai?" tanya sejeong.
"selalu ramai. biar bagaimana pun rumah sakit tidak akan sepi."
"kenapa tidak menginap saja di rumah sakit, kamu jadi punya banyak waktu untuk istirahat."
doyoung meraih tangan sejeong yang mengusak rambutnya, menyuruhnya berhenti sejenak. "aku tidak bisa membiarkanmu sendiri."
sejeong tertawa. "aku bukan anak kecil, kim doyoung."
"memang bukan tapi tetap saja, aku punya teman tidur kenapa pula harus tidur sendirian di rumah sakit." ujar doyoung.
"terserah padamu saja," decak sejeong lalu menaruh handuk kecil itu ke keranjang cucian. "rambutmu masih basah mau dikeringkan dengan hair dryer tidak?"
"tidak usah." doyoung sudah duduk bersandar di kepala kasur, "kemarilah."
"jangan macam-macam," ujar sejeong saat ia bergabung bersama doyoung.
"sedang datang bulan ya?" tanya doyoung.
wanita itu mengangguk kecil. "baru hari pertama."
"pantas saja kamu terlihat lebih cantik." gumam doyoung.
"jadi biasanya aku jelek, begitu?"
doyoung tertawa pelan. "kamu selalu cantik di mataku."
wanita itu mendelik. "dari mana kamu belajar kata-kata seperti itu??? menggelikan."
"itu fakta, sayang." doyoung memeluk istrinya dari samping, menyenderkan kepalanya pada pundak sejeong. tangannya mengusap perut sang istri. "perutmu tidak kram kalau sedang datang bulan?"
"terkadang, tidak sering."
"kalau kram kompres dengan air hangat saja."
"aku tahu, tuan dokter."
doyoung tertawa lagi, ia menegakkan kepala lalu menatap sejeong lekat. wanita itu sudah lebih dari tahu apa yang laki-laki itu inginkan makanya ia mempersempit jarak dan membiarkan bibirnya dijamah.
mungkin mereka terlalu sering melakukannya tapi tetap saja sejeong masih bisa merasakan ratusan kupu-kupu menggelitik perutnya setiap kali mereka berciuman.
sejeong melepaskan diri begitu ia merasa tangan sang suami mulai meraba dadanya. "tidak bisa lebih, tuan dokter." ujarnya.
laki-laki itu tersenyum lebar. istrinya melakukan hal yang tepat sebelum ia lepas kendali.
"rambumu mulai mengering, tidurlah." kata sejeong.
"kamu juga." doyoung menarik sejeong untuk sama-sama berbaring dan bergelung ke dalam selimut.
walau sudah saling mengucapkan selamat malam nyatanya kedua pasang mata itu belum bisa terpejam sepenuhnya.
sejeong berulang kali mengubah posisinya, doyoung tergerak untuk menariknya mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear you
Fanfictiontentang doyoung dan sejeong, dua orang yang bersama entah karna takdir atau paksaan.