14

1.5K 248 20
                                    










terbangun di tengah malam lalu melihat sosok itu berdiri dan memeluknya begitu erat rasanya seperti mimpi.

sejeong masih belum sadar, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul atau sejeong memang bersikeras menampik kalau ini hanya lah sebuah mimpi karna ia terlalu mengharapkan laki-laki itu datang menemuinya.

"i miss you so much…"

merinding.

seluruh tubuhnya merinding saat bibir itu berbisik di telinganya. hembusan nafas yang begitu hangat mampu mengalahkan dinginnya angin malam.

sejeong tahu ini bukan sebuah mimpi. laki-laki itu nyata. kim doyoung sungguh datang menemuinya.

"sejeong… aku minta maaf." pelukan itu terlepas, dagunya ditarik ke atas hingga matanya terkunci pada pandangan doyoung. "maaf karna tak bisa langsung menemui—"

"kau… mau apa?" tanya sejeong. sebuah pertanyaan bodoh yang terlontar begitu saja dari mulutnya.

"apa?"

"di tengah malam seperti ini, apa yang kau lakukan di sini?" jelas sejeong.

wanita itu telah sadar kalau apa yang laki-laki itu lakukan saat ini cukup di luar akal. ayolah bertamu di tengah malam begini, tentu aneh bukan.

"maaf… aku takut tak punya banyak waktu untuk menemui. aku begitu sibuk—"

"aku tidak pernah meminta padamu untuk ditemui kan?" sejeong menyela, wanita itu mundur selangkah membuat tangan doyoung yang semula memegangi pundaknya terlepas.

"sejeong—"

"kau sudah berjanji padaku untuk tidak lagi mencari dan menemuiku, lalu kenapa kau melanggar janjimu—"

"aku tidak pernah melanggar janjiku, kim sejeong." kali ini doyoung menyela dengan tegas.

sejeong menyadari kalau nada bicara laki-laki itu berubah, suaranya lebih ditekan dan rahang laki-laki itu mengeras.

apa doyoung tengah kesal?

"sejak kau pergi aku menepati janjiku untuk tidak mencari atau mencampuri kehidupanmu lagi—"

"lalu apa yang kau lakukan saat ini bukankah kau melanggar janjimu?"

"kupikir kau keliru dengan satu hal, kim sejeong." ujar doyoung. "aku memang membiarkanmu pergi tapi kau harus ingat apa ucapanku terakhir kali."

"saat takdir mempertemukan kita lagi, aku tidak akan melepaskanmu lagi."

sejeong menghela nafasnya. wanita itu tidak lupa dengan itu. kalau begitu sejeong munafik??

katakan saja begitu. saat ini ia sedang munafik, otak dan hatinya tengah berdebat keras.

otaknya ingin menampik hal ini tapi hatinya ingin sebaliknya.

"tidak bisa kah kau menerima kenyataan kalau kita sudah ditakdirkan untuk—"

"bisa kah kau berhenti mengatakan hal receh seperti takdir!!" seru sejeong.

doyoung menatap wanita itu sendu. kenapa selalu saja ia jadi pihak yang memaksakan kehendak, kenapa setiap kali ia berusaha untuk mendapatkan wanita itu penolakan lah yang selalu ia terima.

harus kah ia berhenti???

"begitu ya……" lirih doyoung.

sejeong melihat perubahan raut wajah laki-laki itu. senyum yang semula merekah kini luntur dan wajahnya terlihat sendu seolah kehilangan semangat.

Dear youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang