7

1.4K 241 12
                                    



saat membuka pintu sejeong mendapati doyoung yang berdiri sambil menenteng dua plastik besar belanjaan di tangannya.

"apa itu?"

"biarkan aku masuk dulu," sejeong langsung membiarkan laki-laki itu masuk dan menutup kembali pintu flat.

melihat doyoung yang menata belanjaan itu ke atas meja sejeong menyimpulkan mungkin malam ini laki-laki itu tidak akan mengajaknya keluar.

"untuk apa semua belanjaan ini?" tanya sejeong saat doyoung memasukkan beberapa belanjaan ke dalam kulkas.

"mulai sekarang kau tidak boleh makan sembarangan." laki-laki itu memilah isi kulkasnya, beberapa yang dianggap tidak sehat dan sudah tidak bagus dibuang ke tempat sampah.

"kau ini sebenarnya mau apa sih?" tanya sejeong. "kurasa kau tidak perlu serepot ini mengurusi hidupku."

doyoung berhenti sejenak dari kegiatannya. laki-laki itu berdiri di depan sejeong dan menatapnya intens.

"kenapa kau bicara seperti itu?" tanya doyoung. "jujur saja yang tadi itu sedikit melukai hatiku."

sejeong mendecih. "kenapa juga hatimu sampai terluka?? kita—ah tidak, aku dan kau tidak dalam sebuah hubungan. kau lupa kalau aku hanya—"

"jadi selama ini kau selalu berpikir begitu?" doyoung memotong. "selama ini kau hanya menganggapku orang asing??"

sejeong mendelik. "memang benar begitu kan??"

doyoung mengusap wajahnya frustasi. "berarti aku hanya berjuang sendirian begitu??"

"apa—"

"tapi tidak papa." doyoung kembali memotong. "aku masih mampu berjuang untukmu, dan aku tidak akan menyerah."

"terserah padamu saja."

sejeong beralih masuk ke dalam kamar. ia hanya ingin menghindari laki-laki itu untuk saat ini.

mau bagaimana pun sejeong juga seorang wanita, menerima pengakuan dan diperjuangkan oleh seseorang tentu saja membuatnya senang, tapi sekaligus takut.

sejeong takut setelah ia membuka diri pada laki-laki itu, mencoba membangun rasa yang sama dan mulai merasa nyaman, sejeong takut kalau semua itu hanyalah sebuah semu.

sejeong takut menghadapi penolakan.

biar doyoung bisa menerima segala kekurangannya tapi belum tentu orang tua laki-laki itu dapat menerima pelacur sepertinya.

siapa pun tahu kalau doyoung pantas mendapatkan yang lebih baik darinya dan yang terpenting lebih sempurna darinya.

dan lagi sejeong merasa takdir tak berpihak pada mereka berdua, saat ini sejeong merasa kalau laki-laki itu hanya memaksakan kehendak.











pada jam ini biasanya laki-laki itu sudah berdiri di depan pintu flatnya, mengetuk pintu lalu mengajak pergi sejeong. itu rutinitas doyoung setiap malam.

tapi malam ini laki-laki itu tak menampakkan batang hidungnya, ini bahkan sudah hampir tengah malam.

sejeong tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. ia langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa ia gunakan untuk bekerja, memoles wajahnya dengan make up, mengikat rambutnya menjadi satu dan menyemprot banyak minyak wangi.

tak perlu waktu lama baginya untuk sampai di klub. suasananya seperti biasa, ramai. sejeong melangkah kan kaki menuju bar dimana biasanya kenta berjaga di sana.

tapi hari ini sepertinya kenta tidak ada, buktinya orang asing lah yang ia temui di sana.

"bartender baru ya?" tanya sejeong.

Dear youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang