rasanya memang biasa melihat doyoung yang begitu akrab dengan pasiennya, ah ralat, dokter itu bahkan selalu ramah dan akrab dengan siapa pun.
tapi kali ini kelihatannya sedikit berbeda. ada kekhawatiran atau perhatian lebih yang laki-laki itu taruh pada wanita itu.
dan itu terlihat saat doyoung mengantar sejeong menuju ruang pemeriksaan, laki-laki itu bahkan tidak melepaskan tangannya dari selang infus milik sejeong. tak lupa mulutnya selalu mengucapkan kata hati-hati.
"pasien itu sepertinya terlihat special untuk dokter doyoung." ucap salah satu perawat.
"sepertinya. tadi dokter doyoung terlihat panik saat tahu pasien itu keluar sendirian." sahut perawat lainnya.
"benarkah?? apa itu artinya mereka punya hubungan special?"
"entahlah, tapi satu hal yang membuatku bingung."
"apa?"
"pasien itu kepalanya terluka tapi kenapa dokter doyoung membawanya ke ruang pemeriksaan kandungan?"
"jangan-jangan—"
"kalian mau terus bergosip atau apa?!"
dua perawat itu kompak menoleh, terkejut saat melihat joy yang berdiri di belakang sambil berkaca pinggang.
"d-dokter—"
"kembali bekerja sana, atau kuadukan pada doyoung kalau—"
"jangan!"
"makanya sana kembali bekerja!"
joy hanya menggelengkan kepala melihat kepergian dua perawat tadi. ia kembali melangkah menuju ruangannya, dimana sejeong dan doyoung pasti sedang menunggunya.
•^•
"hei, boleh aku bertanya?"
"tanya saja." kata doyoung tanpa menoleh. laki-laki itu tak melepaskan pandangannya dari sejeong yang masih melakukan serentetan pemeriksaan.
"sejeong itu sebenarnya siapa?" tanya joy. "jangan bilang hanya teman karna kalian terlihat lebih dari itu."
laki-laki itu kini menoleh, sepenuhnya menatap joy yang menatapnya penuh selidik.
"katakan saja yang sejujurnya," desak joy.
doyoung hanya mengangkat sedikit ujung bibirnya, mulutnya tak mengeluarkan satu kata pun.
karena untuk apa? kalau pun doyoung menjawab dengan jujur joy pasti tidak akan percaya kalau ia dan sejeong hanya sebatas kenalan.
"hei—"
"dari pada itu lebih baik kau jelaskan padaku bagaimana kondisinya." kata doyoung. ia menujuk seorang perawat yang berjalan menuju mereka dengan sebuah map di tangannya.
mungkin hasil pemeriksaannya sudah keluar.
joy hanya mendengus lalu menghampiri perawat itu. seperti perkiraan hasilnya telah keluar.
wanita itu dengan teliti membaca setiap baris kata dalam kertas-kertas itu. semakin lama ia membaca kerutan di dahinya semakin bertambah.
doyoung awalnya hanya melihat dari jauh, tapi saat menyadari kerutan di dahi rekannya itu semakin bertambah ia berjalan menghampirinya.
"ada apa?" tanya doyoung.
joy mendongak dan kali ini tatapan matanya terlihat serius. "katakan padaku, sebenarnya apa pekerjaan wanita itu?"
doyoung memejamkan matanya sejenak, dia terlihat ragu untuk mengatakannya.
"doyoung—"
"dia itu seorang wanita malam."
dan Joy langsung menghela nafas panjang.
•^•
sejak sejeong di rawat foyoung jadi tak pernah pulang. memang sih sebelum ia mengenal sejeong, doyoung sudah sering tidak pernah pulang.
"ada apa?" tanya sejeong. memang sejak tadi wanita itu sudah gatal ingin bertanya setiap kali melihat doyoung yang berulang kali melamun.
laki-laki itu menoleh, langsung tersenyum kecil dan menggeleng. "tidak ada." jawabnya.
"kau ingin sesuatu—"
"dokter bilang apa soal pemeriksaanku tadi?" tanya sejeong. wanita itu ingat kalau dokter yang tadi melakukan pemeriksaan dengannya belum mengatakan apapun.
doyoung berdiri, berniat pergi dari sana. "joy tidak mengatakan apapun, hasilnya masih belum keluar." katanya. "kau kutinggal tidak papa? aku masih harus mengecek keadaan pasien."
"aku sudah terbiasa sendiri."
"kalau butuh sesuatu kau bisa memangil suster. aku pergi dulu."
sejeong hanya mengangguk kecil saat doyoung membuka pintu dan keluar dari kamar inapnya. wanita itu tahu kalau doyoung baru saja berbohong.
jelas-jelas tadi ia sempat melihat salah satu perawat memberikan hasil pemeriksaannya pada sang dokter.
wanita itu jadi merenung. "apa hasilnya sangat buruk sehingga ia tak bisa mengatakannya padaku?"
•^•
"kupikir keadaannya baik-baik saja, dilihat dari luar terlihat sehat tapi ini…"
"kenapa?"
"aku tidak tahu bagaimana mengatakannya."
"joy—"
"sekarang apa yang kau inginkan dari wanita itu?"
"separah itu keadaannya?"
"belum terlalu parah, tapi ini kali pertama aku melihat kondisi begini."
"kalau begitu masih bisa disembuhkan bukan?"
"bukannya itu percuma saja?? setelah wanita itu sembuh pekerjaannya akan membuatnya kembali sakit, bukan kah begitu?"
"aku ingin dia disembuhkan masalah nanti biar—"
"memang mudah sekali dikatakan, tapi sebanyak apa pun kita berusaha kalau kondisi psikisnya masih seperti ini, cukup sulit disembuhkan doy."
percakapannya dengan joy tadi sore masih terngiang di kepalanya dan itu sukses membuatnya banyak pikiran.
setelah dipikir-pikir untuk apa doyoung melakukan hal ini untuk wanita yang hanya ia kenal namanya saja.
jika ini hanya sekedar simpati, kurasa itu tidak cukup. kni lebih dari itu.
"tapi kamu juga harus mengerti kami."
tiba-tiba perkataan sang ayah tempo hari lalu terlintas di kepalanya. bersamaan dengan itu sebuah ide gila juga ikut terlintas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear you
Fanfictiontentang doyoung dan sejeong, dua orang yang bersama entah karna takdir atau paksaan.