nayoung bilang keadaan sejeong cukup parah, ada banyak luka memar di tubuh wanita itu. dan itu membuat doyoung tidak bisa tenang.
semalaman ia tidak bisa tidur, matanya hanya terpejam beberapa jam karna setelah itu ia pasti selalu terbangun.
kejadian malam itu ikut masuk ke dalam mimpinya.
nayoung bilang sejeong sedang tidak ingin ditemui, tapi persetan dengan itu doyoung langsung mengambil kunci mobilnya. ia berniat mendatangi wanita itu saat ini juga.
ini tengah malam dan doyoung bisa langsung menginjak gas dengan full hingga ia bisa sampai di kediaman sejeong dengan cepat.
wanita itu tinggal di sebelah gedung klub malam, begitu kata nayoung, tapi setelah doyoung telusuri rumah wanita itu memang berada di sebelah klub tapi kamarnya berada di belakang, paling ujung.
doyoung tidak perlu bersusah payah mengetuk, nayoung sudah memberi tahunya kode pintu rumah sejeong. jadi ia bisa masuk dengan mudah.
saat masuk doyoung menemukan sejeong yang duduk di depan cermin sambil mengangkat bajunya. wanita itu sepertinya sedang melihat memar di tubuhnya.
doyoung melangkah menghampiri, wanita itu terkejut bukan main.
"bagaimana kau bisa masuk!!!?" sejeong histeris.
"lewat pintu."
"tapi—"
"itu tidak penting, yang terpenting saat ini kondisi tubuhmu."
sejeong mendecih. "untuk apa kau peduli padaku? kita bahkan tak saling mengenal sebelumnya,. kenapa kau selalu melibatkan dirimu—"
"buka bajumu." potong doyoung.
"kau menyuruhku menggodamu?" tanya sejeong.
"bukan itu," doyoung menghela nafas. "memar di tubuhmu harus diobati."
sejeong menarik doyoung, menyeret laki-laki itu menuju pintu. "pergi dari sini—"
"tidak." doyoung melepaskan tangan wanita itu.
tapi sejeong bersikeras menyeretnya keluar hingga doyoung tak punya pilihan lain untuk menghimpitnya ke dinding.
"akh!" wanita itu meringis.
doyoung langsung menarik wanita itu menjauhi dinding. "biarkan aku mengobatimu, setelah itu aku akan pergi."
"kau tidak perlu—"
"sejeong…" doyoung merendahkan suaranya. "kau membuatku tak bisa tenang, setidaknya biarkan aku mengobatimu."
sejeong tahu laki-laki itu tidak akan pergi sebelum keinginannya terpenuhi. maka dari itu sejeong terpaksa mengiyakan.
dan mereka berakhir di atas kasur, doyoung dengan telaten mengobati memar-memar di tubuh wanita itu. doyoung bahkan membawa beberapa obat-obatan.
sejeong sendiri hanya diam, membiarkan doyoung mengoleskan salep di punggung dan perutnya.
"joy bilang kondisimu buruk." kata doyoung memulai obrolan setelah beberapa menit hening.
"tapi kau masih bisa sembuh, itu pun jika kau ingin sembuh."
"apa yang dokter katakan?" tanya sejeong.
"kompleks, sulit jika diuraikan." jawab doyoung.
sejeong menghela nafas berat. "separah itu?"
"kutanya padamu, kau ingin sembuh?"
sejeong terdiam sebentar. "siapa pun pasti ingin sembuh dan kembali sehat, tapi itu percuma kan, aku seorang pelacur, pekerjaanku akan membuat semua pengobatan itu sia-sia."
doyoung menatap wanita itu dalam-dalam. ia bisa melihat kalau benar wanita itu memang ingin sembuh, tapi doyoung juga bisa melihat kesedihan di sana.
"kenapa kau tidak berhenti saja?"
sejeong mendecih. "tidak ada yang dapat kulakukan selain menjual tubuhku untuk menghasilkan uang."
doyoung menaruh salep yang berada di tangannya. laki-laki itu meraih tangan sejeong.
"menikahlah denganku."
sejeong mengernyitkan dahi, bingung.
"aku membuka pintu untukmu melarikan diri." kata doyoung. "kau bisa berhenti, kau bisa sembuh dan hidup normal seperti orang lain."
wanita itu segera menarik tangannya dan menurunkan bajunya yang semula ia tarik ke atas. "kau sudah selesai kan, pergilah."
"dengarkan aku dulu—"
sejeong menutup kedua telinganya dengan tangan. "aku tidak mau mendengar omong kosong—"
"ini bukan sekedar omong kosong." doyoung menarik kedua tangan itu, kemudian digenggam erat.
"aku serius mengajakmu menikah."
sejeong tahu laki-laki ini sedang dalam mode serius, tapi sejeong menolak tahu. seperti apa yang pernah nayoung katakan padanya.
orang seperti doyoung ditakdirkan bersama dengan orang yang berstatus sama, bukan bersama dengan pelacur rendahan sepertinya.
"memangnya kenapa dengan statusmu? selama ini kau menjadi pelacur karna terpaksa, bukan karna kau ingin." kata doyoung, laki-laki itu seakan membaca isi kepalanya. "aku menawarkanmu sebuah kesempatan besar, kau bisa berhenti di sini dan memulai hidup normal bersamaku."
"kuharap kau dapat memikirkan tentang ini matang-matang dan aku akan selalu menunggu jawabannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear you
Fanfictiontentang doyoung dan sejeong, dua orang yang bersama entah karna takdir atau paksaan.