Chapter 15

9.5K 503 14
                                    

Seperti kata pepatah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan bukan? Dan sekarang tibalah waktu perpisahan itu. Pagi-pagi sekali si wanita mengetuk pintu yang tertempel poster besar anime One Piece itu dengan brutal membuat laki-laki sintal di dalamnya terpaksa merelakan waktu tidurnya berkurang. Perlahan kaki-kaki sembab itu melangkah menuju arah bising yang mengganggu pendengarannya, sesekali ia menguap dan mengusap matanya lucu

“Ada apa?” Matanya masih belum terbuka sempurna, mulut itu juga sesekali masih terbuka untuk menguap.

“Ceyee” suara lirih yang begitu di kenalnya itu berhasil membuatnya terbangun sepenuhnya. Di tatapnya gadis di hadapannya dalam, begitu cantik hanya dengan setelan kaos pink dan skiny jeansnya, jangan lupakan rambut hitam panjangnya yang diikat kuda. Beberapa kali Ceye mengerjapkan matanya memastikan apa yang di lihatnya, seketika senyumnya terkembang menampilkan lubang yang cukup kontras di pipi tembamnya

“Beee” ia berteriak semangat, “Ada apa kesini pagi-pagi? Nanti siang saja yah mainnya, Ceye masih ngantuk hehe” ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal

Si gadis menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Lama ia tak juga merespon membuat Ceye merasa aneh dengan Bee hari ini. “Kenapa diam?”

“Cey” gadis itu memanggil lirih, tangannya memilin random ujung kaos itu, pandangannya lurus ke arah sepatu adidas yang dipakainya. Ia tak berani menatap Ceye di hadapannya.

“Bee kenapa sih? Aneh sekali” Ceye sudah merengut, perlahan si gadis mengangkat kepalanya.

“Ceye jangan marah ya pada Bee” tatapan itu sangat sendu sekali

“Bee kesini untuk berpamitan, Bee harus ikut eomma dan appa ke Pohang”

“Tt-tapi kan itu jauh Bee, memangnya Bee akan sampai kapan disana?” Ceye masih berusaha tenang, “Entahlah, mungkin selamanya”
Mata besarnya membola, “Aapa? Maksudnya Bee akan pergi meninggalkan Ceye?”

Gadis itu mengangguk, kata maaf juga selalu menggumam dari bibirnya.

“Bee jangan pergi yah? Ceye tak mau sendiri”. Gadis itu semakin menundukkan wajahnya, air matanya  sudah jatuh membasahi sepatunya.

“Maaf Cey, Bee harus pergi” Ceye menahan tangan itu. Kepalanya menggeleng syarat akan ketidak inginannya.

“Bee jangan pergi yah? Ceye tak mau sendiri”

Laki-laki kecil bertubuh gendut itu menggenggam erat tangan si gadis. Air mata juga sudah menggenang di ujung matanya. “Bee jangan pergi” ucapnya lagi sesendu mungkin. Gadis yang diajaknya bicara itu ikut meneteskan air matanya.

“Bee juga tak ingin pergi, tapi Bee harus ikut dengan eomma dan appa”

“Nanti kalau Bee pergi, Ceye dengan siapa?” bibir tebalnya melengkung kebawah membuat si wanita semakin tak tega. “Ceye jangan menangis, Bee juga ikutan sedih hiks” akhirnya pertahanan si gadis runtuh juga. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan si pria

Bocah laki-laki bernama Ceye itu mendekap erat tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu, seolah tak ingin melepasnya lagi. Hatinya benar-benar hancur saat ini, bagaimana bisa ia akan melanjutkan hidupnya tanpa si sahabat disampingnya. Kedua bocah beda usia ini sudah berteman sejak masih bayi. Rumah yang bertetangga dan kedua orangtua yang juga berteman baik membuat keduanya tumbuh bersama selama lima tahun, kini si pria sudah berumur 7 tahun dan si wanita 5 tahun.

“Baek, ayo sayang” seorang wanita cantik dengan di dampingi laki-laki melambaikan tangannya pada mereka. Wajah kedua orang dewasa itu juga sendu, jujur, mereka tak mau memisahkan dua sahabat ini tapi apa boleh buat? Ayah Bee ditugaskan untuk pindah ke daerah yang jauh dari Seoul.

WALK ON MEMORIES [CHANBAEK GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang