Time [32]• Andri

2K 68 0
                                    

Gadis kecil itu tersenyum. Ia tersenyum masih dalam keadaan komanya.

Seorang wanita paruh baya menyadari perkembangan dari putrinya tersebut. Ia kemudian menelpon sang suami untuk segera pulang.

Seusai memberitahukan keadaan putrinya, wanita paruh baya itu kemudian menggenggam tangan buah hatinya dengan penuh kasih sayang. "Sayang, kamu senyum, Nak?"

Ia menciumi tangan putrinya. "Cepet bangun, ya. Mama udah kangen banget sama kamu."

Tak sampai lima belas menit, seorang pria paruh baya memasuki kamar tersebut. Kamar bernuansa biru muda dengan berbagai tempelan stiker pahlawan Marvel. Gadis itu sangat menyukai super hero, apalagi Spiderman.

"Ma," panggil pria paruh baya tersebut sambil berjalan mendekat. "Ma, putri kita." senyum kebahagiaan tercetak indah di bibir pria itu.

Wanita paruh baya tadi mengajak sang suami duduk di sebelahnya. Ia menggenggam tangan suaminya. "Pa, semoga putri kita cepet sembuh lagi, ya. Amin."

Pria itu mengangguk. "Semoga saja secepatnya, Amin."

***

"La, lo jahat banget, sih! Tega bener lo sama sahabat sendiri!" kesal Cecil.

"Kenapa, Ceciiil? Lo masih mau bahas masalah itu? Katanya lo gak mau. Lagian, itu udah basi kali!" ucap Kayla tanpa beban.

"Aaah! Lo mah gak ngerti-ngerti, ya! Gue itu malu, La! Malu. Masa pas gue jalan sama Dio, dia-nya senyum ke gue, sih? Gue 'kan jadi ngerasa, aduh ... gak enak ah kalo di ceritain. Bawaannya gue pengen senyum mulu." pipi Cecil merona.

"Wah, tanda-tanda, nih. Siapin aja lah uang satu juta, buat kasih PJ sama gue, hahaha!"

"Anjir, gak kira-kira lo! Lagian, siapa juga sih yang mau jadian. Orang si doi-nya aja cuma kasih senyum doang!" Cecil memalingkan wajahnya ke samping.

"Yakin, cuma itu?" tanya Kayla menggoda Cecil.

"Iya, lah!" jawab Cecil cepat.

"Terus, seharian kemarinnya lo ke mana aja sama Dio?" Kayla semakin gencar menggoda Cecil.

"Eh ... nggak kecmana-mana, kok. Gue ... gue pulang!" Cecil tampak mencari-cari sebuah alasan. "Lagian, kenapa lo jadi bahas gue, sih?"

Kayla tertawa. "Lo yang mulai duluan, juga!"

"Udah, ah! Jangan bahas gue lagi! Sekarang gantian. Seharian kemarinnya, lo ke mana aja sama Fachmi?" Cecil tersenyum jahil.

Kayla ikut tersenyum. "Gue main di rumah Ami," ucap Kayla antusias.

"Kalo udah bahas Fachmi aja, lo pasti semangat luar dalam!"

"Emang gitu, ya? Hehe."

"Iya, lah!"

Kayla tertawa kecil. Ia menolehkan kepalanya ke samping lapangan. "Andri."

Siang ini, mereka berdua sedang berada di kantin. Kantin mereka memang dekat dengan lapangan utama. Beberapa faktor menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah, memudahkan siswa untuk membeli minum saat jam istirahat olahraga.

"Andri? siapa?" tanya Cecil.

"Itu, lo tau gak?" tunjuk Kayla ke arah seorang cowok yang tengah duduk bersila di pinggir lapangan.

"Huh? Mana?"

"Itu, Cil. Coba lo liatin arah tangan gue, oke?" Kayla mengarahkan telunjuknya ke arah objek yang dituju.

"Oh, Andri yang itu?!" Cecil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Lo kenal, Cil? Gue udah berapa kali saling sapa sama dia. Orangnya baik, sih." Kayla menatap Andri lurus.

"Kenal, lah. Dia famous di sini." Cecil tertawa kecil.

"Oh, iya?" Kayla menoleh, menatap Cecil.

"Iya. Lo tau, gak? Andri itu salah satu rival Fachmi, lho!"

"Rival? Maksud lo, kayak saingan atau musuh gitu?" Kayla menautkan kedua alisnya.

"Iya. Tahun kemarin, Andri itu jadi kapten tim futsal. Sebenernya, dia itu cuma kapten pengganti, kapten awalnya itu Fachmi. Tapi Fachmi ngundurin diri. Faktor utamanya ya, gara-gara ada konflik sama Andri." jelas Cecil.

"Konflik?"

Cecil mengangguk. "Iya. Gue sih kurang tau konfliknya itu apa, yang jelas, ngelibatin tawuran juga."

"Jadi, Andri juga suka tawuran?" tanya Kayla sedikit tidak percaya.

"Kurang lebih sih gitu. Tapi, gue belum pernah denger dia ikut tawuran lagi. Mungkin dia udah insaf kali, haha."

Kayla ikut tertawa. Tawa yang sedikit garing. Bukan tawa seperti biasanya.

Kayla memfokuskan kembali pandangannya ke arah Andri. Entah kebetulan atau kesengajaan, saat itu juga Andri tengah menatap Kayla. Ia tersenyum mempesona.

Kayla membalas senyum tersebut dengan sedikit canggung.

"La, gue saranin, ya. Lo 'kan lagi deket sama Fachmi, mending lo jauh-jauh deh sama Andri. Mereka itu beda. Kayak bumi sama langit." Cecil menatap Kayla cemas. "Gue gak mau ada masalah baru lagi."

Kayla mengernyit. "Maksud lo?"

"Gue pernah denger, kalo penyebab konflik Fachmi sama Andri itu gara-gara cewek. Tapi itu juga belum jelas, sih. Mereka sama-sama diem pas ditanya."

"Ami sama Andri rebutin satu cewek?" tanya Kayla ragu.

"Maybe!" Cecil mengangkat kedua bahunya.

Kayla menggembungkan bibirnya sambil mengangguk-anggukkan kepala.

***

(Tbc)

Different Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang