Time [41]• Lost

2.2K 76 0
                                    

Fachmi memasuki ruang kelasnya. Tak lupa, Claretta yang selalu mengikutinya ke mana-mana. Fachmi merasa seperti menjadi tawanan, jika terus seperti ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06:50. Itu artinya, Kayla sudah datang.

Fachmi akan mencoba meminta maaf kepada gadis itu. Ia harus melakukannya.

Namun, saat matanya tertuju pada kursi Kayla, tak ada seorang pun yang duduk cantik di sana.

Kursi tersebut kosong. Tak lupa juga kursi di sampingnya.

Setelah kemarin Kayla membolos bersama Cecil, hari ini? Mereka mengulanginya kembali?

Fachmi mengembuskan napasnya sesaat. Mengapa Kayla tidak hadir? Mengapa gadis itu selalu menghindarinya tiga hari terakhir ini?

Selama ia bersama Retta, ia tak pernah menyapa Kayla dengan sapaan hangat. Bahkan, menyapa 'hai' pun rasanya sangat sulit. Fachmi selalu memperhatihakan Kayla setiap kali matanya bertemu dengan sosok tersebut.

Ia tak pernah menemukan senyuman itu kembali. Senyum hangat yang selalu Kayla tebarkan setiap paginya.

Senyum ceria yang selalu terpampang jelas saat berada di sampingnya.

Selama tiga hari terakhir, Kayla selalu tersenyum saat tak sengaja berpapasan dengannya. Tapi, bukan senyuman itu yang Fachmi inginkan. Bukan senyuman itu yang Fachmi harapkan.

Hanya ada senyuman pahit di sana. Fachmi tak bisa melihat gadis itu sakit.

Apa yang telah ia lakukan?

Ia menyakiti gadis yang telah memberikan beribu-ribu harapan dan motivasinya untuk terus berjuang. Ia telah menyia-nyiakannya. Ia telah menyia-nyiakan gadis yang selama ini tak pernah berhenti memperjuangkannya.

Fachmi ingat, saat awal datangnya Kayla, gadis itu selalu ia umpati dengan kata-kata kasar.

Fachmi masih ingat betul, saat Kayla tak henti-hentinya menebar senyum di kala ia berusaha terus menghindarinya.

Ia merindukan Kayla.

Ia .... menyayanginya.

Claretta?

Fachmi tak mengetahuinya. Rasanya, saat ini kehidupan tengah mempermainkannya, dan takdir tengah mentertawakannya.

"Fachmi, nanti siang temenin gue, ya." Retta mengedipkan sebelah matanya. Itu terasa menjijikan di mata Fachmi.

Fachmi menatap Retta tajam. Itu yang tak pernah ia sukai. Retta selalu memintanya ini itu. Menyebalkan.

"Gue gak bisa."

Retta mengernyit. "Lho, kenapa?"

"Sibuk!"

Fachmi melenggang pergi menuju kursinya.

Entah kenapa, ketidakhadiran Kayla hari ini membuat mood-nya rusak. Sesuatu pada dirinya terasa hilang begitu saja.

Ah. Ia tak mengerti.

***

(Tbc)

Different Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang