C O N F E S S I O N

843 135 18
                                    

Suara ketukan pintu berkali-kali sepertinya tidak Sejeong pedulikan ketika ia tengah asyik merapihkan isi lemari pakaiannya yang semakin hari semakin berantakan saja. Paling juga nanti ada Ibu yang membuka kan pintu, jadi ia santai saja di dalam kamar sembari melipat pakaian-pakaiannya dengan rapih. Namun sepertinya Ibu sedang berada di taman belakang atau keluar rumah, karena si tamu itu masih mengetuk pintu secara terus menerus tanpa henti. Sejeong pun akhirnya tidak tahan dengan bunyi ketukan yang semakin liar saja, ia bergegas menuju ruang tamu untuk memastikan siapa tamu itu.

Ia merapihkan sedikit poni nya yang cukup berantakan lalu melenggang tak sabar, ia pun memutar knop pintu dan mendapati si tamu itu. Ternyata tamu yang sedari tadi mengetuk pintu adalah Boni dan beberapa anak Panti Asuhan Haneul, wajah mereka tampak lelah, keringat mengucur pelan di dahinya dan napas yang tersengal-sengal. Sepertinya mereka baru saja berlarian, tapi mengapa mereka berlari? Dan kenapa tiba-tiba mereka ke rumah Sejeong?

"Noona! Bibi Song masuk rumah sakit!"

"Ha? Sungguh?"

"Ia tertabrak sebuah mobil saat sepulang mengantarku ke klinik." Jelas Boni.

"Astaga! Baiklah ayo kita kesana, kalian tahu alamat rumah sakitnya kan?"

Keringat dingin mengalir di dahi Sejeong, jantungnya berdegup tidak teratur, telapak tangannya berkeringat dan bergetar. Ia sangat cemas, perjalanan 30 menit menuju Rumah Sakit Pusat Kota Seoul terasa seperti 3 jam saja. Ia tidak tahu jika Bibi Song bisa jatuh sakit juga, meskipun ia tahu bahwa semua mahluk hidup pasti bisa sakit. Tapi setahu dia, Bibi Song merupakan seseorang yang kebal dengan penyakit, bahkan sekalipun ia pernah sakit, ia hanya terkena flu saja. Tidak ada penyakit lain yang mampu melawan Bibi Song.

Gedung berwarna hijau tosca tinggi menjulang mulai terlihat, jantung Sejeong mulai berdenyut lebih cepat. Setibanya mereka disana, Sejeong langsung menuju bagian informasi IGD untuk mencari dimana Bibi Song berada.

"Permisi, apa ada pasien kecelakaan atas nama Song Seulrin?"

"Oh nyonya Song sudah dibawa di ruang rawat A27."

"Ruang rawat?"

Sejeong heran, bukankah sebelum pasien masuk ke sebuah ruang rawat, ada surat persetujuan rawat inap yang di tanda tangani pihak dari pasien? Apa Bibi Song mampu menandatanganinya sendiri? Tapi, dia kan masih sakit. Apalagi saat di bus tadi, Boni mengatakan bahwa Bibi Song tidak sadarkan diri. Lalu siapa yang menandatanganinya?

"Nona? Apakah Anda butuh bantuan untuk menuju ke ruang A27?" ucap perawat itu.

"Oh iya, dimana?"

Perawat itu pun menjelaskan rute menuju ruang rawat tersebut, sebenarnya Sejeong tidak terlalu memperhatikannya melainkan masih memikirkan siapa orang yang mengantar Bibi Song saat ini. Padahal aktivis lainnya saat ini masih berada di Panti Asuhan karena menjaga anak-anak disana.

Dengan hati-hati, tangan Sejeong mengetuk pintu ruang rawat inap Bibi Song. A27, salah satu kamar rawat inap di kelas VVIP yang notabenenya hanya digunakan untuk orang-orang khusus saja. Sejeong jadi lebih penasaran, siapa orang itu?
Apa dia pelaku yang menabrak Bibi Song? Mungkin saja iya, mungkin dia bertanggung jawab sepenuhnya pada pengobatan Bibi Song. Sejeong mencoba berpikir rasional saja.

Pintu pun terbuka, dan sontak Sejeong membelalakan matanya saat mengetahui siapa orang yang sedari tadi ia tebak.

"Sejeong, akhirnya kau datang juga. Aku sudah berkali-kali menghubungimu!" serunya dengan suara yang sedikit ia tahan karena tidak ingin mengganggu istirahatnya Bibi Song.

"Ten? Kenapa kau bisa..." ujar Sejeong menggantung, masih terheran.

"Bisa lah, aku satu bus dengan Bibi Song. Lalu saat ia mau menyebrang, ada mobil yang menabraknya. Ternyata si pengemudi dalam keadaan mabuk dan tertabrak lah Bibi, untung saja bocah kecil yang bersamanya sudah berlari ke seberang."

The Little Dumb Fairy [Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang