Aroma masakan mulai menyeruak ke dalam setiap indera penciuman manusia-manusia disekitar kafetaria sekolah, pada jam-jam menjelang istirahat makan siang seperti ini Chef Kang dan beberapa asistennya mulai beraktivitas ekstra untuk menyiapkan makan siang untuk semua murid di sekolah ini. Untuk sekedar kalian ketahui saja, Chef Kang dulu merupakan lulusan sekolah ini juga, dulu ia bahkan mengidolakan Chef kafetaria ini terdahulu yaitu Chef Choi, sama seperti siswa siswi sekolah ini yang mengidolakannya. Tapi kini berbeda, mungkin dulu Chef Kang mengidolakan Chef Choi karena beliau memiliki hasil masakan yang enak, berbeda dengan sekarang, para siswi di sekolah ini mengidolakan Chef Kang karena ia tampan.
Beda generasi, beda selera ya ternyata.
Nampan demi nampan berisi lauk pauk sudah mereka siapkan diatas meja, begitu pun nasinya. Satu persatu murid mengantri dan mulai menerima makan siangnya masing-masing. Begitu pula dengan Sejeong, ia sudah berdiri membawa nampan kosong dengan sabarnya dibelakang Ten.
Lagi-lagi Ten, Sejeong pun heran kenapa bisa ia terus terlibat dengan Ten? Dalam hal kecil seperti ini pun. Dan tanpa ia sadari, ia juga terlibat dengan Doyoung, lelaki itu berdiri tepat di belakangnya melakukan hal yang sama dengannya. Tidak cukup terlibat dengan Doyoung, dibelakang Doyoung ada Song Hanbyul yang memasang tatapan mengintai pada Sejeong dan Ten.
Hm, keren. Bantu Sejeong keluar dari lingkaran setan ini.
Doyoung menyadari adanya gerak gerik aneh pada Sejeong, her eyes are shaking. Ia pun menepuk pelan pundaknya dan mengisyaratkan pada Sejeong untuk menyingkir.
"Kenapa? Budaya kan antri ya!" gerutu Sejeong, itu membuat Doyoung gemas karena otak gadis itu memang sepertinya sangat dangkal. Kode seperti itu saja dia tidak paham.
Atau tidak peka ya?
"Duduk saja, biar aku yang mengambilkan makan siangmu. Cepat berikan tempat makanmu." ujar Doyoung.
Sejeong heran akan perilaku Doyoung yang mendadak sangat baik dan perhatian padanya, ia menyerahkan tempat makannya dengan sangat perlahan, sebelum akhirnya Doyoung menarik tempat makan itu secara paksa dan memberikan isyarat bahwa ada Hanbyul yang memberikan tatapan intens pada Sejeong dan Ten.
Doyoung berjalan mendekat kearah meja dimana Sejeong duduk, ia meletakkan nampan berisi makan siang jatah milik Sejeong dengan hati-hati keatas meja, beberapa pasang mata memandang kejadian langka tersebut. Doyoung yang biasanya hanya makan bersama Ten dan Hanbyul saja kini beralih pada Sejeong, bahkan kini ia membawakan makanan untuk Sejeong.
"Gomawo Doyoung-ah." gumam Sejeong canggung.
"Hmm, kau harus lebih berhati-hati sepertinya."
"Aku mengerti. Lain kali aku akan menjaga jarak darinya." ujar Sejeong sambil mengaduk minumannya.
"Dari mereka." Doyoung memperjelas.
Dari manik Doyoung, Sejeong dapat melihat sebuah ke khawatiran besar. Bukannya terlalu percaya diri, tapi instingnya mengatakan seperti itu. Jika kalian bertanya, atas dasar apa Sejeong dapat menyimpulkannya seperti itu? Ia tidak akan bisa menjawab, semua itu berjalan begitu saja dan terjadi begitu saja, seolah sudah dirancang sebelumnya. Padahal tidak.
✨✨✨
"Kau tidak lupa kan?" tanya Doyoung, mereka baru saja menyelesaikan sesi makan siang dan kini tengah berjalan kembali menuju kelas.
Otak dangkal Sejeong masih memproses ingatannya, apa yang Doyoung katakan? Lupa apa?
"Pat bing soo?" Sejeong menebak asal.
"Ha? Astaga, kau kan harus menemaniku mengerjakan tugas!"
"Oh iya."
"Nanti hubungi aku jika sudah siap" ancam Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Dumb Fairy [Kim Doyoung]
FanfictionWhatever people said For me, you're a fairy. Little fairy with a tiny brain. -Kim Doyoung