A N G E R

1K 189 32
                                    

"DUNGIE!!!" lampu belajarnya bergetar seiring dengan teriakan Sejeong yang lebih mirip dengan geraman singa liar di Afrika.

Ia menatap nanar buku-bukunya di meja yang kini telah basah oleh cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal mungil yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh seekor anjing kecil nan lucu melalui proses urinasi. Ia menarik napasnya dalam-dalam mencoba mengumpulkan oksigen agar setidaknya menetralisir suasana hati yang tengah kesal bukan main dikarenakan oleh Dungie, anjing peliharaannya yang 10,85423 detik lalu buang air kecil seenaknya diatas buku-buku pelajaran milik Sejeong.

Anak anjing berjenis siberian husky berbulu abu-abu dan putih itu menggelengkan kepalanya secara alami, mungkin ia sedang mencoba mengelak tidak merasa bersalah pada si pemilik.

"Lalu apa yang harus kulakukan dengan buku-buku ini, Dung? Huah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lalu apa yang harus kulakukan dengan buku-buku ini, Dung? Huah..." Sejeong menjatuhkan tubuhnya dikasur empuk, memejamkan matanya sejenak mencari ide untuk jalan keluar dari permasalahan ini.

Lalu bagaimana ia bisa mengejar materi dengan Kim Saem?

"Sejeong-ah! Ada temanmu!" seru Ibu dari luar kamarnya.

Sejeong memutar matanya malas dan melenggang lemas keluar kamarnya, ia mendapati Ibunya yang sedang berjalan kembali ke ruang tamu dimana temannya berada. Tapi siapa yang tahu rumah Sejeong? Selama ini temannya tidak pernah ada yang tahu dimana rumah Sejeong, ia terlalu introvert untuk mengatakan dimana rumahnya. Meski beberapa orang di Panti Asuhan ada yang tahu di distrik mana ia tinggal.

Matanya terbelalak ketika melihat Doyoung duduk di sofa ruang tamu dengan wajah yang... cemas? Oh ya Sejeong lupa, tadi ia mengirimkan pesan menggantung yang (mungkin) tampak mengkhawatirkan si penerima, Kim Doyoung. Tapi darimana lelaki itu tahu alamat rumah Sejeong?

"Kim Doyoung?" tanya Sejeong heran.

"Kenapa? Ada yang menganggumu?" tanya Doyoung tiba-tiba.

Sejeong berpikir sejenak untuk mengingat-ingat apa yang ingin ia katakan pada lelaki ini, "Jadi begini," ia menelan ludahnya dengan susah payah sebelum melanjutkan pembicaraannya, "Ini sulit, aku sudah satu minggu tidak mengikuti pelajaran sama sekali. Dan sialnya adalah buku ku kini sudah tak layak dipakai lagi. Semua hancur Doyoung, hancur!!!" ujar Sejeong dengan nada yang serius nan sedih, ia menangis dibuat-buat dihadapan Doyoung yang kini menatapnya penuh dengan ke khawatiran.

"Memang apa yang terjadi dengan bukumu? Kau merobeknya?" tanya Doyoung dengan lembut, takut melukai perasaan Sejeong yang sedang rapuh ini.

"Dungie mengencingi buku-buku ku."

"Dungie?" alis kiri Doyoung naik, ia bingung siapa kah yang ia sebut Dungie itu? Apa adiknya? Jahat sekali ia memanggil adiknya dengan sebutan 'dung/gendut'.

Bunyi gemerincing mendekat ke arah ruang tamu dan panjang umur, Dungie datang sambil menggigit salah satu buku Sejeong yang basah karena ulahnya. Ditambah oleh air liurnya. Perpaduan yang apik Dungie, pemirsa ayo kita bertepuk tangan!

The Little Dumb Fairy [Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang