"Apa kau langsung pulang ke rumah?"
"Tidak. Ah! Bagaimana jika sekarang kau ikut saja denganku ke Panti Asuhan Haneul." Sejeong menjentikkan jarinya.
"Boleh juga, ayo! Aku sudah tidak sabar bertemu dengan Boni."
"Hey! Disana tidak hanya ada Boni saja, anak-anak lainnya juga!" protes Sejeong.
"Kau cerewet sekali, iya iya."
Bus melaju membawa mereka pergi, udara hangat menerpa halus kulit tubuhnya. Nyanyian alami dari deru antara angin dan kokohnya bus menjadi pengiring perjalanan menuju Dongdaemun.
Matanya mulai mengantuk seiring waktu, Doyoung duduk disamping kirinya, lelaki itu menyumpal telinganya dengan earphone. Sejeong pun menyenderkan kepalanya ke kaca bus dan terlelap.
"Sejeong-ah, kita sudah sampai." Doyoung menyikut lengan Sejeong.
Gadis itu perlahan membuka matanya dan berjalan cepat menyusul Doyoung yamg dengan teganya meninggalkannya.
Mereka berjalan beriringan menuju Panti Asuhan Haneul, senyuman Sejeong mencerahkan wajahnya. Ia senang bisa membawa pria berdosa ini ke Haneul untuk mengunjungi anak-anak, ia yakin pasti anak-anak akan senang kedatangan tamu baru seperti dia.
Bibi Song menyapu halaman Haneul yang di penuhi rerumputan pendek bagai permadani hijau yang terdampar indah.
Sejeong berlari kecil menghampirinya dan memeluk Bibi Song dari belakang, wanita paruh baya itu terlonjak kaget.
"Astaga Sejeong-ie! Kau mengangetkanku." Bibi Song meletakkan sapu di dekat pohon.
Sejeong tersenyum bodoh, ia menarik tangan Doyoung yang berdiri dibelakangnya."Bi, kita kedatangan tamu besar! Kenalkan dirimu." ia mendorong Doyoung pelan.
"M-mm aku, perkenalkan aku Kim Doyoung. Teman Sejeong di sekolah." ia membungkuk sopan pada Bibi Song.
"Senang berkenalan denganmu Doyoung-ah, aku Song Daejin. Pemilik Haneul."
"Sudah kan perkenalannya? Oh ya Bibi, dimana anak-anak?"
"Mereka sedang di taman belakang, kalian mau bermain dengan mereka? Hari ini mereka merasa bosan pasti, tadi saja Boni banyak tidur gara-gara sudah bosan dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari." keluh Bibi Song.
"Tenang saja Bibi, aku dan Doyoung akan menghibur mereka. Doyoung orang yang menyenangkan, pasti mereka akan senang!" ujar Sejeong menggebu.
Lagi-lagi Sejeong menarik tangan Doyoung, lelaki itu mensejajarkan jalannya dengan Sejeong. Tatapan membunuhnya ia keluarkan pada Sejeong.
"Kau pikir kau siapa? Berani-beraninya mengatakan aku orang yang baik, bahkan aku tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan anak kecil!"
"Eeey, semua akan baik-baik saja Doyoung." Sejeong menepuk-nepuk bahu Doyoung, "Anak-anak! Aku datang!" serunya setelah tiba di taman belakang, anak-anak berlari kearahnya dan memeluk Sejeong seakan ia adalah induk ayam dan mereka anak ayamnya.
"Kau sampai tidak terlihat." Doyoung terkekeh setelah Sejeong berhasil bangkit dengan rambut berantakan karena serangan mendadak dari para anak ayam itu.
Mereka mulai bermain, Sejeong mengusulkan permainan kelompok. Satu tim bersama Doyoung dan satu lagi bersamanya. Anak-anak berlarian saling mengejar, tawanya tergelak ceria, wajah murung sudah mulai sirna, seakan cahaya matahari menyinari wajah mereka lagi.
Doyoung sesekali kelelahan karena ia harus menggendong Boni, anak itu benar-benar menempel dengannya. Ia amat menyukai Doyoung sebagai hyung, bahkan mulai sekarang ia menjadikan Doyoung sebagai panutannya. Suatu hari nanti Boni ingin menjadi seorang penyanyi setelah mendengar suara Doyoung saat menyanyikan lagu untuk anak-anak lainnya.
Sepulang dari Panti Asuhan, Sejeong mengajak Doyoung ke toko cake. Dan mereka memakannya di depan toko sambil menikmati udara sejuk di hari yang mulai senja itu.
Terdapat foto polaroid anak-anak Panti Asuhan Haneul di tangannya hasil potretan Sejeong. Ia tersenyum manis melihatnya.
Sebuah arti kebahagian tiap manusia memang berbeda. Masing-masing dari mereka memiliki level bahagia yang berbeda. Dulu bagi Doyoung, bahagia adalah ketika kau menerima nilai tertinggi di setiap mata pelajaran dan disanjung oleh orang-orang disekitar. Tapi saat ini ia berpendapat lain, pendapat yang berhasil menyingkirkan pemikiran bodohnya seebelum itu.
Bahagia adalah ketika kita berhasil membuat diri sendiri berguna bagi orang lain dan membuat orang lain tersenyum bahagia oleh kita sendiri.
"Doyoung-ah."
"Hm?"
Cekrek
Sejeong berhasil memfoto Doyoung secara tiba-tiba, ia tertawa terbahak-bahak setelah melihat hasilnya. Doyoung dari arah samping dengan wajah polos, tapi menurut Sejeong itu merupakan ekspresi tolol.
"Hahahaha lihat lah wajahmu!"
"Mana? Sini!"
"Tidak mau!" ia menjulurkan lidahnya dan menyembunyikan foto itu, sedangkan Doyoung terawa ringan melihatnya.
Sebenarnya ia tidak benar-benar penasaran dengan hasilnya, karena ia tahu pasti bagaimana ekspresi yang tertangkap oleh kamera dengan secara tiba-tiba.
"Kalau begitu foto aku lagi." Doyoung memutar tubuhnya menghadap Sejeong dan bergaya dengan V sign. Sejeong mengiyakan dan memulai memfotonya.
"Ini, bagus kan? Itu masterpiece ku." gadis itu menyodorkan hasil foto pada Doyoung.
"Siapa dulu modelnya."
Sejeong memutar matanya malas, ia pun menyomot cookies yang ada di piring Doyoung.
Dering ponselnya mengganggu kegiatan mengunyah cookies-nya, tangan Sejeong merogoh ke dalam saku celana dan mengangkat panggilan telepon.
"Pulanglah." suara dingin menusuk telinga kiri Sejeong.
•••
Sorry baru update :(
Udah mulai ketemu sama kampus sih :') jadi pikiran kepecahTapi tenang aja, aku bakalan tetep lanjutin cerita" ini guys~
Meski pikiran udah ke kampus, tapi hati masih tetep di wattpad hahahah
Makanya dong support aku wkwk /ngarep
Gampang aja kok, dengan silent readers kalian atau vote atau comment
Itu yang bikin bangkitin semangat nulis awwwMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Dumb Fairy [Kim Doyoung]
FanfictionWhatever people said For me, you're a fairy. Little fairy with a tiny brain. -Kim Doyoung