Thursday, 26 April
Kim Sejeong : Doyoung-ah~~~
(read)Kim Sejeong : Apa kau masih marah padaku?
(read)Kim Sejeong : hei!
(read)Kim Sejeong : jangan marah padakuuuu
(read)Kim Sejeong : What can I do to make u happy? :(
(read)Kim Sejeong : YAK KIM DOYOUNG! kau meninggalkanku pada SEEN ZONE
(read)Kim Sejeong : yuhuuuu!
(read)Senderan bahu Sejeong di kursi seketika melemas ketika melihat respon yang diberikan oleh Doyoung yaitu hanya membaca pesannya saja, padahal Doyoung membuka pesan darinya begitu cepat, tapi ia malah tidak membalas satu pun dari pesan itu. Hingga ia tidak bisa tidur karena selalu terbangun kembali saat mendengar notifikasi pesan di ponselnya, berharap itu Doyoung tapi malah akun-akun official saja.
Mungkin bila esok hari ia berdiri di depan kaca, ia akan melihat kantong matanya bisa untuk menyimpan koin-koin recehan yang ia kumpulkan di kotak birunya.
"HUAAAAAAAAAAAAAHHHHH!!!" seru Sejeong sambil melempar ponselnya ke ranjang dan menggerak-gerakkan kakinya kesal, "BERANI-BERANINYA KAU MARAH PADAKU KIM DOYOUNG!"
Kim Doyoung : skip
Mata lelah Sejeong tiba-tiba terbelalak ketika melihat nama Kim Doyoung di notifikasi ponselnya. Bergegas ia membuka pesan itu.
SKIP? S K I P?
Penantian berjam-jamnya hanya berbuah satu kata "S-K-I-P"? Apa semudah itu ia mengatakan SKIP?
Kim Sejeong : Nah! Baguslah! Jangan marah padaku yaaa!
.
.
.
.
.
(read)
Kim Sejeong : oke, pesanku hanya dibaca lagi.
Friday, 27 AprilHari telah berganti dan chat room antara Sejeong dan Doyoung masih sama seperti semalam, tidak ada kemajuan maupun perkembangan. Ingin rasanya Sejeong menyerah, tapi ia masih gemas dengan sikap kesalnya Doyoung yang menurutnya sangat misterius.
Sejeong menengadahkan tubuhnya menghadap langit-langit kamar yang mulai diterangi secercah cahaya matahari diantara teduhnya gelap, sisa malam kemarin. Cahaya ponsel diantara keredupan sekelilingnya menyorot wajah lusuhnya.
Kim Sejeong : apakah sesi marahmu sudah usai?
(read)"Woah lihatlah, dia masih hanya membaca pesanku saja."
Ia bangkit dari ranjang dan berjalan lemah sembari meraih knop pintu kamar mandi.
Dalam pikirannya ia tidak berhenti memikirkan Doyoung yang sedang marah padanya, ingin rasanya ia menyelesaikan permasalahan diantara mereka berdua. Namun, entah mengapa kali ini Sejeong merasakan ada sesuatu yang membuatnya gelisah hingga membuatnya tidak siap untuk bertemu dengan Doyoung.
"Kau itu kenapa?" tanya Sejeong pada benda persegi yang memantulkan refleksi dirinya.
Di sekolah, Sejeong dan Doyoung berkali-kali berpapasan. Tapi apa yang mereka lakukan? Bahkan Sejeong tidak berani untuk menatap Doyoung secara terang-terangan seperti biasanya dan begitu pula dengan Doyoung. Mereka lebih mirip dengan orang yang tidak saling mengenal satu sama lain.
Canggung? Pasti.
"Hey dengar! Ada pengumuman dari pemerintah mengenai bus!" seru salah seorang siswa dengan begitu heboh hingga ia duduk diatas mejanya.
Siswa siswi lain pun mulai mengerumuninya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Meninggalkan Sejeong yang duduk dengan malas di bangkunya, ia sungguh tidak memiliki niat untuk mengikuti teman-temannya tersebut. Yang ia butuhkan adalah informasinya saja, tidak perlu bergerombol seperti itu hanya demi mendengar informasi disaat dalam jarak kurang dari dua meter saja ia dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Apa itu?"
"Mereka mengatakan bahwa hari ini sampai lusa, bus kota tidak beroperasi! Ada masalah yang terjadi mengenai korupsi lembaganya sehingga bu—"
"Cukup-cukup! Jadi hari ini sampai lusa tidak ada bus kota?!"
"Iya, coba saja lihat di SNS."
Gema bel sekolah seolah mengisi nyawa tiap manusia yang ada di sekitarnya, rasa kantuk yang mereka alami sontak menghilang karenanya. Secara cepat para siswa mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.
Sejeong masih terpaku di bangkunya, masih berpikir bagaimana caranya meminta maaf pada Doyoung dalam kondisi yang ia rasa 'aneh' ini. Bagaimana jika saat ia menyapa Doyoung tapi lelaki itu malah bersikap sok tidak kenal dengannya? Bagaimana jika Doyoung masih bungkam padanya? Bagaimana jika ia tidak dimaafkan olehnya?
Masa bodoh!
Sejeong pun mengambil langkah untuk keluar dari kelas terlebih dahulu dibanding menunggu Doyoung. Toh yang terpenting dari situasi saat ini adalah bagaimana caranya pulang ke rumah disaat bus kota tidak beroperasi sementara ini?
Ia mulai menghubungi satu persatu dari keluarganya untuk menjemputnya di sekolah, tapi tak ada satu pun yang kunjung berhasil ia telepon. Entah salah siapa kali ini, keluarga atau sinyal ponselnya. Tapi mana mungkin kota sebesar Seoul tidak memiliki sinyal ponsel yang kuat?Ia pun memilih duduk sejenak di kursi depan mini market sekolah untuk menenangkan diri dari emosinya sembari menunggu Doyoung berjalan melewatinya.
Iya kalau Doyoung lewat sini, kalau tidak? Mungkin memang belum takdirnya Sejeong meminta maaf pada Doyoung hari ini.
Sejeong masih berusaha menghubungi Ibunya dan menoleh kesana kemari untuk mencari Doyoung, hingga saat ia menoleh kesamping kirinya, ia tidak sengaja bertatapan dengan Doyoung yang tengah berjalan sambil menelepon seseorang juga sama seperti apa yang ia lakukan. Namun, entah setan apa yang menyedot nyali keberaniannya, ia segera mengalihkan pandangannya pada sepatu putih kumal yang ia pakai.
'Sial! Sial! Sial! Doyoung akan lewat sini!' jeritnya dalam hati, 'Oh! Bisa jadi ia berjalan lurus! Tenang saja Sejeong-ah tenang'
Jantungnya seakan berhenti dan angin-angin yang sedari tadi ia rasakan telah berhenti juga saat ia melihat kaki jenjang berhenti tepat dihadapannya. Berani tidak berani, siap atau pun tidak siap, ia mendongakkan kepalanya untuk memastikan bukan Doyoung yang berdiri dihadapannya.
Sial untuk kesekian kalinya, Doyoung berdiri dihadapannya sambil menelepon seseorang. Ia melirik dan tertawa kecil saat melihat wajah terkejut dan kesal yang Sejeong tunjukkan.
"IIIIIIIIIH!!!" Sejeong menggeram sebal dan bersiap untuk memukul kaki jenjang Doyoung, tapi tangannya tak sampai karena Doyoung sudah berjalan kembali dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya.
Bukan ini yang seharusnya ia lakukan, bukan! Jangan!
Senyum lebar malah terpampang di wajah Sejeong kali ini. APA INI?!
✨✨✨
Long time no see banget ya? HahahaMaaf baru update, dan ngga nyangka udah hampir 3k aja readersnya :')
/congrats for my self :')/Tapi, memang ya disetiap hal pasti ada hikmahnya.
Dari ilangnya aku kemaren karena masalah permanusia berjakunan, jadi muncul ide" scene" buat ff ini hahahaSorry kalo membumbui ff ini dengan sedikit kejadian real, abisnya kurasa pas aja dimasukin(?)
Halah mboh lekSELAMAT BERPUASA KAWANS💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Dumb Fairy [Kim Doyoung]
FanfictionWhatever people said For me, you're a fairy. Little fairy with a tiny brain. -Kim Doyoung