Saat ini Shilla sedang termenung sendirian didalam kamarnya. Sejak kejadian ia yang mengamuk pada Ify, sejak itu pula ia mengurung diri dikamar. Bahkan setiap kali Ify datang membawakannya makanan selalu saja piring berisi makanan itu berakhir di tempat sampah.
Rasa marah masih menguasainya saat ini tatkala ia mengingat liontin yang kini selalu Ify pakai. Ia marah dan kecewa pada Ify yang sangat ia sayangi itu ketika Adiknya memakai kalungnya. Seolah-olah menjelaskan bahwa hanya lewat kalung itu, perasaan Ify dan Alvin terhubung satu sama lain.
Jika memang kenyataannya seperti itu. Lalu apa arti dari semua sikap dan perhatian Alvin padanya selama ini? Ia yang sudah terhanyut dalam buaian sikap dan perhatian Alvin seketika tenggelam dalam palung rasa sakit.
Ia kecewa bukan hanya pada Ify. Tapi juga pada dirinya dan Alvin. Ia merasa jika Tuhan tidak adil padanya.
"Hhhhh"
Shilla menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempat tidurnya. Ia berjalan pelan kearah jendela lalu duduk. Kemudian menekuk kedua lututnya dengan kedua tangan yang melingkari kedua kakinya. setelah itu mejatuhkan kepalanya diatas lutut dengan posisi miring kearah luar.
Wajahnya terlihat kelam. Tak ada rona bahagia disana. Tak ada setitik sinar disana. Hanya kelam dan kelam.
Hembusan angin menerpa wajah lesunya lalu ia memejamkan kedua matanya mencoba untuk meresapi hembusan angin. Berharap jika angin akan membawa rasa sakitnya agar ia kembali bangkit dari keterpurukan.
Meski ia belum sepenuhnya memaafkan apa yang terjadi padanya saat ini. Namun ia akan mencoba untuk berdamai dengan semuanya.
Terlalu hanyut dalam lamunannya membuat Shilla tak sadar bahwa sejak tadi Ridwan tengah memperhatikannya diambang pintu dengan nampan berisi makan siang untuk sang puteri.
Ridwan menghela nafas lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar. Sebelum ia menghampiri Shilla, ia meletakkan nampan itu diatas tempat tidur lalu dengan santai berjalan kearah Shilla yang masih asik melamun.
"Papa mengerti apa yang kamu rasakan saat ini, Shilla" Ujar Ridwan memulai pembicaraan.
Ia berkata dengan penuh kehalusan dan kelembutan layaknya seorang Ayah yang tengah memberi ketenangan pada sang puteri tercinta yang sedang dilanda ketakutan. Dan memang seperti inilah wataknya, entah itu pada Shilla atau Ify ataupun Cakka.
Kehalusan dan kelembutannya dalam bertutur kata tak pernah ada yang berbeda. Karena baginya ketiganya adalah anak kesayangan juga kebanggaannya. Meskipun mereka bukanlah saudara kandung.
"Soal kalung Ify itu.."
Shilla seketika menoleh, menatap intens Ridwan yang kini tersenyum seraya mengulurkan tangan untuk mengelus puncak kepalanya.
"Kamu salah paham, sayang" Ucap Ridwan dengan senyum hangatnya.
Shilla memalingkan kembali wajahnya kearah luar jendela. Menatap lurus langit biru diatas sana yang tengah tertutupi awan yang beriak-riak.
"Salah paham? Udah jelas kok, Pa. Liontin itu memiliki huruf A dan L yang itu artinya Al. Dan siapa lagi kalo bukan Alvin?" Tukas Shilla dengan seenaknya menyimpulkan bahwa kalung Ify dengan liontin nama Al itu adalah nama Alvin.
"Bukan Shilla. Nama Al yang menjadi liontin kalung Ify bukanlah nama Alvin. Bagaimana bisa kamu menyimpulkan hal seperti itu" Seloroh Ridwan dengan penuh kesabaran.
"Tapi itu udah jelas-jelas namanya Al, Pa. Dan nama Alvin juga ada Al Al-nya juga, kan?" Tandas Shilla menoleh pada Ridwan.
Ia menatap skeptis Ridwan yang dibalas senyum lembut Ridwan seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Cinta Tanpa Kata (SCTK) ✔
RomanceSuara Cinta Tanpa Kata Cast : - Alexandrio Taretra Mahendra - Floreify Syifanya Artha - Nasyshilla Etavala Winata - Arcakka Redgar Winata - Fragni Angela Anertaff - Malvin Adipati Marwan - Sivia Angesti Nugrahardi - Jason Gabrielio Jordi "Tak pe...