Rumah Sakit Medika, Jakarta 10 Mei 2015Suara langkah kaki yang terburu-buru itu menggema disepanjang koridor Rumah Sakit Medika. Seorang pemuda tampan dengan senyum manis yang memikat itu terlihat sangat gelisah.
Tak ada pancaran dikedua bola matanya yang selalu menatap teduh sang kekasih. Tak ada lagi senyum manis yang selalu memikat semua perempuan. Tak ada lagi lesung pipit yang muncul dikala bibir tipis itu bergerak. Tak ada lagi binar bahagia di wajahnya sejak seminggu yang lalu.
Dimana secara mengejutkan ia mendapat kabar bahwa kekasihnya yang sangat ia cintai mengalami kecelakaan sepulang dari berziarah empat bulan yang lalu. Dan kabar menyakitkan itu memukul telak hidupnya yang kini berantakan karena sang Bidadari hati terbaring lemah di brangkar rumah sakit dalam keadaan koma.
"Hhhh" Pemuda tampan ini menghela napas panjang lalu menghembuskan secara kasar.
Ia sudah tiba di depan pintu kamar rawat gadisnya. Kamar Orchid nomor 2406. Secara perlahan tangannya terangkat, bahkan kini tangan kokoh yang sering menggenggam tangan gadisnya terlihat bergetar. Seolah-olah terasa berat untuk membuka pintu.
Tak terasa, setetes air mata itu kembali jatuh membasahi pipinya. Ia menarik kembali tangannya yang sudah hampir menyentuh handle pintu lalu ia menyandarkan punggungnya pada pintu kamar rawat gadisnya. Dan secara perlahan merosot seolah-olah tulang-tulang dalam tubuhnya hilang dan hanya tersisa daging saja yang kapan saja bisa diremukan dengan mudah.
Empat bulan sudah kekasihnya itu koma dan sampai saat ini belum ada perkembangan sama sekali. Mengingat kondisi kekasihnya ia tak bisa menahan lagi lalu air matanya yang memang sejak tadi selalu ia tahan disepanjang jalan menyusuri koridor menuju kamar rawat gadisnya.
Kejadian empat bulan yang lalu adalah mimpi buruk terbesar baginya. Ia sama sekali tak menyangka kejadian naas itu menimpa gadisnya. Hari dimana ia dan gadisnya berangkat ke Paris harus berakhir tragis di sini. Di Rumah Sakit ini dalam keadaan sang tercinta tak sadarkan diri dengan berbagai luka dan darah memenuhi tubuhnya akibat tertabrak truk yang melaju ugal-ugalan akibat sang sopir yang mengantuk.
"Kak Al mohon Flo.. Berjuang dan bertahanlah demi Kak Al.. Kak Al mohon jangan tinggalin Kak Al" Lirih pemuda ini yang ternyata adalah Rio.
Dan dapat dipastikan, sosok gadis yang saat ini tengah terbaring lemah dengan berbagai kabel dan alat penunjang kehidupannya di dalam ruangan itu adalah Ify. Gadis yang sudah empat bulan ini dinyatakan koma dan keadaannya masih dalam kondisi kritis.
"Kak Al mohon Flo.. Kak Al mohon" Lirih Rio penuh kepedihan.
Ia menundukan kepalanya dalam-dalam dengan kedua tangan yang mengepal erat dikedua sisi tubuhnya. Bahkan sesekali ia memukul lantai dengan tangannya sendiri. Tak peduli jika saat ini buku-buku jarinya sudah berdarah ia tetap menghantamkan kepalan tangannya ke lantai. Melampiaskan rasa sakit hatinya karena kondisi Ify saat ini.
"Flo.." Gumam Rio perih lalu mendongakkan kepalanya kearah langit-langit Rumah Sakit.
Ingatannya kembali berputar pada kejadian empat bulan yang lalu dimana saat itu ia masih berada di Bandara dan Sivia datang membawa kabar duka bahwa Ify mengalami kecelakaan.
Flashback On
---"Lo apaan sih, Vi? Kok lo ngos-ngosan gitu?"
Pertanyaan dari Alvin pada Sivia itu membuat Rio mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Sivia yang terlihat terengah-engah.
Pemuda tampan itu mengernyit heran saat melihat Sivia menatap prihatin padanya. Ia merasa ada yang aneh dengan Sivia saat ini apalagi saat mendengar nada gagap gadis yang sejak SMP menjadi sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Cinta Tanpa Kata (SCTK) ✔
RomanceSuara Cinta Tanpa Kata Cast : - Alexandrio Taretra Mahendra - Floreify Syifanya Artha - Nasyshilla Etavala Winata - Arcakka Redgar Winata - Fragni Angela Anertaff - Malvin Adipati Marwan - Sivia Angesti Nugrahardi - Jason Gabrielio Jordi "Tak pe...